"Shan, aku boleh nitip ini gak sama kamu?" tanya Kaila pada Shania yang duduk di belakannya.
Shania yang sedang menulis PR nya langsung mendongakkan kepala. "Buat siapa?"
"Rezzi," ucap Kaila pelan namun masih bisa didengar oleh Shania.
Shania mengerutkan keningnya dan membatin. 'Gila nih anak langsung suka sama si kutub aja.’
"Kamu jangan mikir yang macem-macem dulu. Ini isi nya handphone. Kemarin aku gak sengaja nabrak dia dan ngerusak handphone nya," elak Kaila seperti mengetahui isi pikiran Shania.
Shania langsung tersenyum dan mengambil paper bag hitam tersebut. "Iya enggak. Ya udah entar gue kasihin sama dia ya,"
Shania menaruh paper bag tersebut di atas meja "tapi ngomong-ngomong kenapa gak lo sendiri yang ngasih? Kan lo tau orang nya."“A-aku ada keperluan sekarang jadi gak bisa ngasih langsung, Shan."
Ada kegugupan di nada bicara Kaila, Shania tahu itu. Tapi ia tidak mau ambil pusing mengenai alasan Kaila menitipkan nya padanya. Ia tidak mau mengurusi urusan yang bukan urusan nya."Oh gitu. Ya udah lagian hari ini gue latihan kok."
"Makasih ya, Shan."
Shania mengangguk lalu ia melanjutkan menulis PR nya yang belum selesai. Ah, untuk kesekian kali ia lupa mengerjakan tugas rumah nya karena maraton film tadi malam.
-0-
Setelah pelajaran hari ini selesai, Shania langsung melangkahkan kaki nya ke ruang musik dengan paper bag hitam di tangan kanan.
Di sana sudah ada Rezzi dan Pak Arya. Shania bersalaman pada Pak Arya dan langsung duduk di salah satu kursi yang berada di sana. Pak Arya mulai menjelaskan apa saja yang harus dipersiapkan untuk audisi nanti dan yang membuat Shania dan Rezzi membuang nafas kasar adalah disaat pak Arya berbicara bahwa mereka berdua harus latihan lebih sering minimal satu minggu empat kali.
Setelah berbicara, Pak Arya seperti biasa meninggalkan mereka dan akan kembali lagi nanti untuk menguji latihan mereka.
"Gila loh, empat kali latihan dibilang minimal? Gila aja gempor yang ada tangan gue," gerutu Shania dan Rezzi hanya terdiam.
Shania ingat sesuatu. "Oh iya Rez, nih titipan dari Kaila." Shania memberikan paper bag hitam yang tadi ia bawa.
Rezzi mengerenyitkan dahinya sambil menatap paper bag tersebut.
"Ambil eh! Malah diem aja, pegel nih tangan gue gini terus," omel Shania yang tangannya menggantung di udara menahan beban di paper bag.
Rezzi mengambil paper bag dari tangan Shania dan melihat isinya.
'Handphone?' batin nya.
"Gak usah kaget gitu, biasa aja kali. Lagian tuh hp buat gantiin hp lo yang kemaren gak sengaja dia senggol kata nya," jelas Shania seakan mengerti kebingungan yang terlihat dari wajah Rezzi.
“Dia nya kemana?” tanya Rezzi.
“Kayak nya udah balik deh. Soalnya tadi dia bilang ada urusan gitu makanya dia nitip tuh ke gue.”
Rezzi hanya mendengarkan Shania berbicara tanpa berniat menjawab.
"Bentar ya gue ke parkiran dulu. Lo liatin aja dulu tuh hp," pamit Shania. Tidak seperti biasa nya Shania pake segala izin keluar ruangan. Mungkin saja kebersamaan mereka selama latihan membuat mereka dekat akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay or Leave
Teen Fiction[REVISI SETELAH CERITA BERAKHIR] "Mencintai dia sama hal nya saat gue mencintai salah satu bintang di langit tapi gak pernah bisa buat gue sentuh bahkan gue gapai. Tapi gue tetap setia di bawah sini buat liat dia walau rasanya cuma bisa mandang dari...