[38] Ungkapan?

28.8K 1.7K 62
                                    

     "Good girl!" Kedua tangan Diva ia tepukkan sekali ketika mendengar kalimat terakhir yang dikeluarkan Gadis. "Ya harusnya gitu, lo keluarin uneg-uneg lo selama ini kedia, biar dia juga mikir ASTAGA."

     Yuna hanya diam. Kedua tangannya bergantian memijit wajahnya perlahan ketika face paper itu mengenai wajahnya. Sesekali kepalanya mengangguk menyetujui apa yang dikatakan oleh sahabatnya.

     "Terus dia gimana?"

      Kali ini Gadis mengedikkan bahu, tidak ingin membahas ini lebih jauh lagi. Cewek itu bangkit dari posisinya, kini duduk dipinggir kasur.

     "Oh iya," Yuna melangkahkan kaki, dari kasur menuju meja belajar milik Gadis. Lebih tepatnya, kearah tempat sampah yang berada disisi bawahnya, "Raka udah ngabarin belum dia dimana?"

     Ya. Sejak semalam, sampai pagi tadi, Gadis belum dapat kabar apapun dari cowok itu. Hingga Gadis kesal sendiri. Line, message, DM, dan yang lainya pun sama sekali tidak direspon. Pagi tadi saja, Gadis harus telpon Gita agar sahabatnya itu menjemputnya. Dan kekesalannya sampai puncak ketika ia tidak mendapati Raka dan teman-temannya di sekolah. Bahkan mak Cici pun tidak tahu.

     "Tuh, bejibun pesan gue ke dia."

     "Lo nggak telpon mama-nya?"

     "Udeh, tapi emaknye bilang Raka nggak disitu," Gadis memutar bola matanya malas, "ah udah gue capek."

     Yuna mangut-mangut. Ia meloncat kearah Diva yang berada di sisi lain dengan laptop dipangkuannya. Cewek itu tiba-tiba jadi serius karena menonton film SAW VIII.

     "HAI, GUE KETINGGALAN CERITA YA."

      Sontak semuanya mengalihkan pandangan kearah pintu. Gita dengan mangkuk berjumlah empat ditangan kiri dan tangan kanannya memegang kotak sereal.

     "Cerita lagi dong cerita," ujarnya, kini kedua tangannya sudah bebas. "eh lo bilang apa sama Bagas?"

      Gadis melirik sahabatnya itu, seperti tak suka. "Udah ah, mau makan gue, laper. Makasih ya Ta." Ujarnya sambil menyelipkan beberapa helai rambut kebelakang telinga.

     "Tuh kan ngeselin."

     "Oh iya, lo gimana sama temen rumah lo itu?" Gadis mencoba mengalihkan topik lain. Ketika ia bertanya, satu tangannya tengah menuangkan kotak sereal dalam mangkok.

     "Yang mana?"

      "Yang lo suka, tapi dia suka sama orang lain."

      Tersenyum sumringah, matanya ia kedipkan beberapa kali, "Ternyata itu sepupunya dia anjir."

     "TUH kan, lo yang terlalu over sih," Cibir Gadis, "makanya lo korek dulu informasinya. Bukan cuman dia upload foto sama cewek lain, terus lo berasumsi kalau dia itu pacarnya."

      "Ya gue kan shock duluan," elaknya. "Penting sekarang deket lagi deh sama gue."

     "Eh nanti kalau gue jadian, gue traktir lo pada dah." Tambahnya.

     "Yee, ngomong doang lo babi." Yuna sewot. Ternyata sedari tadi konsentrasinya terhadap film juga terbagi.

     "Dih!" Balas Gita singkat. Dalam hitungan detik, cewek itu kembali menatap Gadis. "Lo sebenernya ada rasa nggak sih sama Raka?

     Ruangan tiba-tiba menjadi senyap beberapa detik. Laptop yang menyala pun sudah Diva matikan ketika pertanyaan itu keluar dari mulut Gita. Semuanya memusatkan perhatian kearah Gadis yang sendoknya berhenti didepan mulut karena terkejut dengan pertanyaan sahabatnya itu.

THE MOST WANTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang