19. Hope

168 11 0
                                    

Suasana kafeku hari ini begitu tenang. Mungkin hal itu di karena kan hanya pasangan kekasih yang datang berkunjung.

Hari ini entah mengapa, aku begitu merasa iri kepada pengunjung yang datang bersama pasangan-pasangan mereka.

Terlebih lagi tadi, salah seorang pengunjung pria memberikan kejutan dengan memberikan sebuket bunga mawar yang begitu indah untuk kekasihnya. Dan yaa tentu saja sang wanita begitu bahagia. Menerima kejutan dari kekasihnya itu.

Aku memandangi tanganku dan melihat sebuah cincin yang begitu indah terpasang di jari manisku. Dan di dalamnya terukir nama ku dan nama Shin.

"Ahhh... Aku wanita yang sudah menikah. Tetapi aku sama sekali tidak pernah mendapatkan kejutan yang manis dari suamiku". Keluhku dalam hati.

Seseorang memegang pundakku dan hal itu mengagetkanku. Sekaligus membuyarkan lamunanku.

"Kau melamun ya???".

Ternyata yang orang yang mengagetkanku adalah Rista.

'Tidak.... Siapa yang ngelamun". Elakku padanya.

Aku menunjukkan raut wajah datar milikku pada Rista. Dan berharap dia mempercayainya.

Tapi sialnya Rista mengetahui kebohonganku. Sehingga mau tak mau aku mendapatkan ejekan sekaligus tawa yang menjengkelkan darinya.

"Hahah... Kau pikir aku bodoh apa??? Kau terlihat sekali melamun Dizta, sambil terus memperhatikan meja no...".

Rista menunjuk sebuah meja yang terdapat sepasang kekasih yang habis melakukan kejadian romantis.

"Tidak..tidak... Kau ini jngan asal bicara. Aku tidak begitu kok".

Aku mencoba mengelak dari ejekan Rista.

"Astaga Diz... Kamu gkk usah sok bohong sama aku. Wajahmu itu kelihatan banget kalau lagi bohong". Tunjuk Rista padaku.

Aku hanya tertunduk. Karena begitu malu karena kejadian tersebut.

"Udah deh Diz, kamu gak usah sedih. Aku yakin suatu saat kamu pasti akan dapat surprise yang lebih wow dari pasangan tadi".

Rista menggenggam tanganku. Untuk membuatku merasa baik.

"Thanks Ris".

Setelah pulang dari kafe. Shin menelponku. Dan mengatakan bahwa hari ini dia menginap di apartemenku.

Dan tentu saja hal itu membuatku semangat untuk cepat-cepat kembali ke apartemenku.

Aku mengendarai mobilku dengan senyuman yang terus mengembang.

Saat di perjalanan ponselku berbunyi menandakan adanya panggilan masuk. Aku melihat nama penelpon, tetapi yang menelponku kali ini nomor baru. Hal itu tentu mebuatku sedikit heran.

Tanpa berpikir lama-lama aku langsung mengangkatnya.

"Halo, siapa ini???".

Sudah hal biasa bagiku, jika ada nomor baru yang menelponku. Aku akan langsung menanyakan nama penelpon.

"Wahh... Akhirnya kau berbicara dengan nada yang lembut".

Aku begitu kaget mendengar suara yang begitu enggan aku dengar.

"Kau...!!! Ada apa kau menelponku??? Dan dari mana kau dapat nomorku??".

Aku berbicara dengan setengah berteriak. Berharap kalau James berhenti menggangguku.

"Heiii baru saja nada bicara mu terdengar manusiawi dan sekarang kau menjadi seperti penyihir".

Ahhh!!! pria satu ini benar-benar selalu membuatku kesal.

"Kau tidak usah mengalihkan pembicaraan. Jawab saja pertanyaanku barusan".

"Oke.. Oke baiklah. Aku menelponmu tidak ada maksud apa-apa jadi kau tidak usah ke ge-eran".

"What??? Apa dia bilang!!!!". Batinku.

"Dan dari mana aku dapat nomormu. Itu adalah hal yang rahasia, jadi aku tidak akan memberitahumu. Baiklah kalau begitu. See you cantik".

~Tit~

Telponku terputus.

Aku menatap layar ponselku dengan nanar.

"Haaaaa....!!!! Dia mematikan telponnya begitu saja??? Dasar pria menyebalkan!!!!". Aku berteriak di dalam mobilku.

Untung saja aku berteriak di dalam mobilku. Kalau tidak mungkin semua orang akan menganggapku wanita gila.

Akibat perbuatan James barusan. Suasana hatiku yang tadinya baik menjadi buruk seketika.

Aku masuk ke apartemenku dengan kesal dan langsung menuju kamarku. Tanpa sadar seseorang terus memperhatikan tingkahku sedari tadi.

Rasanya aku ingin mengguyur seluruh tubuhku untuk meredahkan amarahku. Aku mandi sambil bersenandung di kamar mandiku.

Setelah selesai mandi, aku langsung mengenakan pakaianku. Aku berdiri di depan cermin meja riasku.

Aku menepuk jidatku menggunakan tanganku.

Aku baru teringat bahwa saat ini Shin berada di apartemenku.

"Astaga!!! Kenapa aku sebodoh ini sih...". Rutukku pada diriku sendiri.

Aku keluar kamarku segera dan mencari keberadaan Shin.

Ternyata Shin saat ini sedang menonton tv. Tanpa basa-basi aku mengambil posisi duduk di sampingnya.

Sungguh situasi yang begitu canggung menurutku. Aku mencoba untuk memberanikan diri untuk berbicara pada Shin.

"Shin...!! Maaf kalau aku...".

"Tidak apa-apa". Potong Shin.

Ahh syukurlah Shin tidak kesal padaku, karena telah mengabaikannya.

Shin menatapku sesekali, sambil menonton tv.

"Apa terjadi sesuatu di kafe??". Tanyanya padaku.

"Ahh... Tidak, saat ini kafe berjalan dengan baik". Jawabku.

"Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa mengatakannya padaku".

Nada Shin kali ini terdengar khawatir padaku. Dan hal itu membuat hatiku merasa bahagia.

"Ohh ya Shin, apa kau sudah makan???".

"Sudah, bagaimana denganmu??".

"Aku..."

~krukk...krukk~

Suara perutku terdengar sangat jelas.

"Astaga!!! Aku sungguh malu sekali. Kenapa harus bunyi di depan Shin sih.." rutukku.

Shin tertawa kecil mendengar suara perutku yang keroncongan.

"Sepertinya kau harus segera mengisi perutmu". Ujar Shin di sela tawanya.

Karena begitu malunya pada Shin. Aku pergi meninggalkan Shin untuk menghindari hal konyol yang mungkin bisa terulang kembali.

Melihat Shin yang begitu santai saat ini. Membuat suasana apartemenku menjadi hangat.

Meski aku sendiri yakin hal itu mungkin tidak berlangsung lama.

Aku memasak mi instan di dapurku dengan sesekali memandangi pria yang kini menjadi suamiku.

Setelah selesai memasak mi instan, aku mengambi posisi duduk di sebelah Shin.

"Apa kau mau??". Tawarku padanya.

"Tidak, terima kasih"  tolak Shin halus.

Aku menikmati mi instan dengan begitu semangat. Hal itu di sebabakan karena ada Shin di sampingku saat ini. Dan momen ini tidak akan pernah aku lupakan sepanjang hidupku.

^^Vote...Votee..^^
++And please give your coment readers++

Thanks “ψ(`∇´)ψ

I Hope You Love Me [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang