ada kisah yang tak ingin aku bagikan, ada kisah yang tak ingin ku ingat.
gigi duduk diam di sudut jendela kamarnya, malam ini gigi menginap di rumah mama rieta. rafathar sudah tertidur pulas, sementara gigi, matanya enggan unuk istirahat
di tangan gigi menggenggam ponsel, hatinya ragu. ingin menghubungi raffi namun ada sesuatu yang menghalanginya, entah itu apa gigi juga tidak tau.
mata gigi mulai berkaca-kaca, pikiran dan hatinya tak sinkron bahkan bibirnya enggan untuk menyangkal ataupun membela "raffi" lirih gigi, genangan airmata yang sudah menumpuk di matanya akhirnya tumpah juga. tanpa ingin menyeka, gigi memejamkan matanya
kesal ? pasti. tidak mudah menjadi gigi, setiap saat di serang oleh gosip, sindiran dan bahkan sumpah serapah oleh orang yang hanya mengenalnya lewat tv. miris memang, entah untuk apa dan apa keuntungannya bagi mereka dengan memojokan kehidupan keluarga gigi
"gigi" mama rieta masuk ke dalam kamar gigi
gigi menoleh ke mamahnya, mama rieta mengiba lalu mendekat ke gigi memeluknya erat. putri yang di besarkan dengan kasih sayang dan didikan kuat darinya harus menghadapi cobaan sebesar ini "udah jangan nangis, mama ngga pernah ngajarin gigi lemah" kata mama rieta mengusap puncak kepala gigi dengan sayang, gigi mengangguk ringan
****
raffi mendengus kesal, satu masalah telah selesai kini datang masalah baru "sit!" umpat raffi emosi, ruben yang berada di samping raffi langsung merespon"lo kenapa fi ?" tanya ruben menepuk bahu raffi
"kayanya pada ga seneng gw hidup tenang"
ruben mengangguk mengerti tentang apa yang sedang membuat raffi sekesal saat ini "lo kaya baru kena gosip aja fi, udahlah ga usah di pusingin. diemin aja, nanti juga pada diem sendiri"
raffi mengangguk, tiba-tiba pikirannya tertuju ke nagita "arghhh" erang raffi
"kenapa lagi ?" tanya ruben
"hp nagita mati"
raffi menelfon nisya "hallo nisya, gigi di rumah ?"
"........."
"ya udah" tutup raffi mengakhiri telfonnya
"gimana ?" tanya ruben ikut khawatir
"gigi ga di rumah" kata raffi frustasi, dia tau pasti gigi pergi ke rumah mama rieta "gw harus gimana ben ?"
"lo mau dengerin saran gw ?" raffi mengangguk
"lo pulang sekarang, jemput gigi. ajak ngobrol berdua, jangan lupa lo jelasin ke mama rieta juga takutnya mama rieta juga salah paham" kata ruben memberi saran, raffi mengangguk lalu pergi
"aa mau kemana ben ?" tanya produser pesbukers
"ada yang harus dia kerjain, ga papa kan pak raffi pulang, tinggal penutup doang kan ga papa kalo raffi ga ikutan" ucap ruben, pak produser mengangguk
****
gigi berbaring di samping rafathar, menatap wajah teduh yang selalu membuatnya nyaman dan tenang. gigi menyakinkan dirinya agar kuat karna rafathar masih butuh dirinya "kuatin mamah ya nak" lirih gigi mengusap pipi gembul rafathardi luar rumah, raffi mengetuk pintu rumah mamah rieta dengan keras namun tak ada yang membukakan pintu "mama rieta, gigi, rafathar" panggilan raffi terus terdengar bahkan semakin keras terdengar
mama rieta yang sudah berdiri di depan pintu tidak berniat membukakan pintu untuk raffi, kecewa ? mungkin itu yang di rasakan mama rieta karna ketidak hadiran raffi di acara pernikahan caca dan karna itu juga gigi menjadi sedih
mama rieta menelfon raffi "kamu pulang aja, biarin gigi sama rafathar di rumah mamah" kata mamah rieta di telfon dan setelah itu langsung mematikan telfon tanpa memberi kesempatan raffi untuk menjawab
raffi memang sudah memberi penjelasan ke mamah rieta dan juga caca jika raffi tidak bisa datang ke pernikahan caca karna raffi ada pekerjaan yang tidak bisa di undur ataupun di batalkan, tadinya mamah rieta memahami namun setelah melihat gigi, mamah rieta sedikit kecewa. karna ketidak hadiran raffi membuat gosip semakin berkembang dan memanas dan itu membuat keluarga mamah rieta menjadi sasaran bullyan juga, apalagi caca dia mendapat cemohan dan doa yang buruk di hari bahagianya. manamungkin mamah rieta tidak sedih melihat kondisi sekarang
raffi menggenggam erat lalu memukul tempok, ada sedikit darah segar yang keluar dari jemari raffi namun tak dihiraukannya. rasa sakit di jemarinya tak seberapa di bandingkan sakit hatinya menghadapi cerita hidupnya
gigi terbangun, entah kenapa matanya tiba-tiba terbuka dan hatinya mulai tak tenang. tak sengaja tangan gigi menyentuh kalung yang melingkar di lehernya, kalung yang raffi beri untuknya dulu ( yang huruf N ) "raffi" lirih gigi beranjak keluar dari kamarnya
gigi menatap mamah rieta dengan aneh "mamah ngapain ?" tanya gigi setelah di dekat mamah rieta
"kamu ko bangun gi, ada apa ?" bukannya menjawab mamah rieta malah balik bertanya
mata gigi menangkap sosok di depan rumahnya yang sedang bersandar di jendela "itu siapa mah ?" tanya gigi, mamah rieta diam tidak menjawab lalu pergi
gigi membuka pintu dan mendapati raffi yang sedang berdiri dan bersandar ke jendela depan rumahnya "raffi" ucap gigi, raffi menoleh ke gigi tatapannya berbinar lalu memeluk gigi mendekapnya erat "kamu kenapa ?" tanya gigi khawatir
"ga papa" kata raffi semakin erat memeluk gigi, enggan untuk melepaskan. gigi mengendus saat bau amis memaksa masuk ke hidungnya "bau amis" kata gigi melepaskan dirinya dari raffi, gigi mencari sumber bau amis dan mendapati jemari raffi yang berdarah "astagaaa raffi" panik gigi meraih tangan raffi
airmata menetes dari mata raffi, melihat betapa beruntungnya dia mendapatkan istri seperti gigi. raffi kembali mendekap gigi "maaf" lirihnya menyesal, entah sudah berapa kali raffi membuat gigi menangis. gigi mengangguk
"ngga papa, kita masuk" kata gigi memapah raffi masuk ke dalam rumah
raffi menatap wajah rafathar yang masih tertidur nyenyak, jagoannya. raffi mencium pipi rafathar pelan agar rafathar tidak terbangun "kita pulang ?"
"besok aja, ini udah malam. kasian rafathar juga"
raffi mengagguk lalu duduk di pinggir tempat tidur sementara gigi mengambil kotak obat. dengan telaten gigi membersihkan darah yang masih keluar dari jemari raffi "pasti sakit" kata gigi menempelkan obat luka untuk menghentikan darah yang keluar
raffi menggeleng "lebih sakit kalo aku liat kamu nangis apalagi alasan kamu nangis karna aku" ucap raffi, gigi beralih menatap raffi, airmatanya keluar tanpa perintah. raffi menghapus airmata yang terus mengalir dari mata gigi "maaf untuk hari ini" kata raffi dengan nada bersalah, gigi mengangguk
"lupain aja, kamu ngga salah. mungkin aku yang terlalu terbawa suasana di luar. maaf"
raffi menangkup wajah gigi "jangan pernah minta maaf, karna kamu ga pernah salah. apapun yang kamu lakukan itu demi aku dan rafathar jika ada kesalahan itu hanya dari aku bukan kamu"
gigi terenyuh, suaminya memang sangat mencintainya "raffi aku.."
"sssttt" jari raffi mendarat di bibir gigi "kamu ga perlu bilang apapun, kamu cukup tau kalau aku sayang banget sama keluarga kecil kita" kata raffi dan mengakhiri ucapannya dengan kecupan hangat di kening gigi
"janji kamu ga akan ninggalin aku dan rafathar"
"janji" kata raffi, gigi memeluk raffi. memang benar, setiap masalah pasti ada hikmahnya.
_______
jangan membuat spekulasi sendiri hanya dengan 'katanya' bukankah setiap orang ingin di hargai ? hargailah kehidupan orang di sekitar anda, jangan mencampuri urusan yang bukan menjadi urusan anda. tentu anda akan kesal bahkan mungkin marah jika ada seseorang yang sok mengerti urusan anda bahkan sampai menyimpulkan yang sebenarnya tidak benar dan tidak terjadi. hiduplah dengan tenang dan bahagia tanpa ikut campur urusan orang lain, bukankah lebih indah melindungi kisah anda daripada ikut campur kisah orang lain. hidup sebenarnya sederhana jika kamu menghargai hidup kamu tanpa masuk ke dalah kisah hidup orang lain. terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
kamulah takdirku
Random'dimana salahnya suamiku ? menghibur adalah pekerjaannya, lalu dimana letak kesalahannya ? kalian memujiku, mendoakan yang terbaik buatku, tapi kalian memojokkan suamiku. apa menurut kalian itu tidak menyakitiku ? jika kalian menyayangiku, harusnya...