Ali berjalan Perlahan. Menuruni tangga Membawa sebuah Laptop di tangannya.
"Satu Lagi Dav"
Dava Menoleh lalu Kembali duduk setelah melihat Ali berdiri di sana.
"Papa mau Menjelaskan Sesuatu."
"Jangan aneh-aneh Pah. Aku Bisa Gila"
Ali tertawa Lalu ikut duduk di samping Dava, membuka Laptopnya Lalu Fokus mencari Sesuatu di sana.
"Ini tentang Saham yang di Berikan Oma. Kamu Harus Lihat Tabel ini." Dava Ikut Menatap Layar datar di hadapannya, fokus pada Apa yang di tunjuk oleh kursor mouse.
"Tabel ijo itu Saham Milik papa, saham sebesar 40%, merah ini Milik Uncle Rasya, besarnya sama seperti yang warna Biru Ini, Milikmu, 30%"
Ali berhenti Bicara Lalu Membuka Folder Lain di dalam Laptop."Jika Perusahaan Sedang Untung, Maka jumlah Uang Yang akan Masuk ke Rekening Pribadi kamu sebesar ini"
"Itu bacanya Berapa Sih Om.?"
Sam yang sejak Tadi mengintip file itu Menggaruk tengkuknya yang tak Gatal."Sam"
Dava Memperingatinya dengan Pelototan Tajam.
"Itu di Baca 'satu Milyar Tigaratus lima puluh lima Juta Lima ratus Dua puluh Rupiah, per Bulan yang akan Mengisi Rekening kamu"
"What?? "
"Gila si Dava"
"Itu sama dengan yang di dapat oleh Uncle Rasya, dan Yang Papa Dapat, Lebih dari Itu, hanya Beda beberapa Digit angka." Ali kembali Membuka Folder lain lalu Memperlihatkannya pada Dava. "Perusahaan kita adalah Perusahaan Keluarga, jadi usahakan Tidak ada kecurangan yang terjadi."
Dava Menggeleng Pelan, tidak tahu harus bereaksi seperti apa."Dan Ini, Sesuai dengan Janji papa. Papa Akan Memberikan Hak Kepemilikannya pada kamu saat usia kamu menginjak angka 17 tahun. Hari ini tepatnya."
"Ini apa lagi papa?"
Ali menghelah Nafas Lalu Menerawang jauh, Mengingat Kejadian 18 tahun Yang Lalu, sebelum Dava Terlahir ke dunia.
"Saat Itu Papa dan Mama diminta Untuk Menikah. Tetapi papa menolak karena Papa Merasa Belum Bisa Berdiri diatas Kaki papa Sendiri " Alan dan Sam melongo mendengarkan Ucapan Ali. Tidak mengerti maksud Dari ucapan orang tua satu ini.
Lalu Ali mulai menceritakan semuanya. Tidak perduli ada Meisya, Nayla juga Sam diantara Mereka. Ali rasa Mereka Perlu tahu, jadi suatu saat Nanti jika Mereka memutuskan Menikah, Mereka Punya Pertimbangan setelah mendengar cerita Ali.*
"sayang Jangan Bercanda Deh.!" Resi Menghelah Nafas Lalu mendudukkan Dirinya di kursi meja makan.. Ia masih Tidak Percaya Atas apa yang Di lontarkan Ali dan Prilly.."Ini Gak Bercanda Mama.. aku memang Tidak Mau Menikah Dengan Prilly.." Ali meraih kursi di dekat mamanya lalu ikut duduk di sampingnya..
Mendadak Hening..
pikiran Mereka Melayang, menembus Cakrawala, Bermain di angan, Mencari Alasan Kuat atas Pertanyaan, Kenapa semua ini Bisa Terjadi.. tidakkah Mereka saling Mencintai?"Lo Ishh.. Bang.. Lo Igh... apa-apaan Sih" seakan Rasya Tak Sanggup lagi Mengucapkan Kata yang telah tersusun di Otaknya.. bagaimana Bisa Seorang Ali menolak Menikah Dengan Prilly, yang jelas kita semua Tahu Bahwa Mereka saling Mencintai..
"Aku Punya Alasan.. Dan aku Rasa Aku tidak harus memberitahu kalian."
"Pril.. Lo apa-apaan Sih . Bukannya, Setiap Hubungan yang Paling di Nanti itu adalah Pernikahan..?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dava Dan Nayla
Teen FictionCerita Kedua tentang Ali dan Prilly 'From' Menjemput Hati Seorang Alindo Revand tidak Pernah Menyangka akan Di tinggalkan secepat itu oleh Istrinya Prilly Natasya. Seorang Wanita Jelita yang mengidap penyakit berbahaya hingga Merenggut Jiwanya. Kema...