31. Still or Lost

208 8 0
                                    

Tatapan Shin yang begitu terluka, tak bisa hilang dari ingatanku. Mengingatnya yang tak kalah hancur denganku membuat pendirianku mulai goyah.

Aku merahasiakan pertemuanku yang tidak di sengaja dengan Shin pada Karin. Entahlah rasanya aku belum siap untuk cerita padanya. Mengingat betapa Karin murka terhadap perbuatan Shin padaku.

Aku tahu ini salah, tapi aku tak bisa berhenti untuk tetap mencintainya. Tanpa sadar air mataku pun jatuh.

Untuk James, semenjak itu. Dia tidak pernah menghubungiku lagi. Aku tidak tahu apa yang salah, tapi aku yakin dia kecewa karena begitu lemahnya aku jika berhadapan dengan Shin.

"Bagaimana perasaanmu sekarang Diz??".

Karin menghampiriku yang tengah melamun diatas sofa ruang tamu.

Aku menyembunyikan wajahku dari Karin. Aku tidak ingin Karin mengetahui kalau aku baru saja menangis.

"Kau tidak perlu menyembunyikannya Diz. Aku tahu kau baru saja menangis".

Karin menatapku dengan sedih.

'Astaga! Apa yang aku lakukan?? Karin mungkin kecewa dengan sikapku ini'.

"Maaf Karin ak...."
Ucapanku terputus karena Karin memelukku.

"Maafkan aku Diz, karena aku tidak menjadi sahabat yang pengertian. Maaf kalau aku selama ini tidak memikirkan perasaanmu".

Karin menangis di pelukanku dan hal itu tentu membuatku ikutan menangis juga.

"Gak Karin, kau sama sekali tidak bersalah. Justru aku sangat bersyukur memiliki sahabat sepertimu".

Karin merenggangkan pelukkannya dan memegang kedua pundakku dengan erat.

"Apa kau masih mencintai Shin".
Karin menatapku lekat.

"Ap...ap.. Apa maksudmu??".

Aku merasa bingung dengan arah pembicaraan Karin kali ini.

"Jangan berbohog Diz. Katakan padaku, bagaimana perasaanmu padanya saat ini??". Karin menatapku dengan harap.

'Ohh astaga apa ini??'.

Aku hanya diam membisu dengan pertanyaan Karin barusan. Aku tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya, mengingat usaha Karin selama ini untuk membuatku bisa melupakan kesedihanku.

"Diz kumohon, jawab pertanyaanku. Kau tidak perlu menyembunyikannya". Karin berbicara setengah berteriak.

"Maaf kalau selama ini aku telah memaksamu untuk melupakannya. Tapi perlu kau tahu, aku hanya ingin kau bahagia. Jadi katakan dengan sejujurnya mengenai perasanmu".

Karin kembali menangis dan tak berani untuk menatap wajahku.

"Kau tidak perlu merasa bersalah. Justru aku yang salah, maaf telah mengecewakanmu. Dan terima kasih telah menjagaku, menemaniku selama ini. You will always be my best friend".

Aku tersenyum pada Karin dan kembali memeluknya.

"Me too". Balas Karin.

Kami larut dalam keheningan dengan pikiran masing-masing.

"Drrtt.....Drrtt".

Sebuah panggilan masuk dari ponsel Karin membuyarkan lamunan kami.

Karin meninggalkanku untuk menjawab panggilan tersebut.

Setelah beberapa saat Karin kembali menemuiku. Ekspresi Karin terlihat muram dan sepertinya ada sesuatu yang terjadi.

"Ada apa??". Tanyaku penasaran.

I Hope You Love Me [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang