Berjuang Sekai Lagi

387 28 2
                                    

Dan pada Akhirnya,  Disinilah Mereka,  di Tempat Paling Aman dan Penuh kenangan.  Apartement Lama Papa Ali,  Apartement yang Menjadi saksi kIsah Cinta Mama dan Papa Dava. Apartement Tua Yang Bergaya Klasik Kuno ini sudah Jarang di datangi, tapi Selalu Rapi Karena di Rawat oleh Anak Bi Ira, Bibi Aruni.
Sam membawa Mereka Semua ke Tempat Ini karena Merasa Masih ada Yang Perlu di selesaikan, tugasnya Belum selesai.

Meneliti Isi Apartement yang sangat Jarang mereka Datangi,  Dava Memilih duduk di Ruang Makan yang Berhadapan Langsung dengan Meja Bar dan KitchenSet, di ikuti Mereka Semua. Ketegangan Masih terjadi, hening masih Menyelimuti,  padahal matahari sudah bersorak meneriaki mereka dengan sinarannya. Jika ada yang Perlu di perbaiki,  Mereka masih Punya waktu untuk semua itu, Namun keputusan Masih sepenuhnya Berada ditangan Dava. Kalaupun Nayla Mau, Dava Tidak akan Memilih Jalan Seorang Pengecut.

"Apa lagi yang Kamu Pikirkan Dav? "

Dava Menoleh,  ia tidak sadar,  Ternyata rombongan para oRang Tua sudah ada di Tempat ini Juga, mereka semua Hadir. Papa,  Mama dan Papa Nayla,  Ibu Cinta,  Mama dan Papa Alan, dan semua ini pasti ulah Sam juga.

Helah nafas Berat terdengar dari bibir Dava,  Ia Memajamkan Mata.  Apa yang harus ia Lakukan Sekarang?  Keadaan ini begitu sulit, Dava bukan seorang pengecut,  bukan pEcundang yang akan Mengambil Shintanya Rama.  Tidak,  Dava Bukan Orang Seperti itu.

Lalu,  apa Makna dari ucapan Papanya Barusan?.

"Apa maksud papa? Dan kenapa Kalian semua ada disini? "
Dava Berdiri, memberikan Ruang pada Semuanya untuk berkomentar. Baiklah,  mungkin saat ini waktunya Bagi mereka untuk berdiskusi.

"Sorry Dav, gue yang meminta Mereka Ke sini. Ini Rencana Gue. Sekali lagi, Gue ingin semuanya Baik-baik saja." Sam Menundukkan pandangannya,  Tatapan Dava Serupa Bara api yang menyala-nyala tepat di manik matanya.

"Maafkan tante,  Dav. Maaf,  Tante gak Bisa Berbuat apa-apa" Salsa Menengahi,  Memisahkan kontak mata Dava dan Sam.

"Om juga Gak bisa Menghalangi Mami." Sesalnya.

"Maksud Kalian Apa? " tanya Dava,  Masih dalam mOde santai. Dava masih harus terlihat baik-baik saja di depan mereka semua.

"Kami tahu semuanya, Dava" ibu cinta Mendekat.

"Kalian masih saling Mencintai" Komentar Salsa

"Tapi Nayla bertunangan dengan Orang lain.  Dan kami tidak bisa Berbuat apa-apa" Penyesalan seorang Aldi,  yg tak bisa Membswa Bahagia kepada Putrinya.

Dava diam mendengar semua komentar satu persatu dari Mama dan Papa Nayla,  juga Ibu Cinta.
Hela nafas Berat terdengar Lagi dari Bibir Dava.

"Semuanya sudah terjadi, tidak ada yang perlu di sesali.  Nayla akan Bahagia bersama Kian.  Kian mencintai Nayla" Tutup Dav,  lalu tersenyum,  tenang.  Setenang aliran sungai Nil.

"Tapi aku gak Cinta Kian! " pekik Nayla keras. Dia Benar-benar tidak Bisa,  apalagi setelah mendengar penuturan Alan tentang Perasaan Dava beberapa waktu lalu.

"Kalau kita bersatu,  Semuanya pasti Mungkin,  kita Bisa Melawan Mami dan Pertunangan ini Bisa di batalkan, maaf kalau kamarin om tidak berani melawan." Aldi menatap Dava,  sejujurnya Ia lelah jadi Boneka Mami,  ia lelah berada di bawa Kendala Mami.

"Papa Setuju Dav," ucap Ali,  menaikkan level percaya diri Aldi tentang Pemberontakan yang akan ia lakukan pada Mami.

"Ibu Cinta jUga"

"Aunty dan Uncle ikut keputusan Papa kamu saja, Nak."

"Tidak ada yang Bisa Kita Lakukan." bantah Dava.

Dava Dan NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang