Jet Pribadi

483 30 2
                                    

Subuh di hari jum'at. Ali sudah mengumpulkan Anak-anaknya di Mushollah yang berada di tengah-tengah rumahnya. Menjalankan Kewajibannya Sebagai Umat Muslim.
Sejak Permintaan Ali Pada Alan Waktu Itu,  Alan sudah Memilih tinggal di sana, bersama Ali dan Dava, hal yang sangat di syukuri Ali karena Alan adalah Anak yang Penurut dan Sangat patuh pada Orang tua.

Semilir angin Menerbangkan Setiap Doa yang  ku panjatkan. Berharap Sang Khalik Membawanya Sampai Padamu.

Meski raga tak lagi Bisa Saling Bertemu, mata tak lagi mampu untuk saling menatap. Ku harap doa bisa Mewakili diriku, menyampaikan padamu Tentang Rindu, tentang Rasa Sayang, dan Tentang Cinta yang akan Selalu ada Untukmu. Di satu sudut hatiku,  yang lain.

Dava Mengulurkan tangannya pada Ali untuk menyalami Orang tua di penghujung angka tiga puluh itu, menyusul Alan. Lalu Mereka Saling Merangkul,  berharap bahagia selalu menjadi milik mereka.

Meski mereka Tahu,  Jika Di dalam Hati,  masing-masing menyimpan sesuatu bernama Kesakitan.

"Kita Berangkat Jam Berapa Pah?"
Alan Berdiri dari duduknya,  Mengekori Ali yang sudah duluan keluar dari Musholah.

"Jam enam Lebih Lima Menit. Karena papa ada Meeting Jam 9, bersama GM, GE dan para pengurus Kantor Cabang"
Alan Mengangguk,  Lalu Membuka kursi di meja Makan. Mereka Bersiap untuk sarapan. Semalam Ali sudah mengatakan pada Bi Aruni Jika Ia dan anak-anaknya akan berangkat Pagi.

"Dava, sudah Menghubungi Nayla? "

"Sudah pah, katanya dia udah siap-siap"
Ali mengangguk sekilas Lalu Kembali Menatap alan.

"Meisya gimana Lan? "

"Sudah pah, Katanya Kita ketemu di Bandara Aja. Sam Juga" Ali kembali mengangguk sekilas Lalu Fokus pada Makanannya.

Alan dan Dava Saling menyikut lengan,  saling mengode Lalu bersama Melontarkan Pertanyaan Yang sama.

"Lalu Ibu Cinta Bagaimana Pah? "

Ali menghentikan Aktifitas Makannya menatap Kedua anaknya Bergantian. Ada Senyum tertahan di wajah Dava dan Alan Saat ini. Rupanya kedua Putranya Sedang Menggodanya.

"Ibu Cinta gak Jadi ikut" Kata Ali,  sendu di wajahnya Membuat Dava dan Alan Mengernyitkan Dahi,  padahal Ibu Cinta Sudah berjanji padanya.

"Kenapa?" adalah Dava Yang bertanya Terlebih dahulu. Tidak ingin Menunggu lama.

"Kalo bukan papa yang jemput Sendiri Ke rumahnya" Lalu Ali tertawa keras, membuat Dava dan Alan mendelik padanya. Padahal kedua orang Ini sudah hampir Membuang Jauh-jauh rencana mereka Untuk Ali dan ibu Cinta,  selama di Bali.

"Selesaikan makannya Sekarang. Papa Tunggu, 10 Menit lagi Kita Berangkat."

Dava dan Alan Memprotes, padahal Mereka Belum Menyiapkan Barang yang akan di Bawa.

"Yah,  papa mah enak,  di Bali ada Ruang Wardrobe, lah kita? Masih harus nyiapin pakean"

"Sudah, kalian Harus Cepat, Kalo tidak, papa akan Telat Meeting"

Dava dan Alan Terpaksa Menyudahi Sarapannya, dan Memberi tanda Hormat sebelum Berlalu Menaiki Tangga. Untung saja,  merek Mandi lebih dahulu sebelum sholat subuh Hari ini. Jadi Tinggal Menyiapkan Pakaian saja.

Sepuluh menit berlalu,  dan Mereka telah Benar-benar Siap. Dava sangat Bersyukur punya Bi Aruni yang selalu siap sedia Membantunya.

Alan Masuk Ke Dalam Alphard hitam milik Ali,  sedang Dava Berjalan Menyebrang Jalan untuk Menjemput Nayla. Setelahnya barulah Mereka Bergerak menuju Rumah Ibu Cinta.

Dava Dan NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang