"Dava.."
Teriakan melengking Itu setiap Hari di dengar Oleh Dava, Cowok Blasteran Indo Arab itu tidak Pernah Cepat Bangun. Kalau Biasanya Orang lain akan Di teriaki oleh mamanya, Maka tidak Dengan Dava, Semenjak Lahir Dava Hanya memiliki seorang Ayah, Dua Opa dan Dua Oma yang sangat Menyayanginya. Apapun keinginannya Selalu di turuti oleh Keempatnya, tapi tidak dengan papanya. Aliando Revand adalah papanya, semenjak Dava sudah Bisa Membedakan Baik dan Buruknya Sesuatu, Ali selalu mengawasinya, bahkan sampai ke hal terkecil sekalipun.
Dava sudah Terlampau Biasa Tanpa Seorang Mama, Kasih sayang yang ia dapatkan dari papa sudah Lebih dari Cukup, dan Itu Ia Rasakan bahkan Sejak Lahir.
Kata Oma, Mama adalah wanita yang Kuat, wanita Hebat, Cantik dan Pintar. Mama adalah segalanya Buat papa, namun Semenjak Mama Meninggal, Davalah yang menggantikan Posisi mama, menjadi Segalanya Buat papa.
Menurut cerita yang Dava Tau, mama itu Punya Penyakit, Penyakit yang sulit di sembuhkan, dan mama meninggal setelah 10 menit kelahiran Dava.
Tapi siapapun di Rumah Ini Tidak pernah satupun menyalahkan Dava, Bagi Mereka Dava Itu amanah besar Prilly, yang harus dijaga, dirawat dilindungi bahkan jika Perlu dikawal kanapun Dava Pergi. Tapi Ali tidak Seprotektif itu. Ali membebaskan Dava Selama yang Dava lakukan tidak Melenceng ke Hal-hal Buruk yang Merugikan.
"Oma, Aku gak Sekolah Hari ini. Please dong, jangan Ganggu dulu."
Resi berkacak Pinggang di dekat Tempat tidurnya, Dava Selalu seperti ini Jika di bangunkan hari Senin pagi. Ia akan selalu mengatakan bahwa ini Hari Libur.
"Siapa Bilang Kamu gak sekolah. Nayla sudah Menunggu di bawah. Ayo bangun"
Resi mengibas Selimud Dava kuat-kuat hingga Seluruh badannya terlihat.
"Aaaaaa.. Davaaaa.."
Resi kembali Berteriak, menutup matanya dengan Sepuluh Jarinya. Kelakuan Dava, Tidur Hanya Menggunakan underware saja.Dava Menggeliat, Bangun dari Tempat Tidurnya lalu berjalan dengan Santainya Menuju Kamar Mandi.
"Bilang Nayla suruh nunggu 10 menit yah Oma cantik."
Pintu kamar mandi tertutup dengan Keras, menyisakan Gelengan Kecil Di kepala Resi.
Sungguh, Ali saja tidak Seperti ini saat Sekolah Dulu.Dava Benar-benar selesai Bersiap setelah 10 menit Nayla Menunggunya. Dava memang seperti itu, Dia Bukan Cowok Cool yang akan lama berdandan di hadapan meja rias.
"Nay.."
"Dav.."
***
Nayla berdiri, Mendekati Dava. Tatapannya tak Lepas dari Figura berukuran Besar, foto itu Baru ia Lihat, padahal Setiap Hari Nayla Datang ke Rumah Ini.
"Itu mama Lo yah?"
Nayla memberi isyarat Lewat tatapan mata. Dava tersenyum seperti biasa, Merangkul Bahu Nayla Menuju Meja makan. Ia Tak Menjawab, tapi senyumnya mengisyaratkan bahwa Tebakan Nayla Benar.
"Tante Prilly Cantik Banget Yah."
Nayla masih bergumam tidak Jelas.Siapa saja Pasti akan Mengatakan Hal itu Jika Melihat Foto Mama Dava, Wanita Itu Cantik, Anggun, Berwibawa dan Tak membuat mata Bosan Memandangnya. Mungkin Hal itu yang Membuat Ali, papa Dava, belum pernah Bisa move On darinya.
"Papa Lo mana Dav?"
"Kembaran Gue? Dia di udah Berangkat ke kantor.."
Nayla menaikkan satu Alisnya, Dava Memang sering menyebut dirinya adalah kembaran Dari papanya. Mungkin, Jika saja Ali tidak Berkumis, tidak brewokan, Pasti orang akan Mengira Ali dan Dava adalah Saudara Kembar.
Di usianya yang Baru akan menginjak 17 tahun, Dava memang Terbilang salah satu Cowok Populer di sekolah. Garis kemiripannya dengan Ali jauh lebih banyak dari pada Dengan Prilly, membuat Para Gadis tak akan Berhenti Berkedip saat Memandangnya. Pesonanya Mengalihkan Seluruh Antero Sekolahnya. Terkadang banyak dari Mereka yang Tidak Segan memberikan Hadiah.
Dava Bukan type Cowok Cool, tapi kepetakilannya yang membuat Orang Lain gampang Untuk suka padanya. Dia juga termasuk cowok yang pandai Bergaul, tidak Memilih temannya dan tidak Kurang ajar pada Lawan Jenis. Ali selalu mengingatkan padanya untuk jangan Pernah Menyakiti Hati seorang perempuan. cukup Ali pada Prilly Dulu.
*
"Dav.. gue mau Ngomong Sesuatu deh."
Dava yang sedang fokus pada Setir mobilnya Menoleh sekilas, ada Gurat penasaran di wajahnya.
"Nanya aja. Biasanya juga gak permisi dulu. Tumben lo." Cibirnya santai.
Nayla menghelah Nafas sebentar, sebenarnya Ia masih mempertimbangkan Setiap kata yang akan ia Keluarkan Nanti.
"Apaan Nay, Buru deh.!"
"Jangan Marah, Tapi."
"Gak Bakal. Udah Buru..!"
"Kenapa Kamu gak Nyariin Istri Buat papa Kamu Sih Dav, Biar Om Ali ada Yang Ngurusin. Kan Kasihan, Lo udah Gede kali gak usah diurus juga makan sendiri."
Dava Diam. Ia terlihat fokus Tapi Pikirannya Terbagi. Nayla sebenarnya Takut, jikalau kata-katanya Menyinggung Dava."Dav.."
"Dava.."
Panggil Nayla Lagi."Sepertinya Susah Deh Nay. Papa gue itu sayang banget sama Mama gue. Barang-barang mama Aja Masih ada di kamar, setiap Hari Juga Ikut di bersihin, make up mama juga masih ada di tempatnya, sepatunya, Tasnya semua tentang Mama Masih ada di tempat Awal mama Meninggalkannya, bahkan Lipstik Bekas mama di Baju papa Masih ada, Semuanya papa Simpan dan Gak ngizinin siapapun Menyentuhnya. pokoknya susah deh, Papa Sayang Banget sama Mama Gue."
Nayla Diam. Bagaimana Bisa Ia tidak percaya pada Ucapan Dava, sedang Ia hampir setiap Hari datang ke rumah Itu.
"Gue juga dulu sempat Minta Papa Nikah Lagi, tapi Dia gak Jawab Sih. Malah memberondong Gue dengan Ceramahnya."
"Memangnya, Mama kamu itu Seperti Apa Sih Dav?"
Dava Melirik Nayla Sekali Lagi. Ia berfikir sebentar sebelum Menjawab.
"Yang Gue Tahu, Mama itu Wanita Hebat. Mama gak ada Duanya, Mama gak akan Tergantikan, Mama Segalanya Buat Papa. Semua orang sayang Mama, Mama Wanita Yang Kuat meski Harus rela Kehilangan Nyawanya Demi Buat Ngelahirin Gue."
Nayla menghelah Nafas, Menyentuh Bahu Dava yang sepertinya Mulai Rapuh. ini memang Kali Pertama Nayla Meminta di ceritakan Sosok Prilly oleh Dava dan Dia Bisa Merasakan Bagaimana Sakitnya Menjadi seorang Dava.
Dia memang tidak Kekurangan Apapun, bahkan Mungkin punya sayang Yang Lebih. tapi sekali Lagi harus di ketahui bahwa Kasih sayang Mama adalah yang Paling dari Semuanya, Mama adalah Sosok pahlawan tanpa tanda Jasa yang Sebenarnya.
"Sorry Dav, Gue gak ada Niatan Buat Bikin Lo sedih pagi ini "
"Santai Aja Nay, Gue udah Terlampau Biasa, mungkin Ini karena Lo baru pertama kalinya nanya Soal mama Ke gue."
Nayla Tersenyum, Usia Mereka memang Berbeda Satu Tahun, Di sekolah Pun Dava adalah Kakak Kelas Nayla. Tapi disini, Nayla ada saudara, Teman, Sahabat, Bahkan bisa Merangkap Asisten Jika Dava sedang Butuh bantuan Nayla, begitu Juga Sebaliknya, hingga Mereka Saling Melengkapi..
***
Part Awal, Pendekin aja Dulu. Perkenalan aja. Biar bisa paham karakter masing-masing.
Stay Tuned Guys, add sebagi List Yah
KAMU SEDANG MEMBACA
Dava Dan Nayla
Teen FictionCerita Kedua tentang Ali dan Prilly 'From' Menjemput Hati Seorang Alindo Revand tidak Pernah Menyangka akan Di tinggalkan secepat itu oleh Istrinya Prilly Natasya. Seorang Wanita Jelita yang mengidap penyakit berbahaya hingga Merenggut Jiwanya. Kema...