Tinggal Kenangan

379 22 1
                                    

Hari ini Hujan Turun,  rintikannya membuat sesak semakin Dalam di dada Nayla. Dava Baru saja Pergi,  pergi untuk beberapa Waktu,  Tanpa Pamit,  Tanpa mengucap kalimat 'sampai Jumpa'.  Nayla Merasakan Kesakitan teramat dalam,  Ia Benar-benar tidak tahu harus Seperti apa Sekarang. Langkahnya mungkin sedikit Salah,  Tapi Alasan Ia mengambil langkah itu sangat Kuat,  Hingga membuatnya Menjadi Egois dan Meninggalkan Dava.

Nayla Berdiri di dekat Jendela kamarnya,  Menyaksikan hujan Turun dengan Dereasnya Membasahi Bumi,  Entahlah,  padahal pagi tadi Langit cerah tak berawan, tetapi sepertinya langit Ikut bersedih, atau justru menertawakan Nayla dengan Kebodohannya. Tidak ada Lagi Dava yang Konyol,  yang akan Meneriaki namanya Jika Nayla Duduk diatas Kusen jendela Kamarnya,  tidak ada Lagi Dava Yang penyayang,  Yang rela Menanti ketidak pastian dari Nayla demi sebuah Harapan. Tidak ada Lagi Dava yang Periang, yang akan selalu menemani Nayla kala Sepi datang.

Kini, Dava hanya Tinggal kenangan. Kenangan Terindah yang tidak akan Mungkin Nayla Lupakan.
Dava dan Cintanya, Dava dan Kasih sayangnya,  Meski sedikit berbeda dri cara Mencintai Orang Lain,  Tapi Nayla benar-benar merasa Kehilangan,  Dava.

Anggap saja Ia Bodoh.
Nayla Memang bodoh.

"Aku mencintaimu,  Tidak Sama dengan Matahari mencintai Buminya, Yang datang Hanya pada Saat Pagi Menyingsing lalu Pergi saat Senja Menjemput. Aku mencintaimu Tidak Sama Seperti Embun yang mengecup bibir Daun,  lalu Hilang Karena Sinaran Matahari. Aku Mencintaimu Tidak sama Seperti ombak, Aku Mencintaimu Seperti Pasir di Pantai, jumlahnya Tak Terhitung, hingga Sampai Tua pun kamu tidak akan Mampu Menghitungnya."

Sekelebat Bayangan Dava Menghampiri Nayla,  terngiang kalimat Manis Dava Di telinganya. Wajah Dava Yang tersenyum padanya,  Juga sikap Lembut Dava Kala Bersamanya. Semuanya Seakan Hadir mengejek Nayla saat ini.

Air mata Itu,  Air mata Yang sejak tadi pagi di tahannya Akhirnya tumpah juga, Nayla Menangis. Meremas kuat Dadanya,  berharap dengan remasan itu,  Rasa sesak sedikit berkurang.  Namun Nayla Salah,  semakin ia Menyentuh dadanya,  semakin sesak ia Rasa. Dava Sudah pergi,  mungkin juga Dava Sudah Menyerah padanya.

Lalu Nayla Harus Bagaiamana sekarang.? Ia tidak akan Mungkin Bisa Membuat Kebahagiaan Dava Hilang, ia tidak akan Mungkin Mampu Membuat Dava Terpuruk,  Karena Nayla Tahu,  kebahagiaan Dava adalah melihat Ali Menikah Lagi. Dan Nayla tidak akan Menghancurkan itu.

Lalu bagaimana Dengan Keinginan Kedua Dava?
Nayla Pernah Mendengarnya, Nayla pernah Mendengar Dava Mengucapkan Harapan.

Di Bali,  Nayla Pernah menanyakan Hal itu pada Dava. Dan Keinginan kedua Dava Mungkin tidak akan Pernah tersampaikan.

"I want you, for stay here for me, only for me. For two time, Now and Forever" Dava Memeluk Nayla.

Lalu sekarang Bagiamana? Apa yang Harus Nayla lakukan?

Pelukan itu Masih terasa Hangatnya,  Pelukan itu Masih dalam Membekas di hatinya.  Apalagi sebelum Dava Memeluk Nayla Waktu itu,  Dava Sempat mengecup Puncak kepala Nayla. Iya,  Dava Mencium Nayla.

Dan sekarang semua itu hanya Tinggal Kenangan.

Nayla Memghelah Nafas Berat. Entahkah Keputusannya salah atau benar, Nayla Tetap akan Berdiri Disini. Menunggu Takdir membawa Bahagianya Lagi.

Tapi,  apakah Nayla Masih bisa Bahagia Tanpa Dava?

Dava adalah Cinta Pertamanya,  orang yang mati-matian ia pertahankan,  yakinkan,  agar dia bisa Menjadi kekasihnya,  Lalu sekarang?

Nayla Terpuruk.!

***

Dava Dan Alan baru Saja Tiba di apartement sekitar 10 menit yang Lalu,  Mereka memilih Rebahan Dari pada Mendengarkan Ocehan Om Richard yang sedari tadi Meminta Mereka Bersiap,  untuk Berkunjung Ke kampus. Mereka terlalu Lelah, bukan karena Mereka Ke Singapore Menggunakan Pesawat Umum,  Tapi Karena Mereka kehilangan sesuatu. Sebagian Hatinya Tertinggal di Indonesia. Baik Dava Maupun Alan,  masih sama-sama mencintai Gadisnya,  Tapi Keadaan seakan memaksa Agar mereka Berpisah.

Dava Dan NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang