Aku berjalan di tepian pantai, menggenggam pasir dengan Air mata yang menggenang. Aku sadar bahwa Dirimu sama dengan Pasir di genggamanku, semakin ku genggam erat, semakin banyak Peluangmu untuk pergi dariku. Pergi dari Hidupku.
***
Pintu ruangan UGD terbuka menampilkan dokter Andin di sana, raut wajahnya susah di tebak. Ada gurat cemas di sana. Ali mendekatinya, menatapnya Lekat-lekat lalu memulainya dengan pErtanyaan yang sama. "Bagaimana kEadaan adik saya? ".
Dokter Andin menurunkan Maskernya lalu Menggeleng Pelan. Ia tak berucap sepatah katapun tetapi dokter yang tak lAgi muda itu menepuk Bahu Ali sambil menggumamkan kata mAaf dan Kalimat Penguat.
Seketika semuanya Sadar, Jika hal yang hendak di sampaikan dokter Andin adalah Berita Buruk. Berita kematian Papa Rasya.
"Maaf kan saya Ali, saya Gagal Menyelamatkan adik kamu, orang yang sudah membuat Istri kamu hidup Lebih lama. Maaf, untuk yang kedua kalinya saya Membawa Kabar buruk kehadapanmu, tapi Saya salut, Rasya Bertahan Hidup selama Bertahun-tahun dengan Satu Ginjal, but Finally, Failed. maaf Ali."
Hanya dengan ucapan itu, sanggup membuat Alan Jatuh Terperosok seakan Kakinya sudah tidak Bisa lagi menopang Berat badannya. Air matanya Jatuh tanpa Sadar, tangannya Mengepal kUat dengan Garis rahangnya Yang mengeras. Wajahnya Berubah Merah. Dava menghampirinya lalu ikut duduk di lantai, berusaha mEnguatkan Alan.
Rizzy jangan di tanya lAgi bagaimana kEadaannya, Ia jatuh tak Sadarkan diri setelah mendengar Berita itu. Rizzy belum siap.Selama ini, Rasya Tidak pernah menunjukkan tanda-tanda Bahwa Ia sedang sakit, Rizzy bahkan sering lupa kalau suaminya Hidup hanya dengan Satu Ginjal saking baiknya keadaan Rasya. Tapi sekarang kenapa Rasya Menyerah bahkan sebelum berjuang?
Rasya Pergi tanpa Pesan. Rasya Pergi tanpa pamitan. Rasya Meninggalkan Mereka. Ada kalanya, seseorang memang memilih pergi tanpa mengucapkan kakimat selamat tinggal.
"Terima kasih Rasya, sudah pernah menyambung hidup Orang yang aku cintai. Sekarang, pergilah dengan tenang. Sampaikan salamku untuk dia yang telah bersamamu"
***
Rumah besar Milik Ali kembali di banjiri Pelayat, setelah dua Tahun yang Lalu Eyang Kakung Juga di semayamkan di rumah ini. Tapi saat ini, jumlah Orang yang datang dua bahkan Tiga Kali lipat dari pelayat eyang kUng. Rasya, orang yang sudah terbujur kaku di sana Adalah Orang Penting, Banyak yang Mengenalnya. Tak sedikit dari mereka bahkan kaget mendengar berita Kematian Rasya, bahkan Salsa, Aldi dan Cinta Sempat syok mengetahui kabar tersebut. Padahal sebelumnya mereka mAsih bersama di apartement Ali, merencanakan yang terbaik untuk Dava. Padahal mereka Baru saja menyusun rencana untuk keluarga Mereka kedepan. Rasya Akan stay di Jakarta, katanya.! Iya, stay dalam artian Selamanya.
Suara Tangis Menggema kala Rizzy Sadar bahwa Suaminya Akan segera dimandikan. Ini sungguh mendadak, Ia sungguh belum siap. Tapi kenyataan Merenggut semuanya secara tiba-tiba. Rasya sudah tidak ada Lagi. Dan Kenyataan Itu ada di depan matanya.
"Lo harus kuat Lan, kalo lo saja Seperti ini bagaimana Dengan Mama?" Dava masih terus berada di samping Alan, melihat Rizzy dari arah yang sedikit Jauh. Keadaan Alan juga sangat Mengenaskan. Ia sedari tadi tidak berucap sepatah katapun.
"All be there For you Lan, masih ada Gue, papa Ali, Oma, Opa dan Aletta. Kalo lo seperti ini bagaimana dengan mereka? Yang harus kita lakukan adalah Ikhlas"
Dava Menghelah Nafas, lalu mengedarkan pandangannya Kesegala Penjuru arah Rumahnya. Nyaris tak ada tempat kosong, semuanya di padati para Pelayat. Beberapa dari Kolega Bisnisnya, juga dari teman-teman Papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dava Dan Nayla
Novela JuvenilCerita Kedua tentang Ali dan Prilly 'From' Menjemput Hati Seorang Alindo Revand tidak Pernah Menyangka akan Di tinggalkan secepat itu oleh Istrinya Prilly Natasya. Seorang Wanita Jelita yang mengidap penyakit berbahaya hingga Merenggut Jiwanya. Kema...