Ujian

403 21 3
                                    

Keesokan Harinya, Mereka Kembali Bergegas, merapikan Kembali barang bawaannya Untuk kembali di bawa Pulang ke Jakarta. Tempat Penuh polusi, tempat penuh Kegiatan dan Kesibukan masing-masing.
Mereka tetap Pulang Menggunakan Jet Pribadi,  karena Ali tidak Mau perjalanan Mereka tidak Sempurna.  Lagi pula,  Kenapa Mesti menggunakan Pesawat Umum Jika Memiliki Jet Pribadi.

Sampai di Jakarta,  Supir yang sengaja di minta Ali menjemput di Bandara Mengantar mereka Ke rumah Masing-masing. Sam yang Terlebih dahulu,  Lalu Meisya dan terakhir Ibu Cinta. Katakan saja Seperti iti,  Karena Dava dan Nayla Berhadap-hadapan Rumah.

Kalau Sam dan Meisya Hanya di antar Sampai Ke depan Gerbang saja,  Maka tidak Dengan Ibu Cinta. Ali sengaja Turun dan Menemani ibu Cinta Sampai Ke depan Pintu Rumahnya,  Melewati Gang Kecil yang Tidak Bisa Di lalui Oleh Mobil. Dan kembali Setelah Memastikan Cinta Selamat sampai ke dalam Rumahnya.

"Apa kata Calon Mertua Pah? " tanya Dava,  Alisnya di naik turunkan,  Membuat Ali ingin Menaboknya.

Ali Tersenyum Singkat lalu Menggeleng Pelan.

"Papa gak Ngomong apa-apa Gitu? "
Ali Menggeleng Pelan "ah,  papa .setidaknya Bilang Makasih Kek udah Izinin ibu Cinta Ikut Liburan sama kita."

"Udah,  di awal. Waktu papa Jemput Ibu Cinta"

"Lalu Kenapa Gak Sekalian Bilang,  Terima Kasih karena Sudah Mau Mempercayakan Cinta Kepada Saya"

Alan Tertawa Keras Lalu Menepuk Bahu Dava,  Alan Memang Duduk di jok belakang. "Mereka Bukan anak Alay, Ibunya,  Ibu Cinta Pasti Tahu kalau Papa Tulus"

"Iya Sih" lalu Dava Menggaruk Tengkuknya yang Tidak Gatal. Bingung sendiri,  selalu aja Kalah telak dari papanya,  Sedang Misi Awal,  Dia Hanya Ingin Mencandai Ali.

Sampai Mereka Tiba Di rumah, Dava Mengantar Nayla Sampai ke dalam Rumhanya. Di ruang Keluarga,  sudah Ada Yuzi yang duduk sambil Menonton acara Televisi. Lelaki Itu Menoleh saat Mendengar suara Nayla.
"Zi"

"Kak, udah Pulang? " Buru-buru Yuzi menghampirinya, Lalu tersenyum pada Dava. "Makasih Kak Dav,  sudah Mengantarkan Kakakku sampai ke dalam Rumah"

Dava Tersenyum Lalu Menepuk Bahu Yuzi "dia Kekasihku Zi, Sudah Menjadi Tanggung jawabku"

"Tidak sia-sia, aku percaya Pada Kak Dava" Lalu Dava berpamitan Pada Nayla Dan Yuzi.
Dava Harus Beristirahat, Karena Besok Dia dan Alan serta anak Kelas tiga Lainnya,  akan Bertempur Melawan Soal Ujian Nasional. Sebagai Penentu Kelulusan Mereka.

"Aku pulang Yah" Dava Mengacak Puncak Kepala Nayla,  Kemudian Berlalu.

Dan Nayla,  tetap Memperhatikan Dava,  Sampai Lelaki itu Hilang di Balik pintu Rumahnya, sebagai Simpanan Jika Beberapa Hari ke depan tidak Bisa Bersua dengan Dava. Nayla Harus Menjaga Sedikit Jarak dari Dava. Dava besok sampai Empat Hari ke depan akan Ujian Sekolah,  Nayla Hanya tidak Ingin Menganggu konsentrasi belajar Dava.

"Kk Istirahat gih,  Pasti Capek"
Nayla Mengangguk Lalu Menyeret Kopernya Ke lantai Dua. Nayla Memang butuh Istirahat,  butuh Menenangkan Pikiran sembari Membentengi Diri agar Siap Kapan saja Dava bertolak Ke Luar Negeri. Nayla Perlu memikirkan semuanya.

***
Ujian Nasional Benar-benar sudah di laksanakan, Hari Ini sekolah Dava Nampak Lebih sepi dari Biasanya. Pasalnya,  adik Kelas Satu dan Kelas Dua di liburkan karena sedang ada Ujian. Dava dan empat Belas orang Temannya Yang Lain sudah duduk di dalam Kelas,  di depannya sudah ada Masing-masing laptop sebagai Alat Mereka ujian.
Sekarang Ujian sudah canggih,  Tidak lagi menggunakan Pensil 2B,  melainkan menggunakan Sistem komputer.

Para Siswa dan Siswi Telah Siap mengerjakan Soal Ujian,  Kala Bel Untuk Soal Mata Pelajaran Pertama di Mulai.

Banyak Pasang Mata Yang Memandang pada Satu Titik yang Nyaris sama, ada Yang Mengerutkan Kening,  Bingung. Ada Yang Berpikir keras, ada Yang sampai Menutup mata,  entah Mereka Tidur atau Sedang Berpikir. Sedang Dava, dia Begitu Tenang,  Mengerjakan Semua soal dengan Baik, Salah Benarnya Tergantung pemeriksaannya Nanti. Dava Merasa sudah Melakukan Yang Terbaik,  cukup Seperti itu.

Dava Dan NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang