Bagian Akhir

894 45 18
                                    

Ada dua hal yang sangat Ku jaga Dalam Hidup. Pertama, Pikiran dan kedua Perasaan. Aku tidak akan mau mengambil resiko dengan Memikirkan banyak Hal dan membuat perasaanku Tersakiti.
Namun belakangan,  yang kurasakan Malah sebaliknya. Aku tidak bisa Menjaga Pikiran dan pErasaanku sehingga dengan Mudahnya KeduaNya tersakiti.

***

Sudah Lima Hari Dava Berada di Jakarta, selama itu pula harinya diintilin Oleh Om Richard. Sejak mengabarkan Kepada Eyang Bahwa ia akan Tinggal Selama Tujuh Hari di Jakarta Membuat Orang tua itu mengutus Richard untuk menemaninya di Sini. Lebih tepatnya menjadi bayangan Dava. Selama Dava di Jakarta Pun harinya di sibukkan oleh Urusan kAntor,  Urusan pengesahan pemindahan Nama Kepemilikan Perusahaan dan Uruusannya dengan Papanya.  Ali bersikeras untuk pensiun, sedang Dava Masih Butuh Banyak bantuan Papanya di pErusahaan. Alan Juga Masih ada Di jakarta,  ia juga Memilih tinggal untuk Menemani Dava. Ia tahu,  Dava Hanya Berusaha kUat.

Lima Hari berada di Jakarta membuat Dava paham makna Sakit Hati. Rumahnya dan Rumah Nayla Berhadapan,  sedangkan pesta Pernikahan itu akan di adakan di Rumah Nayla. Otomatis Dava akan Melihat kesibukan itu,  dengan Senyum Getir dan Tawa Hambarnya.  Sekali Lagi,  Dava Hanya Berusaha kUat.

Dua hAri yang Lalu,  Ibu Cinta Dan Mama Salsa datang Berkunjung Ke rumah Dava,  Menemui Dava.  Kedua Ibu itu Memeluk Dava Lalu Menangis Sembari menggumamkan kAta Maaf, Mereka tidak ada Daya Untuk Menghentikan Semua Ini. Sedangkan Aldi? Papa Nayla itu tidak Punya Banyak keberanian menemui Dava, Ia Sangat merasa Bersalah.

Kalau Saja Dava Tahu masalah yang di hadapi Nayla Saat itu juga Melibatkan Dirinya,  Tentu saja Dava akan Menghapus Semua jejak yang Mengarah kepada Hukum. Kalau Saja Nayla Tidak gegabah Memilih Kian dalam satu Kedipan mata, Mungkin Dava juga akan mati-matian Berusaha Untuk Menjadikan Nayla Miliknya.

Andai Saja Semua Itu terjadi.

"Dav,"

"Iya,  Pah"

"Kamu sudah liat Map Merah di dalam Kamar kamu? "

"Sudah Pah"

"Lalu? "

Dava Tersenyum lalu ikut duduk di dekat Papanya. Sore ini mereka Menghabiskan waktu di taman Belakang Rumahnya, agar Dava Tidak melihat Setiap pergerakan di rumah Nayla. Mereka Sedang menunggu Masakan spesial Alan.

"Pah,  ada kAlanya kIta Hidup hanya Untuk di takdirkan mEnjaga Jodoh Orang,  Tidak untuk Memilikinya."
Dava Tersenyum, dengan Segala Kerendahan Hatinya,  Dava Hanya Perlu Ikhlas.

"Tapi kita Bisa Membuktikan Pada Orang tua Salsa bahwa Uang itu Bukan Uang kOrupsi,  dan Kita----"

"Sudahlah Pah, Lagian Nayla jUga sudah tidak Mencintai Dava. Dava jUga akan berusaha Untuk Itu." lagi dan Lagi Dava Tersenyum. Membuat Ali merasa Sesak. Ia tidak pernah melihat Dava Serapuh Ini. Jika Saja Boleh,  Ali ingin Sekali Membawa Dava Pergi Jauh dari Sini. Agar Dava Tidak Usah Melihat Semua Rangkaian Acara Pernikahan Nayla.
"Kadang,  Manusia Memang Hanya di takdirkan untuk Saling Mengenal,  Saling Menjaga dan Berakhir saling Berpisah. Lagian,  Cinta akan Tumbuh seiring kebersamaan dan Waktu. Dan ku Rasa Nayla dan Kian sudah membuktikannya."

Ali menghelah Nafas Lalu menepuk Bahu Dava,  Sampai akhirnya masakan Alan Datang,  dan mereka Menikmatinya bersama,  di penghujung Jingga di Ufuk Barat.

***

Hari itu tiba, Hari dimana Nayla dan Kian akan Mengikat Janji Suci. Hari yang akan Benar-benar Membuat Dava Kehilangan Nayla. Janur kuning sudah Melengkung di sekitar depan Rumah Nayla, segala pernak Pernik Pernikahan Juga sudah Begitu Ramai menghiasi Seluruh Taman hingga Ke dalam Rumah. Tak Lupa sebuah organ Tunggal tertata Apik di sudut Selatan Rumah Nayla,  tepat berhadapan Langsung dengan Meja Akad Nikah. Para Tamu undangan yang notabene adalah Keluarga dekat sudah memadati Ruangan Ini. Para antek-antek Oma Nayla juga sudah Bersiap di tempat masing-masing.

Dava Dan NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang