[43] Kenyataan

25.1K 1.3K 114
                                    

      Hari ini hujan. Ramai rintikannya menghapus kenangan yang pernah ada.

****

      Sejak sepuluh menit yang lalu, Raka sudah tidak bisa lagi bernapas lega. Kedua pundaknya naik turun dan dadanya memburu. Satu tangannya mencengkeram erat sabuk pengaman dan tangan lainnya terkepal diatas paha.

       "Terus ini kita mau kemana?" Sudah terhitung ke tiga kalinya Leo bertanya, dan sudah dua puluh menit lalu ia tidak mendapat jawaban apa-apa.

       Bukannya tidak mau menjawab walaupun hanya sekedar membalas ; Nggak tahu. Tapi yang lainnya juga sedang sama-sama paniknya, Rama dan Wira tidak mempunyai andil dalam hal ini. Dibelakang,Wira sesekali melirik Raka yang sudah banyak kali mengeluarkan umpatan sejak mereka bertiga masuk mobil dan mendapati cowok itu dengan keadaan kacau. Sedangkan Rama didepan berulang kali mengusap wajahnya gusar. Mereka tidak tahu apa yang sudah terjadi.

       "Kalau gue tanya di jawab bego." Leo menaikkan volume bicaranya setelah sebelumnya membanting setir kearah kanan. Ia tidak mungkin harus lurus terus kan..mengingat sedari tadi ia belum menyalakan lampu sein.

      "Anjing pada bisu apa --"

       "CARI EDGAR." Raka berujar begitu keras, hingga urat-urat lehernya terlihat. Tatapannya tajam melihat kerah spion atas,  dimana wajah Leo terlihat.

      Wira yang menyadari ada kesalahan disini segera mendorong pundak Raka hingga kembali bersandar pada kursi. "Lo juga jangan emosi Rak. Gue tahu lo mabuk, tapi kalau lo cuma bilang nyuruh nyari Edgar, tapi lo nggak tahu dia dimana, percuma man."

       "FUCK." Raka mengundurkan rambutnya kebelakang. Bukannya mereda, amarah cowok itu semakin menjadi-jadi dan bersiap meledak.

       "Ram, telpon Edgar," pundak Rama ditepuk oleh wira.

       "Ya."

       Lima detik Rama menempelkan benda pipih itu ke telinga, suara yang terdengar hanyalah operator. Berniat ingin memberitahu, namun ia urungkan ketika melihat wajah Raka dari spion yang menatapnya tajam.

      Maka cowok itu hanya melirik kearah Wira dan menggerak-gerakkan bola matanya kekanan dan kekiri.

       Leo yang sedari tadi bingung ingin kemana, akhirnya menuruti kata hatinya. Atas ucapan Raka tadi, Leo juga tidak ambil hati. Karena ia cukup mengerti bagaimana perasaan sahabatnya itu.

      "Mau kemana Le?"

      Leo tidak menjawab. Namun, setelah kurang lebih setengah jam mereka berada didalam mobil, akhirnya mobil berhenti. Leo mencabut kunci mobil dan langsung memasukkannya dalam saku. Sedangkan Wira dan Rama saling tatap tanda tidak mengerti.

       Keempatnya diam didalam mobil, termasuk Raka, ia tidak ingin bertanya ataupun memprotes lagi. Cowok itu hanya menyandarkan kepala dikursi dan tatapannya kearah gerbang tinggi yang perlahan terbuka.

       "Eh siapa tuh?" Uacapan Leo menarik perhatian ketiganya.

       Tanpa menyahut apa-apa, Raka segera melepaskan sabuknya dan keluar dari mobil.

***

     Brak!

     Ninja hitam itu jatuh seketika beserta pengendaranya setelah seseorang menendang dari arah samping.

       Dengan tangan yang terkepal disamping kanan dan kiri, Raka dengan sigap melepas helm berwarna hitam yang dikenakan Edgar. Muka cowok itu yang sedari tadi sudah merah, kini bertambah merah berkali-kali lipat.

THE MOST WANTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang