Dilema

374 22 4
                                    

"Kata orang, jarak antara Sakit Hati dan pasrah itu beda tipis. Jika sudah sakit hati, maka Berpasrah pada Keadaan adalah Jalan satu-satunya,  Lalu Menerima Takdir dengan Tangan Terbuka. Karena Sejatinya,  kita Hanya memerankan Skenario Tuhan, Selebihnya Biarkan DIA yang mengaturnya"

***

Sudah Sejak Setengah Jam yang Lalu,  Nayla Berada di Ruangan Ini sendirian. Duduk diam,  memainkan jemarinya Menunggu oMa yang tak kunjung Datang. Mereka telah membuat Janji semalam, dan Oma Meminta Nayla Menemuinya di Kediamannya. Rumah mewah yang Sejak Satu tahun Terakhir di tinggali Yuzi.

Sejak Mendengar Kabar Bahwa Ibu Cinta-Menantunya, telah Tinggal Bersama Nayla Dan Yuzi,  Oma Memberi Perintah Pada Salsa dan Aldi agar Memindahkan Yuzi ke rumahnya. Cucunya itu tidak di Izinkan Tinggal bersama Ibu Cinta,  sekalipun Menolak Yuzi tidak akan Pernah Bisa Lari dari kEnyataan Bahwa Ia Memang Harus tinggal Bersama Oma.

Dan Disinilah Nayla Sekarang, entah apa lagi Yang di rencanakan Oma Padanya,  Setelah Yuzi.

Orang Tua berkursi Roda dengan di apit dua Pelayan Cantiknya Datang Menemui Nayla di Ruangan Besar Ini. Dia tersenyum,  Senyum manis yang Jelas Menular pada Nayla. Buru-buru Gadis itu Berdiri,  menyalami tangan wanita Tua itu lalu mencium kedua Pipinya. Nyaris tak pernah Ia Lupa akan Rasa hormatnya Pada Omanya.

"Tinggalkan kami berdua" titahnya, membuat dua pelayannya segera berbalik pergi.

Nayla Mendorong kursi Roda Omanya Ke dekat Sofa Tempatnya duduk tadi,  memasang Pengunci Roda,  Lalu ikut duduk di sampingnya.

Orang tua itu Tersenyum padanya,  ia Meraih satu tangan Nayla lalu menggenggamnya
"Bagaimana kAbarmu hari ini Cantik?" Nayla tersenyum,  bahkan Sikap oma,  sedari ia Bisa Mengingat sampai saat ini nyaris tak ada Yang berubah, sangat Manis,  Menjadi oma Favorit bagi Nayla, tetapi Belakangan, Sikapnya Membuat Nayla Berpikir kEras, apa Sebenarnya Keinginan Orang Tua Ini.

"Aku Baik Oma"

"Bagaimana Kuliahmu? Oma dengar Kamu sudah semester Tiga Sekarang?"

"Iya Oma," Senyum itu tidak Pernah Pudar dari Bibirnya.

"Sudah tau,  kenapa Oma Memanggilmu Ke sini? "

Satu hal yang Nayla Tahu, Omanya adalah orang yang selalu to do point tidak akan Bisa Berbasa Basi,  entah itu berita Buruk ataupun Hal yang Menyenangkan.

Nayla Menggeleng pelan,  Lalu ia Merasakan genggaman pada Tangannya di lepas Oma.

"Apa Mama Mu tidak Menceritakannya?"
Nada Bicara oma sudah Naik satu Oktav,  itu berarti Mamanya akan Kena Imbasnya Nanti.

"Apa yang ingin Oma bicarakan? "

Sorot mata Oma Menajam,  tepat di retina mata Coklat Nayla. "Ini soal perjodohanmu dengan Kian."

Degh!

Nayla Menelan ludahnya Susah Payah. Ia dan Ibunya sudah membicarakan Ini beberapa Waktu yang lalu, tetapi sampai saat Ini Nayla Belum Bisa Mengambil keputusan. Jujur,  Nayla Masih menunggu Cintanya Kembali Bersambut, ia masih Mampu menunggu Selama apapun,  sekalipun ada orang ketiga diantara Mereka.

"Oma Ingin Kalian Bersama. Oma dengar Kalian Cukup dekat,  Satu sekolah,  Kuliah Bareng, memiliki hubungan Baik dan kian Adalah pilihan Terbaik Buat kamu"

"Oma,  Nayla Bukan------"

"Oh tidak tidak tidak Nay,  Kamu tidak akan Bisa Menolak oma. Sekalipun Kamu Menolaknya Sekarang. "
Nayla tidak Mengerti, Selama ini Omanya Terlalu Baik padanya Sampai Ia tidak Bisa Mengartikan Sikapnya Yang sekarang.

Dava Dan NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang