23. Better

167 8 0
                                    

Kondisi kaki ku pun membaik. dan sekarang aku bisa melanjutkan aktivitasku seperti biasanya.

Hal itu karena Shin yang begitu cekatan merawatku. Bahkan dia juga tidak pergi ke kantornya hanya untuk merawatku.

Saat masuk ke kafe, aku di sambut oleh Rista dengan segudang pertanyaan yang membuatku kesulitan untuk menjawabnya.

"Haaa senangnya, bisa kembali bekerja". Ujarku sambil menyesap coklat panas yang di bawakan Rista untukku.

Saat ini aku dan Rista duduk di atas sofa yang ada di ruanganku dengan di temani coklat panas.

Aku melirik ke arah Rista yang sedari tadi terus memandangi kaki ku.

"Heyyyy! Kau tidak perlu memandangi kaki ku terus-terusan. Kaki ku sudah baikan sekarang. Lihatlah!". Ujarku sambil menggerak-gerakkan kaki ku di hadapan Rista.

Rista melirik ke arahku dengan tampang kesal.
"Kau ini kenapa bisa seceroboh itu, haaa???". Tanyanya padaku. Dan seketika membuatku menciut dengan amarahnya.

"Aku hanya mengalami kram, jadi kau tidak perlu khawatir". Jawabku dengan suara yang pelan.

Kurasakan Rista yang mulai merasa tenang dari sebelumnya.

"Bagaimana bisa???". Tanyanya lagi padaku.

Aku pun menceritakan peristiwa yang mengakibatkan kaki ku bisa mengalami kram. Dan juga bagaimana James yang menolongku saat itu.

Kulirik Rista yang begitu semangat mendengar ceritaku. Terutama soal James.

Aku tidak menceritakan bagian dimana aku melihat Shin yang sedang berkencan dengan seorang wanita. Bukannya tidak mempercayai Rista, tapi aku hanya tak ingin mengingat kejadian yang membuat hatiku hancur.

"Wahhh berarti James sudah menjadi malaikat penolongmu". Ujar Rista dengan nada menggoda.

"Yaa begitulah". Tanpa sadar aku pun tersenyum. Jika mengingat saat James menolongku.

"Lalu, apa kau sudah menghubungi James??". Selidik Rista padaku.

"Astaga!". Aku menepuk jidatku dengan punggung tanganku.

Aku baru sadar, setelah kejadian itu. Aku sama sekali tidak pernah menghubungi James lagi.

Rista bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu ruanganku.

"Sebaiknya kau segera menghubunginya". Ujar Rista di ambang pintu sebelum meninggalkan ruanganku.

Setelah Rista ke luar dari ruanganku. Aku mengambil ponselku yang berada di atas meja kerjaku.

Aku mencari nomor ponsel James di ponselku. Tapi sial, aku tidak menemukannya. Sepertinya aku memang tidak pernah menyimpan nomornya.

Ahhhh!! aku baru ingat bahwa sebelumnya James sempat menghubungiku.

Aku pun mencari nomornya yang mungkin masih tersimpan pada daftar panggilanku.

Aku menscroll layar ponselku dengan perlahan.

Dan yaa I get it.

Tanpa berpikir panjang aku langsung menghubungi nomor tersebut.

Sambungan pertama. Tak ada jawaban.

Hingga sambungan kedua, baru lah panggilanku pun terhubung olehnya.

"Halo James". Ujarku pada orang yang di seberang sana.

Tak ada respon darinya. Dan hal itu membuatku mengernyitkan dahiku.

Aku mulai sedikit cemas. Kalau-kalau nomor ini bukanlah nomor James.

I Hope You Love Me [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang