2. We Meet

402 18 4
                                    

Maaf jika ceritanya tidak terlalu bagus , kuharap kalian suka dengan ceritanya (^v^)

'Hachim... Hachim...'
Yaaa, akibat kebodohanku kemarin yang lupa membawa jas hujan. Hari ini aku dilanda oleh flu. Untungnya pekerjaanku tidak terlalu banyak hari ini. Jadi dengan begitu. Aku bisa pulang lebih awal dari biasanya.

*Flashback*

Sebuah mobil mewah berhenti tepat didepan halte bis. Seorang pria tua keluar dari mobil dan menghampiri wanita yang berada disampingku.

Sesuai dugaanku. Ternyata pria tua itu adalah supir dari wanita yang barusan kutolong.

"Maaf nyonya karena saya terlambat menjemput anda". Ucap pria tua itu dengan perasaan bersalah.

Wanita itu tersenyum tipis. "Tidak masalah pak".

"Silahkan masuk nyonya. Tuan muda telah menunggu anda". Pria tua itu mempersilahkan wanita itu untuk masuk kedalam mobilnya.

Wanita itu tersenyum sumringah mendengar perkataan supirnya barusan. "Benarkah??". Tanya wanita itu kembali untuk memastikan.

Pria tua itu mengangguk mantap.

Saat wanita itu ingin masuk kedalam mobilnya. Dia berbalik kembali menatapku.

Wanita paruh baya tersebut mengeluarkan uang dari dalam dompetnya. "Ini untuk biaya laundry pakaian anda".

Secara otomatis aku langsung menolak uang pemberiannya. Menurutku, bukankah sebagai manusia memang diwajibkan harus saling tolong menolong.

"Maaf nyonya saya tidak bisa menerima uang anda, karena saya menolong anda dengan ikhlas".

Wanita paruh baya tersebut tersenyum padaku.
"Baiklah kalau begitu aku berharap di lain kesempatan kita dapat bertemu lagi nona".

Setelah berpamitan. Wanita paruh baya itu masuk kedalam mobilnya.

Mobil yang di naikinnya pun melaju dijalan dan meninggalkanku. Setelah kepergian wanita itu. Aku kembali mengendarai motorku menuju rumah dengan kondisi mandi lumpur tentunya.

*Flashback End*

Ponselku bergetar menandakan ada panggilan masuk yang sudahku tahu dengan pasti siapa yang tengah menelponku saat ini. Tanpa melihat nama sang penelpon. Aku langsung menjawab panggilan teleponku. "Ya madame Karin" candaku kepada sahabatku yang ada di seberang sana.

"Ada apa dengan suaramu?? Jangan bilang kau kehujanan kemarin dan lupa membawa jas hujan". Selidik Karin di seberang sana.

"Tidak. Aku cuma terkena flu. Kau tau kan cuaca sekarang tidak terlalu bagus". Elakku pada Karin dengan harapan dia percaya.

Tapi tanpa di sangka bersinku mulai kumat lagi.

Hachimmm...Hachimmm...
'Astaga!! Karin pasti akan tau kalau aku sedang berbohong saat ini'.

"Dimana kau sekarang nona Dizta??? Aku akan menjemputmu, jadi tidak usah berbohong lagi kalau kau tidak sakit".

'Mampus deh aku'.
Rutukku pada diriku sendiri. Aku pasti di omelin habis-habisan oleh Karin nanti.

###

Yaaa seperti dugaanku sebelumnya. Disinilah aku sekarang berada. Duduk diam di dalam mobil Karin sambil mendengarkan omelannya yang tidak ada henti-hentinya itu. Dia merasa kesal dengan kebodohanku yang selalu lupa membawa jas hujan. Apalagi sekarang aku sampai harus sakit.

Oke. Sepertinya aku sudah tidak tahan lagi dengan semua ini. "Bisa tidak kau hentikan celotehanmu itu. Telingaku bisa tuli lama-lama mendengar ayat-ayatmu". Karin menunjukkan tatapan mematikannya padaku. Dan tentu hal itu membuatku bungkam seribu bahasa.

Kami pun pergi menuju Klinik terdekat untuk memeriksa keadaanku.

Setelah selesai memeriksa keadaanku di Klinik. Kami menuju Kafe langganan kami untuk menemui Dave yang akan pergi ke New York besok pagi. Untuk masalah pekerjaan selama 2 bulan lamanya.

Sesampainya di Kafe. Karin langsung duduk di samping Dave.

Melihat mereka yang sepertinya tidak ingin di ganggu. Aku memilih pergi meninggalkan mereka untuk sekedar berjalan-jalan ke taman yang berada di samping Kafe ini.

Taman yang berada di dekat Kafe ini tidak terlalu ramai. Mungkin karena hari ini bukanlah hari libur. Jadi banyak orang yang masih di sibukkan dengan aktifitas harian mereka.

Karena suasana taman yang tidak terlalu ramai. Membuatku menikmati suasananya. Banyak bunga-bunga yang indah menghiasi taman.

Pikiranku melayang dengan bebasnya. Saat berjalan aku tidak memperhatikan langkahku. Dan... akibatnya aku pun tersandung dengan batu yang ada di depanku.

'Awwww'. Lirihku

Bokongku mendarat dengan mulusnya ke tanah. Membuat tangan dan juga kakiku sakit dan mengalami luka-luka.

"Apa kau tidak apa-apa". Suara berat milik seorang pria. Membuatku mengalihkan perhatianku sejenak dari insiden yang telah menimpaku. Aku menoleh ke asal suara untuk melihat sosok itu.

Jantungku berdegup dengan kencangnya. Saat mataku dan mata pria yang berdiri dihadapanku saling bertemu.

Aku tidak tahu dengan jelas. Alasan mengapa jantungku seakan ingin melompat keluar ketika melihat wajahnya. Mungkin... karena paras wajahnya yang begitu menganggumkan. Dan menurut perkiraanku sepertinya dia bukan orang indonesia.

Wajahnya tampannya itu mirip artis korea yang aku sukai. Meskipun ekspresinya yang begitu dingin. Tetapi hal itu juga yang membuatnya terlihat begitu menawan sehingga setiap wanita yang melihatnya pasti akan sependapat denganku.

"Apa kau tidak apa-apa??". Tanya pria itu lagi.

Aku tersadar dari lamunanku mengenai semua penilaianku terhadapnya.

"I..iiya aku tidak apa-apa". Jawabku dengan sedikit terbata-bata. Sejujurnya aku merasa canggung melihat tatapannya yang dingin.

Aku mencoba untuk berdiri. Tetapi kakiku sakit sekali rasanya. Dan membuatku sangat sulit untuk berdiri.

Melihatku yang kesusahan untuk berdiri. Pria yang berdiri dihadapanku mengulurkan tanggannya untuk membantuku berdiri.

'Awwww'. Pekikku.
Saat pria itu membantuku berdiri. Aku memberikan tanganku yang sakit.

"Maaf aku tidak bermaksud menyakitimu". Ucap pria tersebut dengan perasaan bersalah karena tidak sengaja memegang tanganku yang terluka.

"Ehh enggak papa. Ini semua memang salahku yang begitu ceroboh".

Pria itu tersenyum mendengar perkataanku. Meskipun senyumannya masih terlihat dingin. Tetapi hal itu justru yang membuatnya semakin terlihat mempesona bagiku.

I Hope You Love Me [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang