Tunangan

414 27 2
                                    

Setelah Memastikan Semua barang sudah diamankan di tempatnya,  Dava Menutup Pintu Kamarnya diApartement Tempatnya Tinggal dua tahun ini. Tempat ini Penuh Sejarah,  Penuh kenangan dan Akan Selalu Melekat di hati. Tidak ada saksi bisu Paling Menyenangkan selain tempat ini. Saksi semua Kesediahan Dava, Saksi moment Penerimaan Dava Terhadap takdirnya,  Tempat ternyaman yang selalu siap Menampung Semua Rasanya.
Kini,  Dava sudah harus meninggalkan tempat ini. Sebuah Misi dan Perjuangan Sesungguhnya ada di Indonesia, memperjuangkan Nasib Ribuan Karyawannya,  dan Juga Cintanya.

Dava Harus Pulang.

Tanpa Menunggu waktu lebih lama, Mereka Semua segera Bertolak Ke Bandara, Hari sudah Hampir Malam dan penerbangan Mereka Sebentar Lagi akan di lakukan.
Pulang Ke Tanah Air,  tempat berjuang sesungguhnya.

Dava, Alan, Rasya, Rizzy, Ali-mereka Semua Segera Naik ke Pesawat setelah diadakan Pemberitahuan Sebelumnya. Mereka Pulang Menggunakan Pesawat Pribadi Keluarga Mereka, ini Juga Karena Perintah Ali,  Mengatasnamakan Kondisi kesehatan Rasya,  Jika Mereka Harus melakukan penerbangan menggunakan Pesawat umum.

"Bismillahi majraha Wa Murshaha"

Ali tersenyum Mendengar Dava dan Alan Membaca Doa sebelum pesawat Lepas Landas.

Terjadi keheningan Selama Pesawat Masih menyesuaikan kondisi Jalannya Yang Belum stabil, bahkan Alan tak Mampu mengusir Hening Yang Tercipta, Ia masih Sibuk Berdoa,  Mereka Masih sibuk Berdoa Demi Keselamatan. Sampai Jalan Pesawat Kembali Normal.

"Pah, sampai Kapan Papa dan Mama Di Jakarta? "

Rizzy menoleh, Ia tersenyum Lalu Beralih menatap Rasya.

"Sampai Papa Ngajak Balik ke LA.".

"Sampai Kamu Meminta Papa Berhenti Bekerja" jawab Rasya tenang.

Alan Menatap kedua orang Tuanya Bergantian. Apa ini sebuah Sinyal kepadanya Bahwa Kedua orang tuanya sudah ingin Pensiun? Lalu Maksud Papa,  Alan harus mengemban Tugas Dan Tanggung Jawab Resto dan Perusahaan Bersamaan?

"Nanti kIta Bicarakan. Sebentar Lagi Pesawat mendarat" potong Ali Tiba-tiba. Ia Tak Menoleh pada Siapapun.  Ia sibuk pada Laptop dan pOnsel pintarnya Bergantian.  Entah Apa, Yang Jelas Ini semua Masalah Pekerjaan.

Sampai,  pesawat Mereka Benar-benar Mendarat Cantik di Bandara.
Richard Turun duluan dari Pesawat,  Memerintahkan Semua anak Buahnya Untuk Melakukan Pekerjaan Mereka Masing-masing. Bak Orang Pindahan,  Barang bawaan Alan dan Dava sesak,  hampir tidak Muat di mobil yang di sediakan Richard. Lalu Mobil Ali di isi Oleh Mereka Semua.

Malam telah Menjemput,  dan Tugas Richard bertambah.  Sudah sejak Tiga hari yang Lalu Ia di wanti-wanti agar tidak Memberi tahukan pada Siapapun tentang Kepulangan Dava dan Alan, anak itu ingin Membuat Kejutan Untuk para Orang Tua dan orang-orang di rumahnya.

"Om, Gimana Eyang? " Richard yang duduk di bangku Depan Menoleh ke belakang, mereka sudah dalam perjalanan pUlang.

"Menurut salah satu Maid, Eyang sudah Tidur setelah minum Obat." Dava Mengangguk-angguk.

"Gimana soal Sureprise ulang tahun Eyang? "

"Semuanya sudah di urus Tuan Muda,  kue, Lilin dan segala Pernak-perniknya, tapi Satu Tuan muda,  Belum ada kado ulang Tahun Buat Eyang"

"Itu urusan Saya,  terima Kasih sudah Membantu" Richard Mengangguk Lantas Kembali Menatap Ke depan.

"Kamu liat Bang, anak kita Sudah Dewasa,  bahkan Sebelum waktunya." Komentar Rasya Tentang Sikap Dava dan Tata Cara Bicaranya dengan Bawahan.

"Dia mewarisi semua Sikap dan Sifat Prilly Mas," Jawab Rizzy

"Iya,  Termasuk keras Kepalanya." Cicit Ali, "kalian Tahu,  setelah Hampir Dua Tahun,  Mereka Baru Pulang sekarang."

Dava Dan NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang