Kepalaku masih terasa berat aku merasa nafasku tidak karuan bahkan aku merasa perih pada bagian hidungku. Rupanya aku bernafas menggunakan alat bantu oksigen, aku merasa ada yang memegang erat tanganku dan tertidur dengan posisi duduk di samping ranjangku. Tatapanku masih tak jelas semua terlihat serba putih, tembok putih, langit-langit ruangan ini pun putih. Saat pandanganku mulai jelas, aku melihat selang infusan dan seorang laki-laki menggunakan baju loreng sedang tertidur dengan posisi duduk dan memegangi tanganku erat.
"Jafran" Ucapku pelan karena tertutup alat bantu pernafasan.
Tidak ada pergerakan darinya, mungkin dia terlalu capek sehingga dia tertidur pulas seperti ini. Setelah beberapa saat akhirnya Jafran bangun dan menatapku penuh kekhawatiran dengan perban di jidat kirinya.
"Rindi?Alhamdulillah kamu sudah sadar" Ucapnya sambil mengusap puncak kepalaku yang tidak tertutup hijab.
"Astaghfirullah Ka, aku gak pake kerudung" Ucapku panik setelah melepas alat bantu oksigen lalu berusaha untuk bangun tetapi bahuku di tahan oleh tangan Jafran
"Kamu jangan bangun dulu, keadaan kamu masih lemas biar nanti ku ambilkan kerudungnya" ucap Jafran sambil beranjak pergi untuk mengambil kerudung di lemari kecil rumah sakit
"Ini, aku bantu pakai ya" Ucapnya sambil tersenyum
"Kepala kamu luka tuh, jangan khawatirin aku dulu. Khawatirin diri kamu sendiri" ucapku yang tentunya hanya di balas dengan senyumannya
"ini tidak seberapa" ucapnya sambil tetap membantuku memakai kerudung"Ka, aku mau nanya dong" Ucapku sambil memperhatikan Jafran yang membantuku memakai kerudung
"Nanya apa ? Kamu kenapa jadi panggil kakak ?" Tanya Jafran sambil duduk di bangku sebelah ranjangku.
"Ohiya, gak apa-apa pingin aja panggil kakak kan kata orang kalau pacaran atau udah nikah sama tentara itu panggilnya sayang atau kakak atau mas, ya kan ? Eh tapi kita kan cuma beda 2 bulan ya ka" Ucapku. Baru saat ini aku melihat Jafran tertawa lepas
"Kenapa, Rin ?" Tanya Jafran sambil menatapku lekat
"Aku bahagia lihat kamu tertawa gitu, Fran" Ucapku yang dibalas dengan senyuman dari Jafran sambil mengusap puncak kepalaku lembut
"Kamu terlalu polos, gak apa kok kamu panggil nama juga. Tadi kamu mau nanya apa, Rin?" Tanya Jafran sambil tersenyum
"Kamu sayang sama aku gak?" Tanyaku yang membuat raut wajah Jafran berubah
"Kenapa bertanya seperti itu ?" Tanya Jafran sambil memegang tangan kananku
"Engga, pingin tahu aja" Ucapku
"Saya menyayangimu Dek Rindi dan saya tidak ingin kehilangan kamu untuk kedua kalinya" Jawab Jafran sambil tersenyum lembut padaku
"Ih ko dek Rindi ?" Ucapku sambil tertawa pelan
"Kan kamu panggil Kakak, itu berarti kamu adek" Ucapnya sambil tertawa
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat kami spontan melihat ke arah pintu, ternyata itu adalah suster Sisil yang sedang berkeliling memeriksa pasien.
"Rindi! Kamu tahu gak ? Gue itu khawatir banget sama lo, ko bisa sampai kecelakaan gitu sih Rin ?" Tanya Sisil sambil melihatku panik
"Gue gak apa-apa Sisil" Jawabku yang di balas dengan pelukan hangat dari Sisil
"Maaf, saya tidak bisa menjaga sahabatmu" Ucap Jafran yang membuat aku dan Sisil saling berpandangan dan langsung melihat ke arah Jafran
"Dengan kamu selalu ada di samping Rindi dan membuat dia bahagia juga saya sudah sangat berterimakasih" Ucap Sisil
"Sisil ?" Lirihku langsung memeluk Sisil
"Kalau gitu, gue mau keliling lagi ya Rin, Fran. Cepet sembuh ya sahabatku sayang" Ucap Sisil sambil beranjak dari tempat tidurku
"Terimakasih, ya" Ucap Jafran sambil mengantar Sisil ke pintu ruangan
"Dia sahabat kamu, Rin ?" Tanya Jafran
"Iya, kenapa?" Tanyaku sambil menyalakan TV yang ada di ruangan
"Orang ramah kaya kamu, banyak sekali ya temannya" Ucap Jafran yang ku balas dengan senyum manis
"Alhamdulillah" ucapku yang dibalas senyuman jafran
"Kamu baru sadar dari pingsan 2 hari tapi kamu udah pelukan sama sahabat kamu, udah nonton tv. Kamu gak apa-apa?" Tanya jafran sambil merebut remote tv dan mematikannya"istirahat dulu sampai benar-benar sehat" sambungnya
"Aku pingsan 2 hari ? Ah serius ?" Tanyaku tak percaya pada ucapannya
"Tanya aja sama dokter yang rawat kamu" Ucap Jafran dengan tatapan malasnya
---
Sudah 5 hari aku di rawat di rumah sakit ini, selama 3 hari ini aku selalu menerima tamu yang datang dari para sahabat, teman mamaku, keluarga Jafran sampai teman-teman tentara Jafran.Hari ini Jafran sudah mengabarkanku kalau Jafran tidak akan ke rumah sakit karena harus mengantarkan temannya. Di ruanganku hanya ada Lala dan Ima yang menemaniku.
"Rin, ke taman yu" Ajak Lala sambil beranjak dari sofa rumah sakit
"Ayo, gue bosen banget disini" Ucapku sambil membenarkan posisi dudukku
"Ya udah, gue pinjam kursi roda dulu ya" Ucap Ima sambil membuka pintu
Jarak dari ruangan inapku dengan taman lumayan cukup jauh, selama di perjalanan banyak sekali para perawat, dokter dan keluarga pasien yang pernah bertemu denganku menyapaku.
"Udaranya cerah banget ya" Ucapku kepada Lala dan Ima saat sampai di taman rumah sakit
"Iya cerah kaya muka kamu, cerah banget hari ini. Ada apa coba ?" Tanya Lala sambil mencolek-colek lengan atasku
"Engga ada apa-apa ko" Jawabku tanpa melihat ke arahnya
"Apa benar ini yang bernama Dek Rindi?" Tanya seorang lelaki yang menggunakan baju loreng
"Iya benar, ada apa ?" Tanyaku kepada laki-laki itu
"Ada titipan dari Kapten Jafran" Ucap laki-laki itu sambil memberikan sebuah kotak kecil
"Awas isinya kecoa tuh, Rin" Celetuk Ima yang membuat lelaki berbaju loreng yang baru ku tahu bernama Adit dan berpangkat sersan itu lantas tertawa kecil
"Apaan itu ? Ayo cepat buka. Penasaran gue" Ucap Lala yang berada di belakang kursi rodaku
Saat aku melihat isi kotak itu, aku mulai tersenyum dan mendapati kedua sahabatku mulai tersenyum simpul kepadaku dan memelukku. Begitu pun dengan Sersan Adit yang tersenyum ke arahku.
*bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny(END)
Romansa[Maaf typo bersebaran] Kecelakaan yang terjadi kepada Jafran, menyebabkan Rindi harus mengikhlaskan kepergian cinta pertamanya tersebut, namun siapa sangka setelah 12 tahun kemudian Rindi bisa bertemu dengan Jafran kembali. Takdir memang tak terduga...