Sudah terhitung selama tiga hari Raka berada di rumah Gadis. Menemani Gadis meskipun tak ada yang perlu dikhawatirkan karena Gadis sendiri adalah orang yang tak terlalu memusingkan akan sesuatu hal yang bisa saja terjadi. Kalau Gadis menghubungi Ami untuk bertanya kapan ibunya itu pulang, justru jawaban dari Ami malah membuat Gadis dirundung pertanyaan : Bentar lagi itu kapan?
Bunyi bel yang menandakan pergantian jam menggema di penjuru SMA Putra Bangsa. Guru berperawakan tinggi yang barusan mengajar di kelas IPA-5 melepas kacamatanya. Mengucapkan salam sebelum membawa tumpukan buku dari para siswa atas tugas semalam.
"Gue suka nih pelajaran musik." celetuk Gita saat setelah Pak Amar keluar dari kelas.
Suara Gita membuat Gadis mengangkat kepalanya dari meja. Setelahnya bernapas lega yang berarti sudah waktunya pelajaran musik. Menurut Gadis, pelajaran musik itu enak ; tidak terlalu membuat otaknya capek berfikir. Karena ya, palingan cuman berlatih musik dan bernyanyi. Namanya juga pelajaran musik!
"Sekarang jadwalnya sama kelas berapa?" Gadis bangkit, bertanya pada ketiga sahabatnya yang juga melakukan hal yang sama.
Diva menatap keatas, berlagak berpikir, "Kayaknya sama kelas IPA-7 deh, Gad."
Iya. Kalau pelajaran musik, gabungan antara dua kelas.
"Ipa tuju?" Gadis mengernyit, "What? Kelasnya Raka?"
"Huu! Raka, Raka," Yuna terkekeh, "nggak cuman Raka juga kali!" Lanjutnya dengan menyembur.
"Hmm." Singkat Gadis kemudian memilih mengikuti temannya yang lain keluar dari kelas.
"Gue denger Raka nggak berangkat loh, Dis." Kata Yuna yang sudah menyusul cewek itu, sedangkan Diva dan Gita masih dibelakang.
"Terus?" Gadis pura-pura tak peduli, kakinya terus melangkah menuju lantai satu tepat dimana kelas itu berada.
"Ya kan tadi dia berangkat sekolah sama lo," gemas, Yuna rasanya ingin mencubit Gadis, "nggak mungkin kan dia pulang?"
Gadis memilih berhenti dan melihat sahabatnya itu, "Urusannya apa sih sama gue? Kalo masalah nya nyangkut sama Raka, kenapa kalian tanyanya sama gue?"
"Ya kan lo --"
"Please, keep fucked silent." Ujar Gadis yang mampu membuat Yuna mengedikkan bahu dan berjalan lagi.
Ketika Gadis ingin melepas sepatu, dikarenakan ruang kelas yang berbalut karpet, matanya tak sengaja melihat segerombolan anak cowok yang dipastikan kelas IPA-7 tengah berjalan kemari. Disitu ada Rama, Leo, juga Wira.
Tak pelak membuat Gadis menautkan kedua alisnya, bertanya-tanya sendiri kemana perginya cowok itu.
***
"Hitung dong mak, Raka udah selesai nih." Cowok berperawakan tinggi itu mengeluarkan uang berwarna merah dari saku. Berniat membayar atas apa yang ia makan pagi ini.
"Dua puluh," kata mak Cici, "nak Raka nggak mau ngopi dulu?" Tawarnya.
Menggeleng, Raka lalu menyerahkan uangnya dan mengambil korek gas yang berada di atas etalase. Ini masih dibilang pagi jika Raka sudah berada di warung mak Cici. Cowok itu juga tidak mengajak sahabatnya --lebih tepatnya sih, tidak memberi tahu. Karena tadi, setelah mengantar Gadis, dia langsung aja cabut.
"Temennya nggak diajak?" Kini mak Cici tengah mengelap piring yang barusan di cuci dengan celemek berwarna biru, "kamu juga, malah nggak sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MOST WANTED
Teen FictionCOMPLETE. (TAHAP REVISI) [WARNING! TERDAPAT BANYAK KATA-KATA KASAR]#130 In Teen Fiction 02-05-2017 #109 In Teen fiction 10-05-2017 #78 in teen fiction 22- 05-2017 * Siapa sih yang nggak kenal Gadis? Cewek berambut sebahu, mata bulat, bibir tipis. Iy...