Sudah seminggu aku tinggal di apartemennya Karin. Shin selalu saja menghubungiku tanpa lelah. Meski hati kecilku selalu berteriak untuk mengangkatnya. Tetapi aku sama sekali tak melakukannya. Mengingat aku telah berjanji pada Karin untuk tidak akan pernah menjawab telpon dari Shin.
Aku membencinya...!! Ahhh itu adalah kata-kata yang kuharapkan saat ini untuknya. Tetapi perasaanku mengatakan hal yang berbeda.
Seseorang memegang pundakku dan membuat lamunanku buyar seketika.
"Kau melamun lagi". James memandangku dengan tatapan kesal.
"Tidak... Aku hanya memandang ke luar jendela". Elakku padanya.
"Ahh.... seharusnya saat kau melamun, aku menciummu saja". James tersenyum jahil padaku.
Aku tak menjawab Perkataanya, melainkan menunjukkan ekspresi datar milikku padanya.
"James...." aku memanggil pria yang saat ini tengah duduk di sampingku.
"Yaa.. Katakan apa yang ingin kau katakan". James memusatkan perhatiannya padaku.
"Aku bosan". Aku menunjukkan ekspresi memelas padanya.
Jujur setelah insiden yang terjadi padaku sebelumnya, aku sama sekali tidak pernah keluar dari apartemen Karin. Entahlah, rasanya aku takut jika suatu waktu aku bertemu dengan Shin dan tentunya hal itu akan berdampak pada pendirianku.
"Hmmm ayo". James menarik tanganku untuk mengikutinya.
"Heii tunggu dulu". Aku melepaskan genggaman tangan James dari tanganku.
"Ada apa???".
James terlihat kesal dengan perbuatanku."Aku tidak bisa pergi dengan penampilan seperti ini". Aku memutar tubuhku di hadapan James. James tampak berpikir sejenak dan kembali menarik tanganku.
Ohh My!!! Penampilanku benar-benar tak karuan saat ini.
Sekitar 20 menit perjalanan. Aku dan James sampai ditempat yang ia recomendasikan.
James membawaku ke pasar jajanan. Ku akui dia pintar mencari tempat yang bagus untuk membuat moodku membaik. Tapi tetap saja aku masih kesal padanya.
"Hentikan menatapku dengan ekspresi seperti itu, kau membuatku merinding". James terlihat jengah dengan tatapan tajamku.
Aku tak menghiraukan perkataannya dan lebih memilih diam.
"Heiii... Apa kau akan terus marah padaku hanya dengan masalah kecil seperti ini??".
What!!! Mataku membulat dengan sempurna mendengar perkataan James barusan.
"Masalah kecil katamu!!! Kau tahu, sedari tadi aku mencoba menyembunyikan wajahku karena merasa malu. Saat ini aku seperti pelayan yang mengikuti majikannya".
Aku menyilangkan tanganku di depan dada sambil menatap James dengan kesal.James tersenyum manis dan mengacak rambutku.
"Maaf kalau kau merasa seperti itu. Tapi, bagaimanapun penampilanmu kau tetap terlihat cantik Menurutku. Sudahlah ayok".
James menggenggam tanganku dan membawaku menuju ke kedai ice cream. Meski awalnya aku kesal dengannya tetapi perlahan kekesalanku pun mulai pudar.
Kami duduk di atas kursi yang tersedia di samping kedai ice cream.
"Hmm terima kasih James". Ujarku di sela makan ice cream.
"Apa?? Aku tidak dengar". James kembali membuatku kesal dan hal itu membuatku langsung menendang kakinya.
"Aww... Diz kau ini". James meringis kesakitan karena perbuatanku.
Aku dan James mengelilingi pasar jajanan ini sambil menikmati makanan yang di jajarkan.
Aku sungguh bersyukur memiliki teman sebaik James, yang mampu membuatku sedikit melupakan masalah yang telah menimpaku.
Aku dan James berjalan menuju ke parkiran mobil. Langkahku terhenti melihat sosok pria yang tengah berdiri di hadapanku.
Seperti mengerti dengan keadaanku. James berdiri di depanku untuk menjauh dari pria yang tak berhenti menatapku.
Pria itu maju beberapa langkah ke arahku.
"Dizta.. Kumohon jangan menghindariku seperti ini. Aku sangat merindukanmu".
'Ohh God!! Ada apa dengannya?? Wajahnya begitu kacau, dan dimana sisi dinginnya itu'.
Aku hanya terpaku mendengar suaranya yang selama ini kurindukkan. Tak terasa air mataku jatuh membasahi pipiku.
Hanya melihatnya seperti ini membuat pertahanan hatiku melemah.
"Aku peringatkan padamu. Menjauhlah darinya, sudah cukup atas semua yang kau lakukan padanya". James terlihat geram pada Shin.
"Kumohon biarkan aku bicara sebentar dengannya". Shin kembali memohon. Tatapannya tak lekang dari punggung James yang tengah melindungiku.
Aku memegang dadaku, rasanya sakit. Jauh lebih sakit dari sebelumnya. Tapi aku tidak boleh terus-terusan seperti ini, aku harus kuat.
Aku keluar dari tempat persembunyianku dibalik punggung James. Yang berusaha melindungiku
"Pergilah Shin!!! Aku sudah tak ingin bertemu denganmu lagi".
Shin memandangku dengan kecewa atas pernyataanku barusan.
"Kau sudah dengar. Pergilah dan jangan pernah muncul di kehidupannya lagi".
James kembali memperingati Shin yang masih terpaku dengan pernyataanku.
"Baiklah jika itu yang kau inginkan, maaf kalau selama ini aku telah menyakitimu. Tapi kau harus tahu, aku sangat mencintaimu". Shin berbicara dengan tatapan sendu.
"Ayo". James menarikku masuk kedalam mobilnya.
Mobil James melaju meninggalkan Shin yang masih terpaku di tempat.
Hening!!
Perjalanan menuju apartemen Karin di selimuti dengan keheningan. Tak ada yang mau membuka suara, karena kami hanyut dalam pikiran masing-masing.Aku menyenderkan kepalaku ke jendela dan menutup mata. Mencoba melupakan kejadian barusan. Tapi hal itu sia-sia, air mataku jatuh dengan derasnya.
Mataku yang sempat terpejam terbuka. Karena James menghentikan mobilnya. Kami telah sampai di parkiran apartemen Karin.
Aku membenarkan posisku yang sebelumnya meyender dan menatap wajah James.
"Apa kita sudah sam.."
Ucapanku terputus karena James memelukku secara tiba-tiba.
"J..j..james ada apa??".
Aku merasa bingung dengan perlakuan James padaku."Jangan protes, kumohon tetap seperti ini dulu".
Aku hanya diam menuruti keinginan James yang memelukku erat. James mengatakan sesuatu yang tak begitu jelas menurutku, suaranya begitu amat pelan.
James melepaskan pelukkannya padaku dan menatapku dengan lekat. Seperti ada sesuatu yang ia simpan tapi aku tak mengerti apa itu. Apa mungkin dia merasa kasihan terhadapku atas apa yang terjadi.
"James???"
Aku membuka suara lebih dulu dan menatapnya dengan bingung."Ah... Maaf aku hanya bisa mengantarmu sampai disini". James merasa bersalah padaku.
"Ohh it's ok James. Thanks buat hari ini". Aku memberi senyuman tulus padanya.
Aku turun dari mobil James dan diikuti olehnya.
"Diz tunggu".
Aku menoleh padanya dan kembali terkejut. James mencium keningku secara tiba-tiba. Dan tentu hal itu membuatku merasa aneh atas dirinya.
"Baiklah kalau begitu, aku pulang dulu". James mengacak rambutku dan pergi meninggalkanku.
Setelah kepegian James, aku kembali berjalan menuju apartemen Karin.
Rasanya kepalaku begitu pusing mengingat hal yang baru terjadi. Perasaanku diselimuti dengan kegundahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hope You Love Me [FINISH]
Roman d'amourAku tidak pernah menyangkah bahwa hidupku akan penuh dengan teka-teki seperti ini. Kehidupan yang selama ini aku bayangkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, ketika aku harus menebak-nebak perasaan pria yang telah tinggal bersamaku. Hii Reader...