[20] H-1?

34.9K 1.5K 19
                                    

     Kediaman Heri terlihat lebih sibuk akhir-akhir ini. Lantai satu yang memang luas banget, dijadikan tempat untuk melaksanakan acara nantinya. Dekoran bunga dan kain-kain mewah warna-warni di susun sedemikian anggun. Para pembantu pun harus lebih bekerja keras lagi dalam menyambut hari-H. Mempersiapkan segala makanan dan keperluan yang dibutuhkan, bahkan Ami harus memanggil beberapa chef terkhusus untuk memasak di rumahnya.

     Suasana luar yang terdengar ramai malah membuat Gadis ingin menyumpal telinganya dengan apapun agar nihil ke telinganya. Namun semakin cewek itu enggan, suara berisik itu membabi buta di pendengarannya.

     Ketika Gadis mengambil posisi duduk, tatapannya berhadapan langsung dengan gaun berwarna putih bersih dan cream yang menjuntai hingga ke lantai. Di sampingnya, sepatu heels setinggi 6 cm yang terkesan mewah itu entah kenapa membuat Gadis gemas ingin mencopot bawahannya agar menjadi sandal. Gadis berfikir, pasti ibunya telah mempersiapkan gaun ini jauh-jauh hari tanpa sepengetahuannya. Karena kalau sampai dia tahu, Gadis pasti menolak mentah-mentah.

     Gadis bete. Bibirnya menggerucut sebal dengan alis yang tertaut. Rasanya, dia pengin banget kayak Masha di kartun teve yang bisa ngilang pake sulap. Mungkin jika bisa, cewek itu sudah berada di suatu tempat tanpa khawatir lagi orang tuanya akan memaksa.

     Gadis merebahkan tubuhnya lagi dengan posisi telentang dan membentuk bintang besar. Seragamnya sudah terbuka tiga kancing dan ia sudah tidak memakai rok, tapi short hitam karena dia merasa gerah.

     Suara ketukan pintu sebanyak tiga kali membuat Gadis mendengus, tidak berniat untuk beranjak walaupun hanya untuk duduk.

     "Gadis?"

     Suara Ami dari belakang pintu tetap membuat Gadis keukeuh.

      "Nggak dikunci!" Teriaknya sambil berguling ke kanan, mencari posisi nyaman.

     Suara pintu yang di buka membuat Gadis hanya mengangkat kepalanya sebentar, mengetahui bahwa itu benar-benar ibunya.

     "Anak mama yang cantik." Ami mengusap bahu putri nya itu pelan, membuat si pemilik langsung berbalik dengan wajah sangarnya.

     Ami menarik tangan Gadis hingga membuat cewek itu mau tak mau duduk."Kenapa cemberut gitu ih!"

     Tidak menjawab, Gadis justru menarik frustasi rambutnya yang seperti singa itu. Dia jadi ingat, udah seminggu belum keramas.

     "Maa.." Rajuknya. "Nggak mau ma, Aku nggak mau di jodohin kayak gini."

     Kali ini Ami tidak lagi berdiri, tapi duduk dikasur empuk anaknya --disamping Gadis yang tengah bersandar.

     "Ma?" Tanyanya lagi, tapi masih enggan untuk mendongakkan wajahnya.

     Wanita yang mengenakan daster berwarna biru itu mengusap pipi Gadis. Wajahnya tak terbaca meskipun Ami terlihat tersenyum.

     Gadis mendongak, tatapannya sendu --tak seperti biasannya, "Aku belum siap Ma.." tuturnya, "Mama kan tahu, disini posisi nya Gadis masih punya --"

     "Justru itu," Ujar Ami kalem, "kamu itu harusnya bergerak maju. Bukan mikirin yang lalu gitu lho, Nak."

     Gadis tak se-kesal tadi, namun tatapannya masih sendu. Bahkan, tangannya pun sedari tadi saling terkait.

     "Mama tuh nggak suka sama cowok kamu yang dulu itu ih," dengan tampang sok kesal, Ami mengepalkan tangannya sendiri seperti hendak menonjok orang, "pokoknya," ujarnya lagi, "Raka tuh beda dari Ba --"

THE MOST WANTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang