Minggu ini Shania sedang bersantai di kamarnya sambil menonton film favorit dan cemilan di toples yang ada di tangannya menemani kegabutan sabtunya.
Shania sebenarnya ingat akan omongan Rezzi di telepon kemarin tapi dia menghiraukannya karena menurutnya apa yang Rezzi bicarakan tidak jelas.
Saat sedang bersantai seperti ini, tiba-tiba ponselnya bergetar yang menandakan ada pesan masuk dari Line.
Shania membulatkan matanya saat membaca nama pengirim pesan tersebut.
Rezzi Adinata: Dmn?
Shania belum membuka pesannya, Shania hanya membaca pesannya di lockscreen yang menampilkan pesan dari Rezzi. Ia tidak tau harus bagaimana. Ternyata yang Rezzi katakan kemarin benar.
“Dia tau dari mana sih id Line gue? Kemarin dia nelpon, tau darimana juga coba nomor telepon gue” cerocos Shania.
Lalu jarinya membuka chat room Rezzi dan mengetikan balasan.
Shania Ardana: Lo dapet id line gue dari mana?
Rezzi Adinata: Penting?
Shania Ardana: Lo tuh ya gak chat gak ngomong, tetep aja ngeselin
Rezzi Adinata: Lo dtg ke venus
Rezzi Adinata: SkrgShania Ardana: Ngapain? Mager
Rezzi Adinata: Cpt
“Dih singkat amat,” dengus Shania.
Shania Ardana: Ngapain dulu? baru gue otw
Rezzi Adinata: Latihan
Rezzi Adinata: Bukannya kmrn gue blg?Shania Ardana: Galak amat sih. Ya udah gue otw tapi 30 menit lagi
Pesan tersebut hanya di baca saja oleh Rezzi. Shania pun bangkit dari kasurnya menuju kamar mandi.
“Bahkan nama belakang lo sama gue hampir sama,” ucap Shania bermonolog.
Sesuai dengan ucapannya di chat tadi, ia bersiap diri selama 30 menit. Bahkan Shania tidak sadar bahwa Rezzi sudah menunggunya selama 2 jam. Karena janji mereka kemarin jam 9 dan sekarang sudah jam 11 siang dan Shania baru akan berangkat.
Shania memasuki cafe yang Rezzi bilang bahwa dirinya berada di sana.
“Sorry lama Rez, soalnya tadi macet,” ucap Shania saat sudah di hadapan Rezzi. Shania menarik kursi di hadapan Rezzi dan duduk.
Rezzi hanya meliriknya tajam tanpa menjawab. Shania yang di tatap seperti itu malah tersenyum lebar seperti tidak memiliki salah.
“Rez, lo gak niat pesenin gue minum gitu?” tanya Shania tidak tau diri.
“Enggak.”
“Jahat banget sih, capek nih gue macet tadi,” kata Shania.
“Bodo.”
“Ish, udah deh lo ngajak gue ke sini mau apa?” cukup sudah Shania mengeluh pada Rezzi karena tidak akan berpengaruh bagi seorang Rezzi Adinata.
“Lo tuh gak sadar apa gimana?” tanya Rezzi.
“Ya sadar lah, kalau gak sadar gak mungkin gue nyampe sini.” Muncul sudah sikap pikiran sempit Shania.
”Lo pasti denger ‘kan kemarin Pak Arya bilang kalau kita harus latihan dan ngirim video bukti latihan kita ke Pak Arya karena dia gak bisa dateng? Kemarin juga gue udah nelpon lo.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay or Leave
Teen Fiction[REVISI SETELAH CERITA BERAKHIR] "Mencintai dia sama hal nya saat gue mencintai salah satu bintang di langit tapi gak pernah bisa buat gue sentuh bahkan gue gapai. Tapi gue tetap setia di bawah sini buat liat dia walau rasanya cuma bisa mandang dari...