10. Friendship

154 8 0
                                    

Tidak ada yang mengerti dengan kegundahan yang kurasakan saat ini. Aku berharap semuanya dengan cepat berakhir.

Waktu pun terus berjalan, dan hari ini merupakan hari dimana aku akan bertunangan dengan Shin. Kedua orang tua ku menginginkan acara pertunangan dahulu sebelum aku dan Shin menikah.

Saat ini Karin membantuku untuk mempersiapkan acara pertunanganku yang diadakan dirumahku.

"Jadi akhirnya kau memutuskan untuk menerima perjanjian itu???". Tanya Karin kepadaku.

Aku mencoba memasang wajah tegar agar Karin tidak cemas dengan keputusanku ini.

"Yaaaa... aku menerimanya Karin". Aku tersenyum tipis padanya. "Kau tidak perlu cemas denganku karena aku rasa semua ini sudah memang menjadi takdirku".

Karin menatapku sekilas dan memelukku sambil menangis. "Hikksss...Hikssss...kau adalah sahabatku Dizta. Dan aku sudah mengenalmu dengan baik. Kau selalu mementingkan orang lain dibandingkan dirimu sendiri. Jadi kumohon kali ini pikirkanlah dirimu. Hikkssss...Hikksss".

Karin masih menangis dan memelukku. Aku mengelus punggungnya dan mencoba menenangkannya agar dia berhenti untuk menangis.

Sesungguhnya perkataan Karin barusan. Hampir meruntuhkan pertahananku. Dan sebaiknya aku harus mencari cara agar suasana diantara kami tidak diselimuti dengan kesedihan lagi.

"Hei... Karin. Kalau ingin menangis, nangis aja tapi enggak pake ingusan juga. Ingusmu itu bisa mengotori bajuku". Aku berucap dengan nada kesal yang dibuat-buat. Semoga dengan cara ini Karin menghentikan kesedihannya itu.

Karin mengentikan tangisnya dan menatapku dengan kesal. "Kau ini tidak mengerti dengan suasana apa??? Dimana-mana kalau orang nangis pasti ingusan".

Aku hanya tertawa padanya.

"Hahaha...haha lihat Karin wajahmu benar-benar jelek dan matamu bengkak. Kau harus menggunakan kaca mata saat acara pertunanganku nanti. Kalau tidak orang-orang yang melihatmu akan kabur. Haha..haha".

Karin melempar bantal yang ada didekatku.

"Kau ini benar-benar, berhentilah mencoba menghiburku saat ini. Aku sudah tau maksudmu meledekku, kau tidak ingin membuatku cemaskan??". Ucap Karin padaku yang sukses membuatku bungkam.

Aku dan Karin memang memiliki chemistri yang cukup kuat. Sehingga aku maupun Karin sangat sulit untuk berbohong satu sama lain.

"Kalau kau tahu, seharusnya kau tidak perlu menangis. Kalau kau menangis, itu akan membuatku semakin sedih tau".  Aku menggenggam tangan Karin agar dia berhenti untuk mencemaskan kehidupanku berikutnya.

"Aku tidak apa-apa Karin dan aku harap kau merahasiakan semua ini". Karin mengangguk untuk menandakan kalau dia menyetujui permintaanku.

"Baiklah kalau begitu, kau juga harus menceritakan apapun yang terjadi. Biarkan aku menjadi orang yang bisa kau andalkan sama seperti yang pernah kau lakukan untukku Dizta".

Kami pun kembali berpelukan untuk menguatkan satu sama lai. Ahh tidak. Yang lebih tepatnya hanya aku yang sangat memerlukan kekuatan detik ini.

*Flashback Dizta &Karin*

"Dizta sebaiknya kau harus jauh-jauh dari wanita yang bermuka dua itu" ujar seorang gadis yang berdiri dihadapanku.

"Iyaaa Dizta, kau jangan terlalu baik padanya. Semua orang dikelas ini saja tidak ada yang mau berteman dengannya". Sambung gadis yang berada di sampingnya.

Saat ini aku berada dikelasku dan mereka adalah teman-teman sekelasku. Mereka menyuruhku menjauhi gadis yang saat ini menjadi orang yang paling dibenci dan dikucilkan dikelas. Karena gadis itu melakukan kesalahan yang lumayan fatal.

"Kenapa kalian bicara seperti itu??? Bagaimana pun dia juga teman sekelas kita. Seharusnya kita mendengarkan penjelasannya dulu sebelum membuat kesimpulan sendiri".

"Ckkkk kau ini terlalu baik, kalau kau seperti ini terus. Kau juga akan dibenci dengan yang lain". Mereka memperingatiku. Lalu pergi meninggalkanku dengan kesal.

Setelah mereka pergi, aku mencari gadis yang sedang dibenci dan dikucilkan tersebut keseluruh tempat.

"Dimana sih dia??".

Langkahku terhenti melihat punggung seorang gadis yang sepertinya aku kenal. Gadis itu membelakangiku sambil menatap keluar jendela.

Aku mencoba mendekati gadis tersebut dan memanggil namanya agar aku tidak salah orang. "Karin..." seru ku pada gadis tersebut.

Punggungnya bergetar dan sepertinya dia sedang menangis.

"Mau apa kau mencariku???. Pergilah.... Biarkan aku sendiri dan kalau mereka melihatmu bersamaku mereka akan membencimu juga". Ucap gadis itu dengan suara bergetar.

Gadis itu bernama Karin. Teman sekelasku membencinya karena telah menghilangkan uang kas yang akan kami gunakan untuk membeli keperluan saat festival yang akan di adakan 7 hari lagi. Semua orang berpendapat bahwa dia menggunakan uang tersebut untuk bersenang-senang. Tapi menurutku Karin bukanlah orang yang seperti itu, dia orang yang tidak banyak bertingkah dan dia juga termasuk orang yang sulit bergaul.

"Itu bukan masalah untukku, kau bisa menceritakan yang sebenarnya padaku. Aku tidak suka ada orang yang dikucilkan dan dibenci karena satu kesalahan". Terangku padanya.

Karin berbalik dan memelukku. Ia menangis dan menceritakan seluruh kejadian yang sebenarnya.

"Aku akan membantumu menemukan solusinya, tapi kau tidak boleh diam saja kalau mereka menindasmu. Kau harus jadi orang yang kuat". Aku memegang kedua pundaknya memberikan kekuatan untuknya.

Karin hanya tertunduk dan dia masih menangis.

"Tapi sebelumnya, apa kau memiliki teman dekat??". Tanyaku lagi.

Karin menggelengkan kepalanya. Yaa seperti yang kutahu dari awal pertama kami berada di kelas yang sama, Karin selalu menyendiri sehingga orang-orang tidak menganggapnya. Dan hal itu semakin memburuk saat masalah itu datang.

"Baiklah kalau gitu. Mulai sekarang aku akan menjadi teman sekaligus sahabatmu. Dan kau tidak perlu sungkan lagi untuk meminta saran maupun bantuan dari ku".

"Terima kasih Dizta". Karin tersenyum tipis padaku. "Tapi.. kenapa kau mau menjadi temanku??". Tanyanya penasaran.

Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Karin barusan. "Heii.. kenapa kau malah bicara seperti itu??? Memang dari dulu aku ingin menjadi temanmu, tetapi kau terlihat tidak menyukainya. Makanya aku menjaga jarak. Dan seorang teman harus lah memberikan dukungan dan saling membantu. Sudah lah.... Ayo kita ke toko ice cream dan melupakan semuanya".

Karin hanya mengangguk dengan semangat.

Setelah kejadian itu aku dan Karin menjadi sahabat yang tak terpisahkan.

*Flashback Karin&Dizta End *

∆Mohon dukungannya ya Readersss (*^▽^*)∆

I Hope You Love Me [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang