Duka

412 23 3
                                    


Entah sudah berapa lama hal ini berlangsung,  entah sudah berapa lama mereka menghabiskan waktu,  tenaga dan Air mata Di tempat ini. Rasanya sudah sangat lama,  bahkan Untuk mengingat waktu berputar pun sudah tak ingin.
Sejak malam Itu,  malam Dimana Ali dan Cinta memutuskan untuk tidak menikah, papa Dendo-Eyang Kakung Dava,  terbaring lemah di sini,  Di rumah sakit Pelita harapan. Dua bulan mengalami Koma dan Baru sadar beberapa Hari yang Lalu.

Ini adalah Bulan ketiga Mereka berada disini. Bulan ketiga Papa Dendo di rawat di rumah sakit ini. Padahal seharusnya,  Bulan ini,  Ali dan Cinta sudah menikah. Akan tetapi semua harapan itu Sirna,  Luluh lantah atas sebuah kenyataan yang tak mungkin mereka hindari.

Serangan jantung yang di alami papa Dendo setelah pengakuan Ali dan Cinta malam itu membuatnya harus berada di sini,  Tanpa Sepengetahuan orang-orang,  tanpa sepengetahuan Dava,  Hanya mereka. Hal yang membuat Ali sangat Merasa Bersalah dan Gagal sebagai seorang Menantu.

Selama tiga Bulan ini,  Hubungan Ali dan Cinta tetap baik-baik saja,  mereka masih sering bertemu,  bahkan Masih sering Berdua,  dan hampir setiap hari datang ke rumah sakit untuk mengunjungi Papa Dendo. Keadaan Eyang Put jangan di tanya Lagi,  setiap hari yang ia lewati adalah Hari terberat untuknya, dimana ia harus berjuang sendirian, melawan rasa sesak di dadanya,  membunuh Rasa Bersalah dan Tetap berdiri tegak demi suaminya. Meski ia tahu,  harapan tentang kesembuhan suaminya sudah sangat tipis.

Seperti hari ini,  Lily masih setia di samping suaminya,  Menggenggam Erat tangan Suaminya,  di temani suara nyaring Monitor  pendeteksi Jantung, di ruangan ICU ini,  Ruangan khusus yang Di pesan Ali untuk mertuanya. Setiap hari,  Wanita tua ini hanya Bisa Menangis,  dan menangis,  Apalagi Mengetahui Suaminya Sudah begitu lemah. Lily tidak sanggup Jika Harus kehilangan. Cukup Prilly yang pergi.

"Gimana Keadaan Papa Hari ini Mah?"

Lily menoleh,  menyeka Air matanya Lalu menggeleng pelan.

"Dia pengen pulang ke Bandung Li,  ke rumahnya."

Ali menghelah Nafas Lalu memeluk Mertuanya. Lily sedih, karena Ali menolak menikah,  Tetapi juga Bersyukur karena Ali memilih Setia pada Anaknya yang sudah tiada.

"sekarang Bagaimana? "

"Aku terserah mama,  kalau Mama Mau Kita Bawa Papa Ke Bandung,  Ali bisa meminta richard Menyediakan Pesawatnya Sekarang"

Lily menggeleng pelan "rumah itu terlalu besar untuk di tinggali kami berdua Li, dan mama gak akan Sanggup jika Hanya ada kami"

"Mama Harus Ikhlas,  mama Harus Ridho, mama Harus Merelakan. Aku Rasa Papa Tidak Ingin Berakhir di sini"

Lily terkejut bukan Main, tapi ucapan Ali ada Benarnya. Mungkin Dendo tidak ingin menghabiskan waktu terakhirnya disini.

"Kita Bawa mas Dendo pulang,  mbak. Dan Kita juga Harus Kabarin Dava. Anak itu pasti akan Ngamuk Jika Terjadi sesuatu pada Eyang Kungnya dan dia terlambat di beri tahu" Ali mengangguk setuju. Selama ini mereka Diam karena Mereka tidak mau Menganggu Dava di sana. Dan Kali ini Keputusan Papa Revand adalah yang Paling benar.

Kadang,  ketika Maut akan Menjemput,  seseorang Tidak Bisa Pergi dengan tenang Jika Dia tidak berada di tempat ternyamannya,  atau orang itu sedang dalam Keadaan Kotor. Mungkin Begitu juga yang dirasakan Papa Dendo saat ini.

"Ali,  kamu Hubungi Richard,  Minta dia Menjemput Dava Sekarang, bawa Pulang segera." Ali mengangguk lalu segera Melaksanakan Titah papanya,  Ali Tahu Revand akan Mengurus kepulangan Besannya.

***

Apartement ReallyRitz, Singapore.

Dava Dan Alan baru saja memulai Makan siangnya, mereka Hari Ini sedang Free dan Kebetulan juga sedang tidak banyak pekerjaan, Dava Memilih berdiam di rumah Saja,  Menikmati Kebahagiaan Alan yang baru saja jadian dengan Seorang Gadis Cantik Bernama Aletta.  Alan berhasil menata kembali hatinya dan Menemukan Cinta Baru di sini,  Tapi tidak dengan Dava. Ia tetap belum bisa Move on dari Nayla. Cinta itu masih berakar di hatinya,  dan Dava Belum ingin terlibat Cinta Lain di luar sana.

Dava Dan NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang