18. Go....!!!

175 11 0
                                    

Hari ini aku menemani Karin untuk mencari apartemen yang akan ia tempati. Sebenarnya aku sama sekali tidak merasa keberatan kalau Karin terus tinggal di apartemenku. Tetapi Karin terus bersi keras tidak ingin merepotkanku.

Kami menelusuri seluruh kota untuk mencari apartemen yang nyaman untuk Karin tempati. Dan beruntung, kami telah menemukannya.

Saat ini kami berada di dalam mobilku.

"Bagaimana kalau kita cari tempat makan dulu Karin. Aku sudah lapar nih..".

Aku menunjukkan tatapan memelasku pada Karin.

"Iya kau benar Diz, aku juga sudah lapar".

Aku dan Karin pun berhenti untuk mengisi perut kami di sebuah restoran yang menyediakan seafood.

Restoran ini menyediakan seafood yang begitu segar. Hal itu di karenakan kita dapat memelihnya secara langsung dari akuarium yang tersedia.

Aku dan Karin memilih tempat duduk yang berada di sudut restoran.

Kami menyantap makanan kami dengan santai.

"Ohh ya Diz, selama ini Shin sering menghubungimu tidak??" tanya Karin padaku.

"Ya terkadang, mungkin dia sibuk bekerja". Jawabku santai.

"Lalu dimana dia bekerja???". Tanya Karin disela makannya.

Aku hanya diam saja. Karena aku sendiri pun juga tidak tahu dimana Shin bekerja.

Sebenarnya aku pernah ingin menanyakan hal tersebut. Tetapi aku tahan, mengingat perjanjian kami untuk tidak mengurusi masalah pribadi masing-masing.

"Ah... itu..".

"Kau tidak tahu kan". Potong Karin.

Karin terlihat kesal denganku.

"Jadi selama ini, apa saja yang telah kalian lalui bersama??". Tanya Karin kembali padaku.

"Yaa jika Shin datang ke apartemenku untuk menginap. Biasanya aku akan menyiapkan makanan untuknya dan kami akan makan bersama". Jawabku seadanya.

"Lalu... Apa kalian pernah mengobrol satu sama lain?? Malsudnya mengobrol tentang hubungan kalian kedepannya??".

Aku hanya menggelengkan kepalaku pada Karin.

"Diz, aku tahu kau mencintainya. Tapi jika hubungan kalian hanya seperti ini. Sebaiknya kau harus melupakannya. Aku tidak mau kau mengharapkan sesuatu yang sia-sia".

Perkataan Karin membuatku tersadar dengan hubunganku dan Shin yang tidak ada peningkatan.

"Kau sudah lama menanti cinta dari Shin. Dan sebaiknya kini kau harus benar-benar memikirkan hidupmu".

"Yaa kau benar Karin. Aku akan mencobanya".

___________

Keesok kannya aku membantu Karin menata apartemen barunya. Dan sebelumnya aku sudah menghubungi Rista, kalau aku tidak bisa datang ke kafe.

Hari semakin sore dan apartemen Karin juga sudah tertata dengan rapi.

"Karin... Sebaiknya aku balik ke apartemenku".

"Hei.... Kenapa kau harus balik sih??? Menginap saja disini". Bujuk Karin padaku.

"Tidak bisa Karin. Ada yang ingin aku kerjakan". Ujarku pada Karin.

Karin menunjukkan wajah memelasnya.

"Yaa sudah deh, tapi kau harus selalu mengunjungiku jika kau libur".

Aku menganggukan kepalaku pada Karin.

Karin mengantarku sampai parkiran. Karena sejak dari tadi dia bersi keras ingin mengantarku.

"Baiklah kalo gitu nona Karin, aku balik dulu. Good night".

Kami saling berpelukkan sebagai tanda perpisahan.

"Night too my besty".

Aku melajukan mobilku dengan kecepatan sedang.

Saat di perjalanan aku teringat. Bahwa stock bulanan di apartemenku sudah menipis. Dan tentu saja aku langsung menuju supermarket untuk membelinya.

Aku memilih beberapa mi instan yang akan aku beli setibanya di Supermarket. Aku mengambil beberapa mi instan dan memasukkannya di kreta belanjaanku.

Saat aku ingin beranjak pergi, suara pria yang begitu familiar mengagetkanku.

"Kau pecinta mi instan juga".

Suara pria itu milik James dan saat ini dia tersenyum polos padaku.

Aku benar-benar tak percaya harus bertemu lagi dengannya.

"Wahhh....!!! Sepertinya kesialan sedang menghampiriku". Ujarku dengan nada yang ketus.

Aku mendorong kreta belanjaanku. Untuk menghindari James. Tapi sial, James malah menahan kreta belanjaanku dan hal itu membuatku terpaksa berhenti.

"Heyyy... Kau ini kenapa sih??". Ujar James dengan kesal.

"Seharusnya aku yang berkata seperti itu padamu".

Aku menunjukkan secara langsung tatapan ketidak sukaan ku terhadapnya.

James menarik nafasnya.

"Oke...okee aku tahu aku selalu bersikap menyebalkan padamu. Tapi untuk masalahku dengan wanita yang tempo lalu. Aku harap kau jangan salah paham. Itu tidak seperti yang kau pikirkan".

James menunjukkan tatapan memelasnya padaku. Dan hal itu sontak membuat kedua mataku terbelalak. Terlebih lagi mendengar penjelasannya.

"Baiklah aku akan memaafkanmu. Kalau begitu singkirkan tanganmu dari kreta belanjaanku".

"Ohh maaf".

Saat aku kembali mendorong kreta belanjaanku. Lagi-lagi James menghentikannya.

"Ada apa lagi??". Ujarku dengan kesal.

"Heiii aku kan sudah minta maaf padamu. Kenapa nada bicara mu seperti itu lagi??".

Aku mengatur nafasku perlahan untuk meredakan emosiku.

"Lalu kau ingin aku bagaimana??". Tanyaku dengan tatapan sinis.

"Wahhh...wahhh... Apa kau memang tidak bisa bersikap manis???".

Kali ini dia yang terlihat kesal padaku.

"Kau tahu, kau adalah wanita pertama yang dari awal pertemuan  kita, tidak pernah bersikap ramah padaku". James berbicara dengan nada angkuhnya.

"Sebenarnya kau ingin mengatakan apa sih??". Tanyaku kembali padanya.

James mendekatkan wajah nya padaku.

"Apa kau tidak tertarik padaku??".tanyanya.

Kali ini mataku kembali terbelalak olehnya.

"What???? Untuk apa aku tertarik padamu??".

"Kenapa kau masih bertanya. Tentu saja kau harus tertarik padaku. Aku kan tampan, kaya......".

James menyebutkan kelebihannya satu-satu padaku dan sontak hal itu membuatku tertawa sinis padanya.

"Haha...haha apa kau pikir aku seperti wanita-wanitamu itu haaa??".

Kali ini aku melangkah mendekatinya dan berbicara dengan nada yang lantang.

"Kalau kau ingin pamer mengenai kelebihanmu. Kau memilih orang yang salah tuan, jadi sebaiknya menjauhlah dariku".

James hanya terdiam mendengar penjelasanku barusan. Dan hal itu memberikan peluang bagiku untuk kabur darinya.

*Don't to Vote... Voteee...Coment ya Readers “ψ(`∇´)ψ*

I Hope You Love Me [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang