[16] Failed

33.4K 1.7K 14
                                    

     Gadis bete setengah modar. Rasanya kesal. Kepalanya penuh. Tangannya berkeringat dingin. Sudah sejak setengah jam lalu saat seorang cowok berpakaian jas membuka pintu dan duduk di bangku sebelahnya. Rasanya Gadis pengin mati.

     Mungkin bukan hanya Gadis yang merasakan kesal, maksudnya disini adalah ; Raka. cowok itu tampak anteng dengan makanan di depannya, tidak berniat sama sekali ikut urusan orang tua yang ia tahu menjurus kemana. Raka shocked. Sejak ia masuk, rasanya oksigen sudah di lahap habis dengan keterkejutan dalam otak dan hatinya sendiri. Bahkan sekarang, rahangnya tampak mengeras saking kesalnya. Kenapa semuanya jadi kayak gini?

     Raka rasanya ingin menonjok apapun sekarang. Tangannya entah sejak kapan sudah terkepal dengan napas yang keluar dari mulut. Mulutnya gatal ingin memarahi siapapun disini. Terutama kedua orang tuanya. Apalagi yang terjadi setelah terbukti bahwa bukan keluarga Herlambang yang berada disini? Baru saja dia kepengin bersyukur tapi tidak jadi karena,
Kenapa keluarga Heri? Yang justru jauh-jauh hari, anak dari keluarga itulah yang menjadi sasaran empuk Raka untuk membatalkan perjodohannya. Lalu, jika sekarang justru cewek itu yang menjadi tokoh utama, siapa yang akan berperan menjadi tokoh sampingannya?     Raka benar-benar merasa penuh. Bagaimana kedepannya jika ia harus menjalani dunianya dengan Gadis, bakalan ---

     "Raka?"

     Panggilan itu membuat si pemilik nama menoleh cepat. Seolah lamunan yang sudah tercipta langsung buyar begitu saja --terganti dengan tanda baca yang terlihat dari tatapan tajamnya.

     "Anterin Gadis pulang ya, ada hal yang ingin kami bicarakan dulu." Yang dimaksud 'kami' oleh Pram adalah orang-orang tua itu.

     Raka mendengus, namun lirih. Gadis yang mendengar rasanya ingin mengelak, namun saat tahu siapa yang memerintah, ia tidak jadi, yang ia lakukan hanya melakulan hal sama dengan apa yang dilakukan Raka.

     "Raka kan nggak bawa ---"

     "Pake mobil Papa." Potong Pram cepat.

     "Lah terus, nanti Raka balik lagi jemput papa sama mama?" Raka terkekeh, Kesalnya kelihatan banget.

     "Ya iya."

     "Kalau enggak, kalian jalan-jalan dulu aja. Sekalian Gadis beliin mama Cake." Celetukkan Ami membuat cewek berambut sebahu itu mendelik, "Ah! Apaan sih ma!"

     "Gadis pulang sendiri aja nih, kan bisa naik taksi," Cicitnya kesal sembari merapikan semuanya. "Lagian Gadis juga nggak mau dianter Raka."

     Merasa ia salah bicara, Gadis mendapat tatapan tanya dari kedua orang tuanya. Cewek itu langsung menggaruk kepala saat mendapat tatapan tajam dari Raka, "Maksudnya, Gadis nggak mau repotin Raka aja ---"

    Namun segera Rina memotong cepat, "Ih, enggak ngerepotin. Lagian udah malem loh, nggak aman cewek cantik pulang sendirian kayak gini."

     Kenapa orang-orang tua ini terlihat sangat menyebalkan ya Tuhan?

     "Nggak kok Tante, kan rumah Gadis deket." Cicitnya.

     "Tapi kan nggak baik, biar Raka yang anterin."

     Cewek itu menggeleng cepat, "Beneran, Gadis bisa pulang sendiri kok ---"

     "Gad --"

     "Gue anterin."


***

     Lampu-lampu pinggir jalan yang sengaja dinyalakan tiap malam entah kenapa lebih menarik dibandingkan dengan suasana sekitar. Gadis menenggelamkan wajahnya di kaca mobil, mengamati suasana Ibukota malam hari.

THE MOST WANTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang