[6] Penolakan

49K 2.3K 17
                                    

      Sudah keberapa kalinya, Gita membangunkan cewek yang tengah tertidur disampingnya kini ; dengan cara mencubit, menusuk-nusuk lengan Gadis. Sebenarnya bukan hanya Gita, tapi juga Yuna dan Diva. Dan sekarang, matilah sudah keberhasilan mereka. Karena Bu Endang --Guru B Indo paling jadul dan kalau ada yang sekira menyepelekan jam pelajarannya, tak kuasa menahan sisi macan tutul yang tersimpan baik dalam senyum manis semanis gula, mulai menggebrak meja dengan penggaris kayu. Yang berarti, sisi macan tutulnya muncul.

     "Gita! Bangunkan Gadis, Cepat!" Ini nih nada yang sering kedengar diucapin kalau lagi emosi. dari rendah ke tinggi.

     Dengan menelan susah salivanya, Gita menusuk-nusuk lengan Gadis dengan bolpoin. "Dis, bangun Geblek." Bisiknya tepat ditelinga cewek itu hingga membuat Gadis menggumam tak jelas.

     Melihat tatapan garang Bu Endang, Yuna dan Diva lantas mengerti. Ikut membangunkan kebo satu ini. "Dis, bangun elah. Ketawan nih sama Bu Endang."

     Merasa kedudukannya terancam, Gadis membuka matanya perlahan. Tangannya yang ia tekuk untuk menelan wajahnya ia tarik, sekarang menopang dagu, dengan mata menyipit.

     "Gadis!" Gertak Bu Endang.

     Cewek itu mengerjap, mulutnya menganga saat melihat sosok gendut berjilbab yang tengah menatapnya seolah racun yang mematikan! "Eh-hah?" Gagu, Gadis bingung harus gimana.

     Sebenarnya, memberikan hukuman spesies seperti murid yang suka tidur, rame, menyepelekan untuk keluar kelas malah membuat kegemberiaan bagi mereka-mereka. Dan Gadis menyerah, Ia emang suka jadi langganan, padahal sih dia juga nggak bodo-bodo amat. Yaelah, udah mau Istirahat juga. Dasar Endang, rewel banget kayak bayi. Batin Gadis, namun tak urung dia juga keluar dengan mata merah masih mengantuk.

     "Cewek kok kayak begitu. Kalau cowok saya maklumi." Sekelas terkekeh sendiri mendengar penuturan bu Endang, dan memusatkan perhatian kepada cewek yang baru saja menghilang dari balik pintu.

     Dan teman-teman Gadis hanya menurunkan bahu pasrah. Biasa kok, biasa.

     Dengan posisi masih mengantuk, Gadis berjalan di sepanjang koridor. Ia tidak ingin kekantin, ia ingin sendiri. Maka ia memutuskan dari lantai dua, menuju lantai empat --Rooftop.

     Saat sampai di lantai tiga, mata bulatnya menangkap sosok yang berjalan mendekat kearahnya. Gadis mendengus. Ia sedang tidak mau berurusan dengan syaiton satu itu.

     "Hey! Ini loh, Most Wanted Girl SMA Putra Bangsa." Laura bersedekap, soflent birunya menatap Gadis mencemooh.

     "Minggir." Tajam. Gadis mendorong Laura, namun secepat itu Kacung-kacung cewek itu mendorong Gadis kebelakang.

     Manik tajam Gadis menatap cewek-cewek yang berada di belakang Laura. apa mereka nggak malu? Udah ngajak tanding futsal, eh malah kalah lagi.

     "Nggak usah sok berani lo jadi cewek! Nggak usah sok kecakepan!" Tandas Laura, kelihatan banget kalau dia nggak suka. "Murahan!" Teriak Laura lagi. Sumpah! Apa? Murahan? Hellow!!!Gadis nggak tahan, kakinya melangkah. Refleks Laura mundur, jujur,ia...takut.

     "Ngomong.apa.lo.barusan?" Gadis menekan setiap kata yang ia utarakan, kakinya terus melangkah hingga Laura membentur tembok. Tidak bisa mundur lagi.

     Saat kacung-kacung Laura ingin mendekat, tiba-tiba tidak jadi karena Gadis terlebih dahulu melirik tajam dengan tangan yang terkepal seakan ingin menghajar satu-satu.

     "Nggak usah sok berani!" Pekik Laura tertahan karena jarak antara dirinya dan Gadis sudah terhapus. Tinggi Laura yang tidak menyamai Gadis membuat cewek itu terlihat seperti sosok tak berdaya.

THE MOST WANTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang