34. Secret

212 9 0
                                    

Setelah sekian lama dirawat di rumah sakit. Akhirnya Shin sudah bisa kembali pulang. Meski lebam-lebam di wajahnya belum hilang sepenuhnya.

"Kau akan ikut denganku kan??".
Shin menatapku dengan penuh harap.

Saat ini kami berjalan menuju mobil yang sedang terparkir di depan rumah sakit.

"Emm.." aku mencoba menimbang-nimbang keputusan yang akan aku buat.

"Aku tidak mau tahu, pokoknya mulai sekarang kau tidak boleh jauh-jauh dariku". Potong Shin dengan keras kepala. Dan yaa aku hanya bisa mengangguk lemah mendengar perintahnya yang sedikit memaksa.

Posesif!!

Ya itulah untuk mengambarkan sosoknya saat ini.

Well... semenjak dirawat dirumah sakit, sifat Shin berubah 180 derajat. Sifat dingin yang biasa ia tunjukkan seakan lenyap begitu saja dan menjelma menjadi sosok yang begitu manja. Dan tentu saja hal itu membuatku sedikit kewalahan di buat olehnya.

Untuk keluarga kami... Tak ada yang tahu mengenai masalah ini, rasanya sangat tidak memungkinkan untuk kami bercerita mengenai masalah yang telah terjadi di antara kami.

__

I'm back

Kata pertama yang terlintas dalam dipikiranku melihat tempat ini. Rasanya sudah lama sekali aku meninggalkan tempat ini. Tempat ini menjadi saksi bisu perasaanku yang terpendam padanya.

Aku tersentak dalam lamunanku saat suara Shin setengah berbisik di telingaku.

"Are you okay??".Shin memelukku dari belakang. Terdengar jelas kalau saat ini dia tengah mengkhawatirkanku.

"Yes, i'm okay".

Aku berbalik dan tersenyum padanya. Wajahnya terlihat sangat gusar. Mungkin dia merasa bersalah dengan kejadian yang telah membuatku pergi cukup lama dari tempat ini.

"Jangan pergi lagi, aku tidak ingin kau meninggalkanku lagi". Shin mengeratkan pelukkannya padaku.

"Tidak Shin, aku tidak akan meninggalkanmu lagi". Janjiku padanya.

Aku membantu Shin untuk masuk kedalam apartemen. Langkah Shin masih sedikit tertatih akibat kecelakaan yang dialaminya.

"Kau mau kemana??". Shin menarik tanganku yang hendak pergi meninggalkannya yang tengah duduk diatas tempat tidur.

"Aku ingin memasak makanan untuk makan siang kita berdua Shin, jadi aku rasa lebih baik kau mandi saja dulu sembari menunggu semunya siap". Ujarku sebal terhadapnya.

"Ohh hehe". Shin hanya cengengesan.

20 menit berlalu dan aku sudah selesai dengan memasak makanan untuk kami berdua makan.

"Hm.. Baunya enak". Shin keluar dari kamar dengan wajah freshnya yang baru selesai mandi.

"Ayo! Kita makan". Ujarku dengan semangat.

Shin terlihat begitu lahap memakan masakanku. Tentu saja hal itu membuatku senang karena dia menyukai masakan yang aku buat.

Selesai makan, seperti biasa Shin membantuku mencuci piring. Dan setelah itu kami duduk santai sambil menonton tv di ruang tamu.

"Sejak kapan kau menyukaiku??". Sudah sejak lama pertanyaan ini ingin kutanyakan padanya.

"Sejak pertama aku bertemu denganmu". Jawab Shin santai.

'Whaatt??'

Aku memandangnya dengan takjub.

"Itu tidak mungkin, kau selalu bersikap cuek dan dingin padaku bahkan saat pertama kali kita bertemu". Yap itulah yang selama ini ia lakukan padaku.

"Apa kau selama ini berpikir seperti itu mengenaiku?".

Aku hanya menjawab dengan anggukan.

"Aku rasa hal ini dikarenakan sifatku yang kaku. Aku hanya masih merasa bingung bagaimana menunjukan perasaanku padamu. Tapi... Aku sama sekali tidak berbohong, karena memang sejak pertama kali kita bertemu aku sudah menyukaimu. Bahkan pernikahan ini, murni keinginanku sendiri".

Aku kembali terkejut dengan pernyataan yang ia lontarkan. Rasanya itu hal yang bertolak belakang dengan semua yang terjadi.

"Bagaimana bisa?? Kau mengatakan bahwa kau terpaksa melakukannya".

Shin tersenyum dan kembali melanjutkan ceritanya.

"Aku tidak punya pilihan lain saat itu selain berbohong. Kau telah menolakku sebelum aku sempat mengatakannya padamu".

"Menolakmu??". Ulangku padanya.

"Yaa, kau ingat pada saat makan malam dirumahku. Mamaku memintamu untuk menikah denganku dan kau langsung menolaknya begitu saja. Dan tentu saja hal itu membuatku frustasi sampai memiliki pikiran bodoh dengan mengatakan bahwa ini permintaan ibuku".

"Aku menolakmu dan makan malam..." aku mencoba mengingat. Oh astaga, Shin benar aku memang menolak tawaran tante Siska pada saat itu. Aku sedikit merasa bersalah padanya.

"Kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu. Aku tahu memang keinginanku begitu gila. Mengingat pertemuan yang tidak di sengaja dan perkenalan yang cukup singkat".

"Tapi... Kenapa kau tidak pernah menunjukkannya padaku Shin. Bahkan setelah menikah kau menjadi lebih sibuk dengan pekerjaanmu". Aku merasa tak sabaran mendengar cerita darinya yang tidak pernah terpikirkan olehku.

"Bagaimana bisa aku menunjukkannya padamu saat kau masih menganggapku orang asing dalam hidupmu. Terlebih lagi aku takut kau akan menghindar dariku".

"Untuk masalah kesibukkanku selama ini aku sama sekali tidak punya pilihan lain. Setelah kita menikah perusahaanku mengalami masalah, sehingga mau tak mau aku lah yang harus turun tangan untuk mengembalikan semuanya".

Setelah mendengar penjelasan yang Shin berikan. Rasanya sudah tidak ada lagi keraguan yang terdapat dalam benakku. Tanpa sadar air mataku mencelos begitu saja.

"Heyy kenapa kau menangis?? Maafkan aku jika aku salah". Shin memegang kedua pipiku dengan tangannya. Ia merasa khawatir melihatku yang menangis.

"Shin...aku.."

"Iya Dizta. Bicaralah". Shin berusaha menenangkanku yang masih sengugukan.

"Shin aku... Selama ini telah menyukaimu... Bahkan dari pertama kau menolongku".

Meski sedikit sulit mengatakannya aku berhasil mengatakan perasaanku terhadapnya.

Shin terperangah mendengar pernyataan yang aku lontarkan barusan.

"I love you Shin". Ujarku padanya sambil sengugukkan.

Shin menarikku kedalam pelukannya dan mencium keningku dengan sayang.

"I love you too my wife, kuharap setelah ini tidak akan ada lagi yang akan kita disembunyikan. Oke!".

Aku hanya mengangguk atas permintaan yang diberikan Shin padaku dan membenamkan kepalaku di dadanya.

Akhirnya segala hal yang tersimpan didalam hatiku kini telah kuutarakan padanya. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak lagi menyimpan perasaan yang aku miliki.

I Hope You Love Me [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang