Shania merebahkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya setelahnya Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Di klik lambang aplikasi berwarna hijau dengan tulisan line di handphonenya dan mengetikkan sesuatu pada Arga.
Shania Ardana : Gue udah sampe rumah dengan selamat nih
Setelah mengirimkannya, Shania meletakkan ponselnya di nakas.
Beberapa menit kemudian, ponselnya bergetar.
Arga Is Calling
Tanpa menunggu lama Shania langsung menggeser ikon hijau di layar ponselnya.
“Gak nyasar 'kan?” terdengar kekehan Arga di sana.
“Enggak lah enak aja. Emang gue anak kecil apa?” sahut Shania dengan senyum geli nya.
“Kirain gitu. Lo di rumah?”
“Iya lah. Dimana lagi coba.”
“Oh kirain di hati gue.”
“Dih apaan sih Ga? Hahaha!” tanpa disadari wajah Shania memerah mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Arga.
“Lo dimana emang? Tumben nelpon, biasanya juga langsung dateng ke rumah kayak jelangkung, Ga.” kata Shania mengalihkan.
“Sembarangan nih, mana ada jelangkung seganteng ini.”
“Ya ya terserah mas nya aja deh.”
“Gak mau tau gue ada dimana?”
“Dimana?”
“Di...”
“Gak usah jawab.” Shania langsung memutuskan panggilan karena dia tau Arga pasti akan menjawab nya dengan jawaban yang kemana-mna alias ngawur.
Tanpa sadar Shania tersenyum.
Shania bangkit dari kasurnya menuju kamar mandi. Karena sekarang sudah memasuki maghrib, biasanya Bunda nya akan memarahi Shania jika maghrib-maghrib dia mandi, tapi hari ini tidak ada yang memarahinya. Rasanya Shania rindu Bunda dan Ayah nya saat ini.-0-
Menyusuri malam yang dingin seorang diri memang rasanya menyenangkan. Angin malam yang sangat menusuk pada kulit membuat bulu pada diri terasa dingin.
Lelaki dengan sweater merah berjalan santai memasuki daerah hotel yang biasa ia datangi. Dengan kaki jenjang nya menaiki lantai teratas hotel. Lelaki ini menyadari perasaan yang ia rasakan saat setiap kali datang ke sini, bebas dan damai. Ia merasa bebannya lepas dan tidak terikat dari ikatan Dio.
Arga, lelaki yang sedang berdiri di atas rooftop hotel ternama ini menatap keindahan kota dari sudut pandang nya. Ia merasa bingung mengapa Papa nya seakan-akan mengikat dirinya dengan rantai yang tidak terlihat.
Dio yang egois, yang selalu mementingkan keinginan nya bahkan sampai impian Arga pun ia rampas.
Arga memang terlihat seperti anak yang kurang kasih sayang orang tua dan bebas, kurang kasih sayang memang benar, tapi untuk kata bebas mungkin tidak. Arga memang bisa keluar kapan pun, tapi ia tidak bisa keluar dari rumah, tidak bisa bebas seperti Alfha. Ia selalu di ikat oleh keegoisan Dio.
Papanya selalu menuntut Arga kekeinginan nya. Ia tidak pernah mendengarkan apa yang Arga inginkan. Dio selalu memutuskan semuanya sendiri tanpa kesepakatan Arga. Itu yang Arga benci.
Walau pun Mama nya selalu berkata bahwa ‘Papa memperlakukan kamu seperti itu berarti papa sayang, Ga’. Entah apa yang ada dipikiran Mama nya setiap kali mengatakan kalimat memuakkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay or Leave
Teen Fiction[REVISI SETELAH CERITA BERAKHIR] "Mencintai dia sama hal nya saat gue mencintai salah satu bintang di langit tapi gak pernah bisa buat gue sentuh bahkan gue gapai. Tapi gue tetap setia di bawah sini buat liat dia walau rasanya cuma bisa mandang dari...