Sesuai dengan Planning sebelumnya, Dava Benar-benar mengumpulkan Mereka Semua Di ruang Tengah Rumahnya. Tempat dimana semua Kado Disimpan. Mulai dari yang Berbentuk Kecil Hingga pada Kotak-kotak Besar yang entah dari Siapa. Padahal Dava Tidak Pernah mau di Beri Hadiah semacam ini, dia bukan anak-anak lagi. Tapi bagaimanapun, Dava tetap harus menerimanya. Sedih di hari ulang tahunnya Pun tidak berguna lagi, tidak akan membangunkan Mamanya yang telah lama meninggalkan mereka.
"Sore pah"
"Hai Jagoan"
Ali bergabung Bersama Dava yang sudah terlebih dahulu Menunggu disana, Menunggu Alan, yang masih menyiapkan Cemilan dan Sam yang Menjemput Nayla di rumahnya.
"Buka Kado? "
Ali melonggarkan Dasi yang Membelit lehernya, Ia baru saja Pulang dari Meeting dadakan yang diadakan dihotelnya."Rencana Sih pah. Aku Bingung juga kalo gak Di buka Sekarang Bakalan tambah Banyak ini kado"
"Yang dari fans kamu, karyawan kantor papa belum diangkut kesini loh, Dav?"
"YaAllah Papa, gak usah. Bilang sama mereka kalo aku gak nerima kado"
Dava bernafas jengah mendengar ucapan papanya. Kalau sampai Kado dari Karyawan juga di terimanya, maka Seluruh ruangan di rumah ini akan penuh dengan Kado."Sombong banget sih."
Dava Menoleh, suara itu Bukan Suara papanya. Disana ada Alan bersama Meisya, Sam dan Nayla.
"Bukan sombong, tapi berlebihan aja. Gak perlu lah"
"Yaudah nanti papa Bilangin Kadonya dikasi pas kamu datang ke kantor aja." Ali bersiap berdiri, meraih tasnya Lalu tersenyum hangat. "Lanjutkan kegiatan kalian, papa Mau istirahat dulu"
"Siap pah"
"Siap Om"Ali berlalu, meninggalkan para Remaja itu, sengaja memberi privasi pada Mereka agar lebih leluasa berekspresi. Lagi pula Ali harus melakukan Ritual Doa sepanjang Sorenya, hal yanh selama Hidup Dava Selalu di Lakukan Ali. Doa di sore Hari, di hari kematian Istrinya. Bukan Mengasingkan diri, hanya Sejenak Larut dalam Suasana Haru, mengenang Istri tercintanya, yang Mungkin sampai kapan pun tidak akan Pernah Tergantikan.
"Buka kadonya Sekarang nih?"
"Serah kalian"
Dava tetap Duduk santai di sofa sembari menikmati Cemilan buatan Alan. Sementara Yang Lain sudah duduk diatas Karpet Bulu, bersiap membuka Kado."Dari yang Kecil apa yang Besar Dulu?"
"Serah kalian"
"Baiklah"
Alan Memulai aksinya, Membuka Kado-kado yang di kirim Orang-orang untuk Dava. Diikuti Meisya, Sam dan Nayla. Mereka Sibuk Mengobrak abrik Kertas kado Karena Penasaran Isi di dalamnya.Banyak yang Memberikan Jam Tangan Untuk Dava, jam yang Mungkin setara Dengan Harga Satu Mobil Avanza di Indonesia, ada juga Yang Memberi jam Weker, lengkap dengan Caption 'agar Dava gak Telat Bangun'. Juga ada Yang Memberinya Tas, Baju, sepatu, bahkan Selimut. Ah entahlah pikiran orang Bagaimana, padahal mereka Tahu pabrik selimut saja Bisa di beli Oleh Dava.
"Den, Ini ada titipan dari Oma, Opa, Eyang kung dan Eyang put. Juga ada dari non Rizzy. Mau bibi simpan dimana? "
Semua Perhatian Tersita, tatap mata Sejurus memandang Bi Aruni yang datang membawa Tiga Kotak Kecil berbentuk Persegi panjang.
"Simpan di meja aja Bi"
"Tapi Nyonya Pesan Supaya Semua Ini Harus Benar-benar sampai pada Den Dava. Ini penting katanya."
"Ya sudah, Sini"
Dava Meraihnya dan menyimpannya diatas Pangkuannya. Bi Aruni Berpamitan.Timbul ide Jahil di Benak Alan, Ia Berbalik, menyimpan semua Kado yang Belum selesai dibukanya lalu beralih meraih tiga kotak diatas pangkuan Dava.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dava Dan Nayla
Genç KurguCerita Kedua tentang Ali dan Prilly 'From' Menjemput Hati Seorang Alindo Revand tidak Pernah Menyangka akan Di tinggalkan secepat itu oleh Istrinya Prilly Natasya. Seorang Wanita Jelita yang mengidap penyakit berbahaya hingga Merenggut Jiwanya. Kema...