Hari Baru

365 25 2
                                    

Sepuluh Hari Berlalu. Mereka sudah benar-benar menjadi warga Singapore yang sibuk. Setiap Pagi selama belum kuliah, Alan dan Dava akan berangkat ke tempat kerja Masing-masing. pulang sudah hampir malam, bahkan sampai larut malam. Begitu, selama sepuluh hari belakangan Ini. Dava dan Alan benar-benar tidak pulang minggu lalu, Buat apa Toh orang yang berpotensi besar ingin mereka temui sudah tidak ada, siapa lagi? Kalau Papanya? Ali bisa saja datang kapan saja dia Mau. Alan dan Dava Berusaha mengakrabkan diri di Negara Orang, dengan siapa saja, Bahkan dengan Tukang kebun Kampus sekalipun.

Hari ini mereka Bangun terlalu Pagi, setelah menunaikan Kewajiban, Dava dan Alan bersiap ke kampus. Ini adalah Hari pertama, mungkin hanya untuk perkenalan terlebih dahulu tetapi mereka tidak ingin terlambat, mereka tidak mau jadi bahan perhatian.

Tiba di kampus, Alan dan Dava Berpisah di koridor penghubung, Alan berbelok ke kiri sedang Dava harus Lurus untuk sampai ke Fakultasnya.

Benar saja, Hari ini mereka Hanya Berkenalan sesam Mahasiswa, Para Dosen dan di Minta Menyiapkan buku. Itu saja, dan mereka sudah bisa Pulang.

Di parkiran, Alan dan Dava Bertemu, mereka Saling melempar senyum dengan Hela Nafas Lelah. Dava Bersandar di kap depan Mobilnya lalu bersedekap Dada.

"Gimana Hari ini? "

"Biasa aja, Kenalan, Suruh nyiapain Bahan pembelajaran, Pulang" Alan terkekeh pelan.

"Gak jauh beda." Dava Tersenyum.

"Yaudah, Lo mau langsung Pulang? "

"Enggak sih, Mau ke toko buku dulu. Harus nyiapin beberapa Buku"

"Bareng aja, Sekalian. Gue juga"

"Coba aja ada Nayla, Gue gak akan Repot nyari buku sendirian"
Dava Menghelah nafas Berat.

Alan tersenyum lalu menepuk Bahu abangnya. Masih bolehkah mereka Berharap pada Orang yang Mungkin sudah melupakannya?

***
Tiba di Toko Buku, Dava dan Alan Lagi-lagi berpencar, tujuan Mereka Sama Tetapi buku yang akan Mereka Beli berbeda.

Tak Lama Setelah mereka Mengelilingi Rak demi Rak yang tinggi Menjulang, Akhirnya Dava Menemukan apa yang Ia Cari. Lalu, sayup-sayup terdengar suara Alan yang sedang mengobrol dengan seseorang, Bukan ngobrol lebih tepatnya Berdebat. Dava Mencari sumber suara Lalu menghentikan Langkahnya Saat melihat Alan dan Seorang gadis Cantik sedang adu mulut.

*

"Hey Mas, ini Buku saya. Saya sudah lama berdiri di sini tapi saya tidak Sampai. Kenapa Mas Datang-datang Langsung Ngambil aja Sih."

"Takdir Orang Pendek"

Alan Berjalan Begitu saja Melewati Gadis yang Menggerutu Kesal. Padahal Buku Itu Akan Ia jadikan Bahan Untuk Pembuatan tugas awalnya di kampus. Apa jadinya Dia Tanpa Buku Itu? Mau sampai kapan ia tidak bisa Mengerjakan tugas

"Mas Tolong dong, saya Sangat Butuh Buku Itu."

Tatapan Matanya Sendu, Dia Memohon di hadapan Alan.

"Mbak, tolong Yah. Saya Juga Butuh Buku Ini."

"Tapi Saya Lebih butuh dari pada Mas. Tolong Mas,"

Tatapannya Semakin Memohon, dan Yah lelaki selalu Kalah Jika Sudah Beradu Mimik Wajah dengan seorang Perempuan. Karena Perempuan Dasarnya Memang Harus di Lindungi. Perempuan Itu Lemah.

"Baiklah. Saya akan Memberikannya, tapi dengan Syarat, Kamu Harus Membantuku Menyelesaikan tugasku Juga."

Gadis itu Mengangguk Lemah. Mau tidak Mau, Suka Tidak Suka, Dia tetap Harus menerimanya. Dia sangat Membutuhkan Buku itu.

Dava Dan NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang