Sebuah Misi

872 46 2
                                    

"Pah, bagaimana Dengan Tante Risa?"

Ali mengerutkan keningnya, ia mengalihkan pandangannya dari laptop yang sejak tadi menyita keseluruhan fokusnya. Ia menatap Dava bingung.

"Papa, natapnya horor banget sih.." Dava menjatuhkan badannya di sofa yang tidak jauh dari tempat Ali duduk, fokus pada ponselnya namun memasang pendengarannya baik-baik.
"Iya, buat jadi kandidat calon mama, aku Rasa Itu tidak terlalu Buruk.!"

Ali menghelah Nafas, ia tahu sekarang maksud Dava. Anak lelakinya itu masih saja memikirkan jodoh untuknya, padahal Ia sudah berulang kali mengatakan bahwa ia tidak pernah punya niatan untuk mengkhianati istrinya.

"Bagaimana kalau kamu dan Nayla saja?"

Dava mendelik tajam, di tatapnya Ali yang sedang menahan tawanya di kursi kerjanya. Ali tahu, gadis yang sering berkunjung ke rumahnya untuk berangkat bareng Dava ke sekolah diam-diam menaruh rasa pada anaknya. Meski Ali belum begitu Yakin, tapi Nayla sering memberi kode lewar perhatian kecil yang di tunjukkannya, bahkan ketika Ia dan Resi ada di rumah.

"Papa Rasa dia tidak terlalu buruk untuk Menjadi kandidat calon pacar kamu."
Ali terkekeh setelah melepas kalimat itu. "Lagi pula, papa lebih ingin Kamu yang mencari pasangan, selesaikan sekolah kamu, menikah dan bantu papa di perusahaan. Rencana itu tidak terlalu buruk kan?"
Ali melanjutkan kalimatnya dengan nada bercanda, melihat Dava Sepertinya sedang Menahan Kesal kepadanya Mengingatkannya pada Prilly saat merajuk kepadanya dulu.
Keseluruhan karakter Prilly sepertinya Menurun kepada Dava, dan Ali sangat bersyukur akan Hal itu, sedikit Bisa mengobati Rindunya Yang teramat dalam.

"Papa Stop.!"

Dava sempurna menghadap Ali. Menatap tanpa takut ke arah papanya.

"Papa Harus tahu, kalau aku dan Nayla hanya sekedar Sahabat, kakak adik, dan Kami sedang Merencanakan sebuah Misi untuk Mencarikan Calon istri Buat papa."

Ali kembali menertawakan rencana konyol Dava, tapi kali ini tidak membantah ucapannya. Dava hanya berniat Baik untuknya, mencarikan pengganti Prilly di Hidupnya, meski akan Sangat Sulit Menggantikan Sosok prilly di hatinya.

Setelah Tawa Ali reda, barulah ia Mendekti Dava, memegang kuat Pundak kokoh anaknya, memberi pengertian.

"Kita sudah bahas Ini di makam Mama Kemarin nak, papa Rasa Kamu tidak Terlalu Bodoh untuk mengerti apa yang papa Maksud."

"Tapi pah, aku hanya ingin papa Bahagia, dan mama tidak akan Marah atas Hal itu."

"Biarkan Tetap seperti Ini Nak, papa sudah Nyaman dengan Keadaan ini."

Dava menggeleng pelan lalu fokus menatap iris Hitam milik ayahnya.

"Izinkan sekali saja pah, izinkan seseorang mengisi Hati papa." Tatapan Dava Mengiba, memohon kepada Ali agar menyetujuinya.

Ali menghelah Nafas. Sekarang mungkin adalah saatnya ia kembali sedikit membuka hatinya. Memberikan sedikit ruang kepada Orang lain untuk menempatinya, meski rasanya tidak akan pernah sama Lagi. Ali juga tidak Bisa egois dengan menutup matanya, tentang kasih sayang yang di berikannya kepada Dava memang sudah sangat Cukup, tapi Dava membutuhkan kasih sayang seorang Ibu meski itu bukan Ibu Kandungnya.

"Baiklah Dav, kamu Boleh Mencari Kandidat Istri Baru Buat papa, dan papa juga akan Berusaha Membuka Hati Papa Untuk Orang lain. Tapi-----" Ali sengaja Menggantung Kalimatnya, membuat Rasa Penasaran Dava Terpancing dan Keluar dari Zona menyedihkan Saat ini.

"Tapi apa Pah?"
Potong Dava Cepat.

"Tapi kamu juga Harus merubah status kakak adik-an kamu dengan Nayla"

Dava Dan NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang