SETELAH kejadian itu tadi di sekolah, Gadis langsung pulang. Tidak lupa mengajak teman-temannya untuk bermain dirumahnya. Keluar sekolah sih gampang, tinggal bilang Pak Rusli kalau dia lagi sakit. Dan sekarang, disinilah mereka. Merebahkan diri diatas Karpet Berudlu merah yang nyaman.
"Gila-gila. Gue beneran nggak nyangka loh, tadi si Raka dateng." Yuna, dengan mulut bawelnya tidak bisa berhenti mengoceh sejak tadi.
Dengan malas, Gadis membuka toples cemilan. "Yaudah sih. Bahas aja terus sampe mampus." Ia masih kesal, perihal Yuna yang menyebarkan kejadian tadi di sosmed, membuat satu sekolahan langsung heboh dengan cepat.
"Gue haus Dis." Gita mengambil posisi duduk. Semelas mungkin mengusap dramatis lehernya. "Sumpah rumah lo sepi banget."
"Gue panggilin pembantu ---"
"Nggak. Gue sama Gita kebelakang aja." Diva berdiri, melempar ponselnya ke sofa. "Bawain minum nggak Yun?"
Yuna mengangguk, masih dengan posisi yang sama. Telentang.
"But, i mean ---"
Refleks Gadis mengangkat tangan kirinya keatas, "Please, don't say it again, honey."
"Okay. Ganti topik, nggak akan Raka lagi. Gue mau nanya, gimana?" Tawar Yuna dan membuat Gadis mengangguk penasaran dengan alis yang terangkat sebelah.
Setelah mengambil napas, Yuna mengeluarkan suara. "Kenapa, lo nolak Rama?" tanyanya dengan tampang selidik, membuat Gadis mencibir.
"Yeee. Gue kira penting." Tangan Gadis tidak bisa untuk tidak usil melempar Yuna dengan kacang polong.
"Gini ya, Rama kan ganteng tuh. Walaupun, lebih ganteng Raka ---"
"Na.." Peringat Gadis sebelum mulut sahabatnya itu merembet kemana-mana.
Yuna terkekeh. Sebelum bicara, Yuna merangkak, duduk di sofa dengan kaki menyila, "Kenapa lo tolak? Lo masih ragu karena kejadian waktu itu." Eh, tanya sendiri, jawab sendiri. Tapi tepat sasaran sih.
Dan kalimat itu, membuat Gadis memelankan kunyahannya. Tangannya berhenti mengambil snack dan terpaku sebentar. "Lah, kenapa gue harus nyangkut pautin sama yang udah kelewat Nyet?" Dengan enteng, Gadis menatap Yuna santai. "Simple. Gue nggak ada rasa sedikit pun sama tuh anak." Tandasnya dan membuat Yuna manggut-manggut.
"Nih. Minum dulu, Ndoroo." Dengan senyum manis yang dibuat, Gita meletakkan empat gelas berwarna merah diatas meja bening, dibantu luwes oleh Diva.
"Najis." Kata Gadis.
Yuna membalas dengan cengiran lebar. "Makasih, Bi."
"Gue bosen nih. Baru jam sepuluh masa," Diva menggerucut. Kakinya menyila diatas karpet berudlu.
Gadis membuka seragamnya, menyisakkan tanktop putih dengan garis-garis hitam. "Ya dimana kek. Mau kekamar gue?" Tawarnya, yang membuat ketiga cewek itu menggeleng.
Bukan apa-apa sih. Tapi, didalam kamar Gadis malah tambah bosan banget. Kamarnya itu luas. Tapi cuman ada meja belajar, kamar mandi, almari, teve, dan keperluan umum lainya. Sip udah itu. Nggak ada tempelan apapun yang menghiasi dinding bercat ungu muda.
"Renang yuk. Gue pengen." Gadis berdiri. Berjalan menuju pintu yang terbuat dari kaca. Lalu menggesernya, menampilkan kolam berenang yang benar-benar manja ingin dijamah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MOST WANTED
Novela JuvenilCOMPLETE. (TAHAP REVISI) [WARNING! TERDAPAT BANYAK KATA-KATA KASAR]#130 In Teen Fiction 02-05-2017 #109 In Teen fiction 10-05-2017 #78 in teen fiction 22- 05-2017 * Siapa sih yang nggak kenal Gadis? Cewek berambut sebahu, mata bulat, bibir tipis. Iy...