part 36

518 30 7
                                    

Hari ini Raffi sedang sakit, suhu tubuhnya tinggi, bahkan panas tubuh Raffi bisa di samakan dengan air yang baru di masak.

Seharian, Raffi hanya berbaring di kasur, di kamarnya. Hanya menonton tv dan bermain hp. Gigi tidak memperbolehkan nya keluar dari kamar, bahkan untuk sekedar makan.

"Bilang aja sama aku, kamu pengen apa. Nanti aku bawain ke kamar, kamu cukup diem di kasur"

Seperti itu kata Gigi, sebelum Gigi keluar kamar untuk mengurus keperluan Rafathar.

Seharusnya hari ini Raffi bertemu beberapa orang dari program tv. Walaupun kegiatan Raffi dalam mengisi acara tv sudah banyak, tapi Raffi tidak menolak tawaran yang terus datang padanya.

Saat ayahnya masih hidup, beliau selalu berkata jika rejeki yang datang pada kita harus kita sambut dengan baik dan kita terima dengan ikhlas. Karena itulah Raffi enggan menolak setiap tawaran kerja yang datang padanya, selain Raffi memang memiliki sifat tidak enakan.

Karena banyaknya pekerjaan yang datang pada Raffi, Gigi akhirnya ikut andil dalam mengurus pekerjaan yang sudah Raffi ambil. Beberapa pekerjaan yang memang bisa Gigi gantikan, maka Gigi lah yang akan mengurusnya.

Karena sebelum menikah, Gigi sudah mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan entertainment. Gigi bisa menyelesaikan beberapa pekerjaan Raffi, dan sekarang Gigi pun ikut di hampiri pekerjaan yang khusus untuknya.

Keluarga kecil Raffi kini mulai sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Gigi mulai banyak tawaran kerja, Raffi mulai kewalahan mengatur pekerjaannya. Rafathar yang sibuk dengan sekolah dan les.

Jika saja Raffi dan Gigi tidak pintar meluangkan waktu untuk bersama, mungkin keluarga kecil mereka akan alot. Untungnya, mereka begitu pintar memanfaatkan sedikit waktu untuk bersama.

Raffi mulai bosan, sedari tadi menonton tv, tidak ada acara yang menarik. Tangan Raffi memukul-mukul kasur bagian samping, bagian yang seharusnya ada Gigi.

"Sayang bosennnnnnnn" suara Raffi menggema di kamarnya. Raffi benar-benar bosan.

Raffi melirik jam di dinding yang kini menunjukkan pukul 1 yang berarti Rafathar sebentar lagi pulang.

"Rafathar cepet pulang, papah bosen sendirian di kamar" ucap Raffi terus mengeluh.

Raffi tidak ada pilihan lain selain diam saja di kamar. Pintu kamarnya di kunci dari luar oleh Gigi agar Raffi tidak keluar dari kamar.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Gigi masuk ke dalam kamar bersama mba Lala yang membawa nampan berisi sepiring buah yang sudah di potong-potong dan beberapa macam kue.

"Sayang, itu buat aku ?" tanya Raffi.

Gigi mengangguk.

Raffi menelan ludah, setiap Gigi masuk ke dalam kamar, ada saja yang Gigi bawa, entah buah kue atau makanan lainnya.

"Aku kan baru makan puding sama banana" ucap Raffi menunjuk ke piring di atas meja yang sudah kosong dan berisikan kulit pisang.

Gigi meringis seraya berjalan mendekat ke Raffi. Mba lala meletakan nampan di atas meja, dan mengambil piring kotor lalu di bawa keluar.

Gigi duduk di sebelah Raffi berbaring. "Masih anget" ucap Gigi setelah menempelkan tangannya di kening dan leher Raffi.

"Sayang aku bosen" Raffi meringsek memeluk perut Gigi.

"Kamu harus istirahat, biar panasnya cepet turun" kata Gigi. Tidak perduli sebosan apa Raffi sekarang, yang Gigi pikirkan hanya bagaimana suhu badan Raffi cepat turun.

Saat sedang sakit seperti ini, Gigi bisa melihat Raffi yang pendiam. Tingkahnya yang tidak bisa diam, langsung hilang seketika. Tapi bagi Gigi, melihat Raffi sakit adalah hal yang paling membuat Gigi bersalah. Gigi merasa tidak bisa menjaga pola hidup suaminya hingga suaminya sakit.

"Mau aku temenin di sini ?" tanya Gigi.

Raffi mengangguk. lagi pula siapa yang tidak bosan sendirian di kamar.

Gigi beralih, naik ke atas kasur dan berbaring di sebelah Raffi. Begitu Gigi berbaring, Raffi langsung menarik Gigi agar lebih dekat dengannya.

"Badan kamu anget banget" ucap Gigi saat Raffi memeluknya. Gigi bisa merasakan suhu badan Raffi yang masih hangat saat tubuhnya menyatu dengan tubuh Raffi.

Raffi tidak merespon ucapan Gigi, ia terus memeluk erat Gigi agar rasa bosannya hilang.

"Sayang, kalau aku belom boleh keluar kamar, kamu jangan keluar yak, temenin aku di sini biar aku ga bosen" ucap Raffi.

"Iyah" ucap Gigi sambil mengangguk walau sebenarnya masih ada beberapa hal yang harus Gigi kerjakan. Tapi menemani suaminya yang sedang sakit, jauh lebih penting dari segalanya.

kamulah takdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang