[28] Tanpa Kesengajaan

27.7K 1.4K 16
                                    

     Keramaian di jalan raya pada pukul 09.24 berbanding terbalik dengan suasana dua orang dalam mobil sporty berwarna merah itu. Padahal, sudah kelewat lima belas menit lalu mobil itu sudah kembali melaju yang masih belum tahu tujuannya akan kemana.

     Lagi-lagi helaan napas keluar dari mulut Gadis. Dengan bosannya, dipandangnya semua objek yang terlihat seperti berlari karena mobil Raka yang kecepatannya bisa dibilang di atas rata-rata. Cewek itu menaikkan kedua kakinya hingga bersila diatas kursi.

      Di kursi kemudi, yang dilakukan Raka hanya melirik gerak-gerik cewek itu sekilas. Bagaimanapun juga, dia harus tetap fokus ke depan. Yang padahal, dia sendiri juga bingung tujuannya kemana. Sebenarnya dia udah lapar, tapi dia tidak tahu cewek disampingnya ini lapar atau tidak.

     "Anterin gue ke toko bunga," ujar Gadis tiba-tiba, membuat Raka menoleh kekiri. "Pelanin kecepatannya, sepuluh meter lagi." Lanjut Gadis. Tanpa menoleh sedikitpun ke yang diajak bicara.

     Karena sudah dekat, Raka memelankan mobilnya hingga mesin sudah tak terdengar lagi. Gadis langsung turun tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Dan Raka, cowok itu juga berniat turun karena heran kenapa cewek itu ingin kesini.

     Aromanya masih sama dan selalu sama sejak pertama Gadis kesini. Aroma bunga yang berbaur dengan rumput hijau selalu menyapa dan membuat betah untuk siapapun yang melihatnya. Meskipun Gadis nggak suka bunga, tapi cewek itu suka saja dengan suasana kayak gini. Adem.

    "Mbak, yang biasanya ya, dua." Ujar Gadis, tersenyum lebar setelah ia menggeser pintu bening dengan hiasan bunga plastik dibagian tepinya.

     "Lama nggak kesini ya?" Wanita yang berumur sekitaran tiga puluhan itu tertawa renyah, setelahnya baru mempersiapkan apa yang cewek itu minta.

     "Tadi gue cuman lewat aja, terus sekalian aja deh entar ke tempat kakak," kata Gadis, "lama juga gue nggak kesana."

     "Nggak mau lihat bunga yang lain?" Tawar karyawan yang bernama Intan itu, mengingat bahwa Gadis selalu pesan bunga mawar putih. "takut kakak lo bosen."

     Gadis menggeleng, "Gue keluar dulu deh, tas gue ketinggalan."

     Intan hanya tersenyum, membiarkan cewek yang rambutnya sudah tambah panjang sejak terakhir mereka bertemu itu pergi.

     Sebelum keluar, Gadis terlebih dahulu menyamping karena pengunjung lain datang. Kemudian cewek itu melangkahkan kaki keluar dan terlihat Raka sedang bersandar pada pintu mobil.

     "Ngapain lo kesini?" Tanya Raka ketika cewek itu buru-buru memasuki mobil.

     "Heh?" Kali ini Raka memasukkan kedua tangannya di saku, "budeg ya lo ya?"

     "Sssstt!" Gadis berdesis, cewek itu sudah berada di sebelah Raka dan sedang merogoh-rogoh ranselnya.

     Raka hanya diam memperhatikan Gadis yang grusa-grusu.

     "Tuh kan gara-gara lo!" Tiba-tiba Gadis menatap Raka sebegitu sebalnya, "lo kan ah."

     "Bego apa lo?" Raka tidak terima, karena sedari tadi cowok itu disalahkan tanpa alasan yang jelas, "orang gue gatau masalahnya apa."

     "Pinjem duit." Gadis menengadahkan tangan kanannya ke arah Raka, namun kepalanya ia tolehkan ke arah lain.

     Raka tertawa renyah, "Setelah lo nyalahin gue, sekarang lo pinjem duit ke gue?"
  
     "Pelit banget, entar gue ganti." Gadis tak sabaran.

     "Bisa nggak sih kalau minta sama orang, nggak usah pake otot?" Tanya Raka. Matanya menajam dan nada yang dikeluarkan terdengar menusuk.

     Cewek itu menarik napas, "Cepetan pinjemin." Ujarnya memelan, dan tangannya sudah ia turunkan.

THE MOST WANTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang