Pagi ini Shania pergi ke sekolah tanpa Arga lagi, selain tadi pagi Arga memberitahu bahwa tidak bisa pergi bersama dengannya, Shania pun memang tidak ingin berangkat bersama sebenarnya.
"Naik ojek online lagi, Shan?" tanya Sarah sembari menuangkan susu ke dalam gelas Shania.
Shania mengangguk.
"Emang nya Arga ke mana?" tanya Sarah lagi.
Shania menenggak susu putihnya sebelum membalas. "Gak tau, Bun. Shania berangkat ya," kata Shania sekenanya. Shania bangkit dari duduknya dan mencium punggung tangan Sarah lalu berpamitan sebelum Bunda nya menanyai lebih tentang Arga.
-0-
"ARGA!" panggilan Rifqi yang sampai di telinga Arga, langsung membuat Arga seketika menoleh cepat.
Rifqi berlari menghampiri Arga dengan kerutan di dahi dan sepertinya sedang mencemaskan sesuatu.
"Kenape lo?" tanya Arga santai.
"Gawat Ga, ada yang ngelaporin kita ke sekolah soal pertarungan kemarin sama SMA Garuda." ucap Rifqi pelan. Takut-takut jika ada yang mendengar.
"Anjing!" wajah Arga langsung berubah menjadi kesal dan takut juga.
"Kita kabur aja, Ga. Gimana?"
"Enggak. Kita tetep harus hadapin gimana pun nantinya. Bilangin sama anak-anak yang lain kalau ada yang berani lari gue yang akan habisin mereka," ucap Arga tegas.
Arga lalu melangkah cepat meninggalkan Rifqi yang masih terdiam.
Arga memang ditakuti oleh murid-murid di sekolah baik junior maupun seangkatan. Karena jika Arga sudah mengancam, semuanya akan terjadi dan Arga tidak akan pilih-pilih untuk menghajarnya kecuali perempuan. Pantang untuk Arga membentak apalagi memukul perempuan. Karena menurut Arga, jika ia membentak perempuan, sama saja ia membentak Mama nya.
"Kenapa lo, Ga?" tanya Daris yang duduk di sebelahnya.
Arga mendengus. "Kita bentar lagi dipanggil."
"Dipanggil kemana? Jangan bikin takut deh, gue belum bahagiain emak bapak nih," ucap Daris dengan muka dibuat sok sedih.
"Tunggu aja."
Bagai doa, ucapan Arga seperti langsung dikabulkan. Tepat setelah Arga mengucapkan itu, Bu Cindai masuk ke kelasnya.
-0-
"Ini yang lo maksud?" bisik Daris.
Arga hanya menghela nafas lelah dan mengangguk.
Suasana di ruang BK ini mencekam. Sepasang mata memandang sekelompokkan murid-muridnya yang kemarin ikut dalam pertarungan Arga-Revo berada di sini semua.
Duduk dengan menundukkan kepala. Terkecuali sang ketua yang tetap menenggakkan kepala nya berani.
"Kenapa kalian melakukan hal murahan seperti itu? Kalian tau? Kalian telah merusak nama baik sekolah, orang tua kalian, bahkan diri kalian sendiri!" bentak Bu Cindai.
Bu Cindai mencoba mengatur emosinya. "Kalian sudah dewasa. Seharusnya kalian tau bahwa hal seperti ini membuat kalian terlihat bodoh. Kalian tahu itu?"
"Kita gak akan kayak gitu Bu, kalau mereka gak mulai," ucap Adnan mewakili.
“Mereka bilang sama kita, kalau kita gak nerima itu, kita dibilang pecundang. Kita gak terima dibilang kaya gitu, ya jelas kita langsung maju Bu," lanjut Adnan. Yang lain hanya memperhatikan tidak ingin melerai karena yang dikatakannya benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay or Leave
Teen Fiction[REVISI SETELAH CERITA BERAKHIR] "Mencintai dia sama hal nya saat gue mencintai salah satu bintang di langit tapi gak pernah bisa buat gue sentuh bahkan gue gapai. Tapi gue tetap setia di bawah sini buat liat dia walau rasanya cuma bisa mandang dari...