22 - Feel

509 33 3
                                    

"Eh lo bertiga tau gak?" tanya Fikri menyuapkan martabak telur ke dalam mulutnya.

Saat ini di kantin, Rezzi, Agam dan Danu serta Fikri sedang duduk bersama menikmati makanan untuk mengisi perut mereka yang bergemuruh dikarenakan otak mereka yang semenjak di kelas dikuras habis oleh pelajaran Pak Yudi, guru matematika sadis.

Pak Yudi memberi dua puluh soal sesaat ia memasuki kelas X-IPA 1. Ia menuliskan dua puluh soal di papan tulis dan menuliskan juga perintah untuk segera menyelesaikannya sebelum bel istirahat tanpa mengeluarkan suara. Entah kenapa. Mungkin Pak Yudi sedang turun mood.

"Enggak," jawab Danu cepat.

"Dengerin dulu, nyet!" Fikri memukul kepala Danu pelan "ada anak baru di kelas sebelas, katanya sih cewek," lanjutnya.

Danu yang mendengar kata 'cewek' langsung menegakkan punggungnya dan memutar tubuhnya sembilan puluh derajat menghadap pada Fikri. "Serius cewek? Cantik gak?" tanya Danu antusias.

Fikri mengangguk. "Katanya sih cantik, cantik banget malah, soalnya blasteran gitu."

"Ah cari tau ah," Danu sambil mengeluarkan handphone dan memulai pencariannya.

Agam yang memang tidak tertarik dengan cerita Fikri hanya mendengarkan saja.

Apalagi Rezzi. Baginya, cerita Fikri hanya masuk selewat pada telinga kanannya dan keluar dengan cepat pada telinga kirinya. Rezzi terlalu fokus pada meja yang menjadi pusat perhatiannya sekarang. Meja itu terpaut tiga meja dari mejanya. Mimik wajah Rezzi saat ini tak terbaca.

Agam  menyadari fokus Rezzi tidak pada mereka bertiga, Agam pun mengikuti arah pandang sahabatnya itu. Saat itu juga Agam tersenyum jahil pada Rezzi. Rezzi yang menyadari bahwa Agam memperhatikan dirinya dengan senyum jahilnya langsung menoleh pada Agam.

"Kenapa?" tanya Rezzi bingung melihat tingkah sahabatnya itu.

"Lo suka ya sama Shania?" bisik Agam menggoda.

Rezzi mengerutkan keningnya semakin bingung. Rezzi pun menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Dari tadi lo liatin dia terus, gue tau," goda Agam.

Rezzi menggeleng lagi sebagai jawaban.

"ANJIR!" teriak Danu pada ponselnya dan itu menarik banyak perhatian banyak orang. Terbukti banyaknya mata yang tertuju padanya.

"Malu-maluin," Agam menggelengan kepala dan menunduk meminum es tehnya.

"Lo berdua pasti kaget kalau denger ini!" seru Danu menghiraukan tatapan orang-orang.

Rezzi memundurkan kursinya dan beranjak pergi keluar kantin.

"E-eh mau kemana?" tanya Agam pada Rezzi yang tiba-tiba berjalan menjauh.

Fikri yang memang sudah dari tadi pergi sebelum Rezzi, saat ini di meja hanya ada Agam dan Danu. Fikri sebelumnya pamit untuk ke kelas terlebih dahulu saat Rezzi memperhatikan meja sebrang. Fikri menepuk bahu Rezzi, Agam dan Danu sebagai kata pamit.

"Kenapa sih Nu?" tanya Agam heran.

"Lo dengerkan yang tadi diomongin Fikri tentang anak baru?"

Agam mengangguk.

"Namanya Syakaila Zahra Arbiana," bisik Danu. Agam yang mendengar itu pun langsung membulatkan matanya.

-0-

"Diliatin mulu, gak bakal kabur, Ga."

"Diem lo."

Daris mendengus dan melanjutkan fokus memakan mie ayamnya. "Dibilangin juga."

Stay or LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang