Setitik harap menggema kala Mentari menyongsong di langit Biru
Segenggam doa bertebaran di angan, akankah Rindu ini tersampaikan padanya.
Padanya yang telah lama meninggalkan.Jarak adalah sebuah penghalau
Menghambat Raga Bertatap mata
Namun Selama Diri masih berada di bawah langit yang sama
Takkan ku biarkan apapun menghalangi.Pagi ini Tak Seperti Pagi biasanya, Rumah terlalu sepi tanpa Ocehan oma, ataupun candaan Opa yang menggoda Burung peliharaannya. Terasa sunyi menyayat Hati, Mereka dengan segala Kesibukannya.
Dava Turun terlebih dahulu, Lebih cepat dari Biasanya karena Hari ini adalah Hari Senin. Tak ada Sarapan Apapun di Meja Makan Selain Roti dan Selai yang memang wajib ada di sana setiap Pagi. Ali sedang tidak ada di rumah, tengah Malam Tadi Ali di Minta Berangkat Ke Dubai untuk Menemui Eyang Kung yang Tiba-tiba terkena serangan Jantung, di temani oleh Asisten Pribadinya, Orang yang sering Dava panggil Om Richard.
Dava Berlalu begitu saja, melewati meja Makan, Hari ini Nafsu makannya sedikit menurun, ikut prihatin dengan keadaan Eyang Kung tetapi tidak Bisa Menemuinya Secara Langsung.
Dava Menghelah Nafas lalu membuka Pintu Mobilnya dan Mulai Memanasinya. Di depan Pagar di sebelah Jalan Sudah ada Nayla Yang Menunggunya, dan tak Butuh waktu lama, Dava Segera Menjemput Gadis yang saat ini sedang Berusaha untuk dia sayangi.
"Berangkat Sekarang? "
Tanya Nayla Setelah Beberapa saat yang lalu Memasuki Mobil Dava, Mobil yang di hadiahkan Ali kepadanya.Dava Hanya Mengangguk Mengiyakan, lalu Fokus pada Jalanan.
"Kok Mukanya Lesu? Kenapa? Sakit Yah?""Enggak Sih, Hanya Sedikit Banyak Pikiran aja" Dava Menoleh Sekilas lalu tersenyum Hangat pada Nayla.
"Mikirin apa? " Nayla Memberanikan Diri Memegang sebelah Tangan Dava Yang terbebas dari Setir, lalu Menggenggamnya.
"Eyang kung Lagi sakit, Tapi di Dubai. Sangat tidak mungkin Buat aku untuk Bisa Kesana sekarang"
Nayla tersenyum lalu membawa tangan Dava Ke pangkuannya.
"Don't worry Dear, everything will be Fine, and i'll be there For You"
Dava Mengangguk lagi, Lalu Mengusap sebelah Pipi Nayla."Thanks Honey"
Nayla Tersenyum Lagi, Membuat sekelebat Rasa khawatir Dava Mengudara. Sembari Menyetir, Dava Mulai Mensugestikan dirinya, Bahwa tidak akan ada Apapun yang Terjadi kepada Eyang Kung-nya.Sampai di sekolah, Dava Segera Memarkirkan Mobilnya, Membuka Pintu untuk Nayla Lalu Segera Mengantar gadis itu ke kelasnya. Beberapa Siswa sudah mulai Memadati Lapangan Upacara, pak Ambo selaku Guru Bp Killer Juga sudah Berkoar dengan Toa nya Meminta agar Para Siswa segera ke lapangan.
Dava Dan Nayla Berpisah barisan, karena mereka Tidak Satu Kelas dan Tidak Seangkatan. Hari ini Kelas Dava Yang Kena Giliran Jadi Pelaksana upacara, dan Sesuai dengan Amanah minggu Lalu, Dava di minta Menjadi Pemimpin Upacara. Alan akan Memegang Tugas Sebagai Pembawa Bendera di Temani dua Teman Cantiknya Maya dan Mawar, sedangkan Sam yang tidak Pernah mau Ketinggalan di minta membaca Susunan Upacara.
Doa Di pegang Oleh Dinda dan pembaca Undang-undang diamanahkan Kepada Nelda. Selebihnya Berdiri sebagai Paduan Suara.Upacara di Mulai di tandai dengan Majunya Dava Kehadapan Pak Bambang untuk melaporkan bahwa Upacara Segera dimulai.
Selama Berlangsungnya Upacara, Para Siswa-siswi begitu Hidmat, apalagi Saat Melihat Alan Berjalan Bak Paskibraka nasional membawa Bendera Pusaka Sampai ke tiangnya.
Tiba Saat Acara Sudah Sampai pada pembacaan Amanah oleh kepala Sekolah, barulah keadaan jadi sedikit Riuh, banyak diantara Siswi yang jatuh pingsan akibat sengatan matahari yang begitu panas, diantaranya adalah Nayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dava Dan Nayla
Teen FictionCerita Kedua tentang Ali dan Prilly 'From' Menjemput Hati Seorang Alindo Revand tidak Pernah Menyangka akan Di tinggalkan secepat itu oleh Istrinya Prilly Natasya. Seorang Wanita Jelita yang mengidap penyakit berbahaya hingga Merenggut Jiwanya. Kema...