[45] Broken With You

28.4K 1.3K 65
                                    

Jangan lupa play music ya ⬆
Biar lebih ngena. Hehe.:)

***

Jika jalan utama adalah melepaskan, kenapa kamu masih mempertahankan?

***

     Sejak pintu utama terbuka, kediaman Pram yang Raka tidak menahu tentang apa yang terjadi membuat ia berdiam diri didepan pintu. Satu tangannya bermain kunci dan tangan lainya menyangga tali tas dibahu kanan. Sedangkan kepalanya berputar seiring dengan suara para pembantu yang bersama-sama mengusung kerdus. Didepannya, kini, banyak berdus-dus yang Raka yakini didalamnya telah terisi barang.

Jantung Raka berdebar tak karuan.

Baru saja Raka ingin menyuarakan pertanyaan, suara gebrakan meja diikuti dengan Pram yang muncul dari kamar membuat Raka memusatkan perhatian ke ayah kandungnya itu.

Tak lama kemudian, Rina muncul dengan segelas air putih dengan tergesa-gesa. Raka masih bergeming, menebak-nebak apa saja yang terjadi meskipun berulang kali mencobanya ia tetap tidak mengerti.

"Tenang dulu Pa," Rina mengusap pundak suaminya, "tadi Pak Hasan udah pesan tiket."

Raka bertambah bingung saat Rina malah menyebut Hasan yang tak lain tak bukan adalah pengurus perusahaan mereka yang berada di Jakarta.

"Saya segera kesana."

Tepat setelah Pram menutup ponsel dan menurunaknnya, Raka menghampiri. Mulut cowok itu masih bungkam hingga Pram menatapnya dengan harap-harap cemas.

"Kenapa?" Raka bertanya dengan tenang. "Ada apa?"

"Raka, nanti malam, ikut mama sama papa ke rumah Gadis ya?" Pinta Rina dengan raut yang terlihat begitu cemas, tanpa memperdulikan pertanyaan dari anaknya itu.

Raka yang sedari tadi berdebar karena perasaan tidak enak kini hanya terdiam. Teringat bahwa hubungannya dengan cewek itu sedang tidak baik-baik saja. Raka juga tidak mungkin menceritakan masalahnya dengan kedua orang tuanya.

Dia takut jika hanya membuat beban.

"Nanti kosongin acara kamu ya?"

"Ra --Raka," cowok itu berdeham, "Raka nggak ada acara."

"Kamu siap-siap aja dari sekarang."

Ketika Rina hendak pergi dengan tangan yang merangkul pundak Pram yang saat ini wajahnya terlihat frustasi, Raka bersuara, "Kenapa ma? Kasih tahu ke Raka." Kata cowok itu dengan tegas.

Rina berbalik, lalu menyuruh Pram terlebih dahulu untuk mninggalkan. "Perusahaan Papa ada masalah."

Raka masih diam, menganggap hal itu adalah masalah yang biasa-biasa saja. Karena sebelumnya, ini bukan pertama kalinya perusahaan Pram mengalami masalah.

"Terus?" Raka mengangkat kedua tangannya, lalu tatapannya beralih pada kerdus-kerdus dan tiga detik berikutnya melihat Ibunya, seolah berkata, Barang-barangnya buat apa?

"Ini bukan masalah biasa Raka," Rina mendekati anaknya, "dan nggak bisa kalau hanya dua hari tiga hari."

Raka mengernyit, "Berapa? Seminggu? Dua minggu? Satu bulan?"

Rina menggeleng.

Yang berarti, Raka harus terus melanjutkan. Namun Raka tidak mampu lagi, apa harus selama itu?

"Satu bulan?"

Rina menggeleng.

"Tiga bulan?"

THE MOST WANTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang