Tak Ada Angin, tak ada Petir, Tak ada Kilatan apapun di langit, tapi Hujan Turun begitu Derasnya. Padahal baru Saja Beberapa Waktu Yang Lalu Mentari bersinar dengan Gagahnya, memamerkan pada Semuanya Bentuk Keindahan Alam dengan Sinarnya. Dan dengan Sombongnya Awan Hitam Menjatuhkan Rintikan Kecil lalu Menjadikannya Hujan Deras.
Salsa Menemui Cinta di ruang Tamunya, dia Tersenyum Kecil Lalu duduk di hadapan Cinta.
Sudah lama Sekali Mereka Tidak Bertemu, pertemuan Pertama yang tidak di sengajapun Membuat Salsa Harus kembali Berurusan dengan Masa Lalu. Sesuatu yang seharusnya menjadi Kenangan dan Pelajaran, Tetapi hadirnya Cinta di depannya Membuat ia Harus Berbesar Hati dan menerima Kedatangan Kakak Iparnya.
Surprise kah?Mereka Adik dan Kakak Ipar.
"Salsa, mbak -------"
"Mbak Cinta ada apa Datang Ke sini?" tanya Salsa Sarkastis. Sama sekali tidak ada Gurat Ramah di wajahnya. Karena Cinta adalah Orang Terakhir yang ingin di temui Salsa di dunia ini.
"Aku kesini Mau Ketemu kamu dan Aldi"
"Mas Aldi tidak Di Indonesia, Lebih Baik Sekarang Mbak Cinta pulang Saja"
"Salsa.!"
"Mbak Cinta Tidak ada Lagi urusan dengan Kami." bentaknya tak kalah Keras.
"Salah, kalau aku Mengunjungi adik Iparku?"
"Salah, kita Tidak Lagi Bisa di sebut adik dan Kakak Ipar, Mas Darren sudah meninggal, dan Mbak Cinta Penyebabnya" Air mata Salsa Meluruh tanpa Bisa di tahan. Suaranya Yang Meninggi Bahkan tertelan Oleh Derasnya Hujan.
"Itu takdir Sa, Mas Darren meninggal Karena Tuhan Sayang Padanya. Tidak Ingin dia Tersiksa lebih dari itu." Mata Cinta Memancarkan Sorot Kehancuran, Membicarakan soal Darren membuat Darahnya Mendidih, apalagi di tuduh sebagai pembunuh suaminya. "Kalau kamu Lupa, Kamu yang Mengusir Kami dari Rumah. Kamu yang Membuang Mas Darren, Sampai dia kecelakaan Dan Meninggal." Kata Cinta Tak Mau Kalah.
"Dan Kalau Kamu Juga Lupa, akan Mbak Ingatkan. Kalau Kamu Itu tidak Lebih dari Sekedar Boneka Mama, Boneka Yang akan Menurut Perintah apapun lewat tatap Mata. Kamu Penakut, kamu Pengecut. ""Mbak Cinta, jaga Ucapan mbak"
Cinta Menghelah Nafas Lelah. Salsa Masih saja sama. Sama Seperti 17 tahun Yang Lalu.
"Aku kesini Bukan Untuk Mengingatkan Kamu pada Kebodohanmu, aku kesini Untuk Mengambil kembali semua yang Menjadi Milikku."
"Jangan Mimpi mbak, Mas Darren itu Kakak kandungku, tidak ada Alasan Bagi mbak untuk Mengambil Alih seluruh warisannya."
Cinta Tersenyum Remeh. Saat ini, Persetan dengan Semua Bentuk Wibawa seorang Guru, Cinta Tidak Bisa Lagi terlihat lemah di hadapan Salsa. Seperti dulu, saat dirinya di tindas.
"Persetan dengan Warisan. Aku kesini Untuk Membawa Dia Bersamaku."
Salsa Terkejut Bukan Main. Ketakutannya Terbukti. Dan ini adalah Salah satu Alasan kenapa ia dan Suaminya Lebih Memilih Tinggal di Luar Negeri. Salsa terlalu takut pada Kenyataan. Terlalu takut pada Semua yang Berhubungan dengan Masa Lalunya.
"Dia Milikku."
Cinta Tersenyum Mengejek. "Jangan Bodoh. Sudah 17 tahun Berlalu dan Semuanya Masih akan Tetap Sama. Dia milikku"
Salsa Geram setengah mati, Giginya Bergemelatuk menahan Amarah.
"Pergi Dari Sini Mbak.""Suatu Saat Nanti, Saat Aku Tahu Semua Tentang Dia, aku berjanji akan Membawanya Darimu." Cinta Berdiri lantas Berlalu secepat Mungkin.
Tidak ada Gunanya Berlama-lama Disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dava Dan Nayla
Teen FictionCerita Kedua tentang Ali dan Prilly 'From' Menjemput Hati Seorang Alindo Revand tidak Pernah Menyangka akan Di tinggalkan secepat itu oleh Istrinya Prilly Natasya. Seorang Wanita Jelita yang mengidap penyakit berbahaya hingga Merenggut Jiwanya. Kema...