17 - Bolos

629 37 3
                                    

Ceklek

Suara pintu utama rumah Adinata terbuka dan menampilkan Rezzi dengan seragam yang basah akibat hujan yang ia terobos.

Gadis kecil yang sedang bermain di ruang tamu bersama boneka teddy miliknya langsung memalingkan wajahnya ke arah pintu mendengar suara itu.

"ABAANG!" teriak gadis kecil itu berlari dan langsung memeluk kaki Rezzi karena perbedaan tinggi mereka yang jauh.

"Eh-eh Alena nanti baju kamu basah, 'kan baju abang basah," ucap Rezzi.

Alena langsung melepaskan pelukannya "Abang jahat! Hujan-hujanan tapi gak ajak Alena."Alena mengerucutkan bibirnya lucu. Dan itu membuat Rezzi gemas.

Rezzi pun turun mensejajarkan tubuhnya dengan Alena dan mencubit kedua pipi tembam milik Alena.

"Ayo main hujan sama abang, tapi..." Alena yang mendengar itu langsung tersenyum lebar dengan mata berbinar "kalau hujannya udah berhenti ya," lanjut Rezzi menggoda.

"MAMAAA BANG REZZI JAIL MA!" teriak Alena.

Vina yang mendengar suara Alena berteriak dari dapur langsung menghampiri mereka berdua yang masih bercanda di depan pintu depan.

"Rezzi, kamu apain adi-" ucapan Vina terhenti saat melihat Rezzi yang basah kuyup "ya ampun kamu kenapa basah-basahan? Kamu gak bisa kehujanan dikit langsung flu tau."

Rezzi kembali berdiri. "Itukan dulu, Ma. Sekarang udah Enggak kok."

"Sok strong kamu."

"Emang Rez-" ucapan Rezzi terhenti saat melihat seseorang di belakang Vina.

"Lagi pada apa nih? Kok kumpul di depan pintu?" ucap Farhan ramah.

"Rezzi masuk dulu." Rezzi langsung pergi meninggalkan semuanya tanpa melihat Farhan.

Vina menatap suaminya dan anaknya bergantian. Vina merasa aura tegang mengelilingi. Vina menatap kembali Alena untuk membujuknya. "Ayo Alena kita masuk. Biarin nanti kalau abang kamu jail terus, kita lempar ke kolam renang ya."

Entah kenapa Farhan merasakan hatinya seperti di remas oleh tangan yang tak terlihat namun terasa sakit. Apa mungkin karena sikap anaknya yang dingin terhadap dirinya? Tapi ia tidak bisa menyalahkan Rezzi sepenuhnya karena ini salahnya juga.

-0-

"Ris cepet lempar tas gue!"

"Sabar napa. Gue lagi liat situasi nih takut ada gebetan gue berabe nanti," balas Daris.

"Ah lo mah mau cabut juga banyak gaya, nyet," sahut Adnan mendahului Daris memanjat.

Setelah menurut Daris tidak ada salah satu gebetannya yang melihatnya bolos, Daris melempar ketiga tas sahabatnya dan setelah itu Daris mengikuti jejak Arga dan Adnan, bolos.

"Ga, gue liat Shania," ucap Daris tiba-tiba. Daris mensejajarkan langkahnya dengan Arga dan Adnan.

Arga mengalihkan perhatiannya cepat pada Daris. "Mampus. Terus dia liat lo gak?"

Wajah Arga sedikit pucat. Walaupun Arga nakal, melawan pada guru, apalagi orang tua. Tetapi entah kenapa ia lemah jika sudah dengan Shania.

"Enggak," Arga menghembuskan nafas lega "orang gue liatnya kemaren" lanjut Daris. Dan itu berhasil membuat Arga memukul kepala Daris "Ye curut, gue kira beneran."

"Mau terus debat lo berdua? Kalau iya, gue duluan ke basecamp," ujar Adnan.

Arga pun merangkul pundak kedua temannya dan mengajaknya berjalan. "Ris, kenapa ya teman kita yang satu ini emosi mulu?" tanya Arga pada Daris. Sengaja untuk meledek Adnan.

Stay or LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang