Big Problem?

417 27 0
                                    

Sepulang Sekolah,  Nayla langsung pulang ke rumahnya. Baru saja ia mendapat kabar dari Yuzi kalau Papanya ada di rumah. Yuzi memang tidak datang ke sekolah Hari ini karena harus Menjaga Salsa yang sedang tidak enak Badan.

Nayla mempercepat Langkahnya Menaiki tangga Rumhanya,  mendengar Suara Nyaring Papanya Menggema di lantai Atas.

Pintu kamar terbuka, dengan senyum menawannya Nayla Masuk Ke kamar Kedua orang tuanya.  Pandangannya Mengarah pada Papanya Yang sepertinya Salah tingkah. Orang tua paru baya itu seakan sedang menahan amarahnya. Matanya sedikit memerah dan tangannya yang terkepal kuat perlahan merenggang.

Wajah yang sama juga di dapatinya pada Wajah Mamanya,  Dan Yuzi. Sepertinya Baru saja Terjadi Ketegangan di dalam Kamar ini.

"Papa"

Aldi menghela nafas lalu Beranjak,  Memeluk Nayla. Menghujaminya Bertubi kecupan di kepala Putri pertamanya.

"Papa kok datang gak Bilang-bilang Sih. Kan Nayla Bisa Jemput"Katanya. Kepalanya ia Letakkan pada Dada papanya Sembari bermanja,  melepas Rindu di sana.

Aldi tersenyum, lalu mengacak Rambut Anaknya.
"Papa Pulang Pake Jet Pribadi Kita Sayang, di Bandara Tadi di jemput sama Yuzi" Aldi tersenyum.
"Lagi pula, papa gak akan Lama. Malam Nanti papa dan Mama akan Kembali"

Nayla menghelah Nafas Lelah. Selalu seperti ini. Jika papanya Pulang dengan Jet Pribadi keluarga Mereka,  itu berarti Orang tuanya Hanya Berkunjung sebentar. Dan Nayla selalu tidak suka Saat-saat Seperti itu.
"Kok bawa Mama? Bukannya minggu depan Yah, jadwal kepulangan Mama?"

"Iya Nak, tapi Ada Hal penting yang harus kami urus. Dan mamamu harus ada di sana"

Nayla Mengangguk Maklum. Toh selama ini,  yang dia lakukan Juga Seperti ini. Memaklumi semuanya, dan Berusaha Mengerti posisi kedua orang tuanya.

"Yaudah,  Sekarang Papa Istirahat Aja Dulu. Biar Nayla Bikin kan Makan Siang"
Nayla Menatap ketiga Orang yang ada di dalam ruangan itu sebelum berlalu, lalu mensugestikan pada Dirinya, bahwa Semuanya baik-baik saja.

"Papa,  See! Kak Nayla sepositif itu. Dia bahkan tidak Bertanya Ada apa dengan Kita Semua,  padahal Yuzi yakin,  Kak Nayla Mendengar Semuanya dari Lantai Bawah"

"Papa memang Sedikit Berharap dia Mendengarnya Zi."

"Mas,  Jangan di ungkit Lagi. Aku Gak mau"

"Tapi mungkin sudah Saa-----"

"Tidak Mas. Tidak akan Ada Saat apapun" Salsa Mengacak Rambutnya,  sedikit gusar dengan Keadaan ini. Padahal mereka sudah Membahasnya. Bahkan terjadi pertengkaran kecil diantara mereka sebelum Nayla Datang.

"Zi, selama Papa Dan Mama gak ada Disini. Kamu yang Harus Jaga Kakak Kamu. Papa Percaya Padamu" Aldi menepuk Pundak Yuzi,  kemudian Berlalu.

Sudah Cukup pertengkaran itu. Sudahi semuanya.

*

"Sudah 17 th berlalu Bang, dan aku Masih belum Bisa Jujur"

Tatapan Aldi mengarah pada Salah Satu Figura yang terpajang di dinding ruang Bacanya, ruangan yang hanya akan Terbuka Jika dia Pulang. Tempatnya Menyendiri,  tempatnya Mencari inspirasi dan tempatnya untuk Berbagi Keluh kesah.

Dalam Figura itu,  seorang laki-laki tampan tersenyum pada kamera, seakan mengatakan pada Dunia Bahwa Ia Bahagia.

"Mas Darren Apa Kabar?" Aldi kembali menatapnya Sendu, ada Rasa Penyesalan Dalam Dadanya Saat Melihat Foto itu.

"Semoga Mas Darren bahagia"

Aldi menghelah Nafas Lalu segera duduk di sofa Bad yang disediakan di dalam Ruangan itu. Entah Kapan Terakhir Aldi mendatangi tempat ini. Tapi rasanya Sudah lama Sekali.

Dava Dan NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang