[12] PLAK!

37.5K 1.8K 19
                                    

     Ini masih dibilang pagi untuk Gadis berangkat sekolah. Cewek itu beberapa kali masih memejamkan mata dan meregangkan otot. Demi apapun, dia masih rindu kasur.

     "Kalau dia sampe belum berangkat, gue tendang anu nya lagi." Gumamnya sambil terus berjalan. Menaiki tangga, lalu duduk di bangku lorong lantai dua.

     06.00

     Gadis melongok kesana-kemari, mencari sosok yang kemarin. Katanya. Ngajak berangkat pagi.

     Gila banget deh dia nurutin kemauan Raka. Padahal, spesies kayak dia itu nggak usah dipercaya! Dan Gadis hari ini percaya. Bodoh banget sih, batinnya sendiri.

     Gadis menyandarkan punggungnya. Melongok kesana-kemari, lagi. Tapi ternyata masih sepi. Dia baru aja sadar, ternyata sekolah lebih kelihatan luas kalau kayak gini. Dan ini, membuat aura seperti horor.

     Tangannya terselip mengambil ponsel yang berada di saku jas. Pipinya menggembung bosan saat.tidak.ada.pesan.sama.sekali.

     "Sumpah ya! gue bakal botakin jambulnya entar!"

     Ekor mata cewek itu sepintas menangkap sesuatu yang sepertinya, lari. Gadis jadi parno sendiri. Setelah mengundurkan rambut hitamnya, cewek itu berdiri. Mengikuti bayangan tadi yang sepertinya naik ke lantai tiga. Raka?

     Dengan hati-hati, Gadis berjinjit menaiki tangga. Ketika sudah sampai ujung, ditariknya kakinya kembali. Anjrit! Kenapa gue deg-deg an?

     Gadis melongok, dengan posisi membungkuk dan menyembulkan kepalanya. Iris hitamnya menangkap sosok yang tak asing lagi untuknya, yang akhir-akhir ini udah nggak cari masalah lagi sama dia. Laura.

     Gadis tersenyum miring. Bibirnya berdecak saat melihat Laura mengeluarkan sebuket bunga dari tasnya. Dari raut muka Laura, Gadis bisa melihat bahwa cewek itu tersenyum penuh harap. Dan Gadis heran, spesies kayak lo, apa masih punya malu buat ngungkapin perasaan?

     Ketika Laura telah selesai. Gadis perlahan mundur. Turun kebawah dengan hati-hati.

     "Ngapain lo disini?!"

     Suara teriakan sarkas itu membuat Gadis berhenti. Senyum kecilnya terbit sebelum berbalik. Menatap datar Laura yang tengah bersedekap diatas sana.

     "Ngapain lo disini?" Laura berujar dingin, lebih lirij dari yang tadi. Dia jadi was-was kalau Gadis memergokinya lagi. Ini yang akan membuat Laura terlihat lebih rendah dari Gadis. Dan cewek berambut pirang itu nggak suka.

     Gadis hanya diam. Tatapannya enteng memperhatikan cewek itu yang perlahan turun.

     "Lucu ya, Berangkat pagi, cuman buat hal-hal yang nggak berguna," Leceh Gadis. Kepalanya menggeleng sarkas dengan kedua tangan yang berkacak pingganb. Membuat Laura jadi mendidih.

     "Lo bilang apa hah?" Laura mendelik, hingga soflent hitamnya ketara. Tubuhnya kini berhadapan dengan Gadis. Namun emosinya sudah mengepul ke atas. "Lo bilang ini nggak berguna?!"

     Gadis terkekeh geli dengan tatapan yang memucing. "Buat apa lo berjuang, kalau nyatanya dia emang nggak suka sama ---"

      PLAK!

      Gadis sukses menganga sedetik setelah pipinya terasa nyeri. Sampai perkataanya belum selesai karena lebih dahulu mendapat tamparan yang sangat keras dari cewek didepannya ini.

     "Shit! Berani lo nampar gue?!" Selama ini, Gadis terima jika Laura selalu mengganggunya. Karena masih dibilang wajar. Kalau ini? Dia tidak akan pernah terima. Kilat iblis Cewek itu terlihat hingga membuat Laura sedikit mundur.

THE MOST WANTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang