Muhammad Jafran Anggra pov
Tepat bulan November ini usia kandungan istriku berusia 7 bulan. Perutnya sudah semakin membesar, yang membuatku semakin mencintainya. Istri cantikku sedang mangandung Jafran Kecil katanya, kadang aku merasa tak berguna saat melihatnya kelelahan dan menahan nyeri pada bagian perutnya. Ingin rasanya aku menggantikannya atau sekedar membantu mengandung Baby J. Baiklah, ini gila. Ini sangat tidak mungkin. Rumah dinasku sudah penuh dengan ibu persit dan Bu unuy, seorang ibu anak satu yang bertemu dengan kami secara tak sengaja dan beberapa rekan tentara yang membantu acara 7 bulanan Rindi hari ini.
"Sayang, bantuin aku dong" Aku segera berjalan ke dalam kamar dan terlihat Rindi yang sedang susah payah menggunakan sepatu tali karena tertahan perutnya yang besar.
"Kamu ini ya, sudah tau perut sudah membesar. Pakai sepatu yang simple aja kan bisa" Mata Rindi berkaca-kaca. Rindi memang sangat sensitif dan gampang nangis sekarang.
"Kamu bentak aku ?" Air mata Rindi tumpah. Sabar Jafran, jadilah suami yang baik.
"Engga sayangku, sini biar aku bantu ya" Rindi menghapus air matanya dan tersenyum
"Sudah selesai" Ucapku setelah selesai menalikan sepatu Rindi dan berdiri
"Acaranya sudah mau mulai, kita keluar yu" Ajakku pada wanita yang menggunakan baju hitam dan celana ibu hamil serta dibalut dengan kain samping dan bunga melati yang dijadikan bando di kepalanya yang tertutup ciput ninja. Cantik sekali
"Biasa aja Pak, liatinnya" Rindi menyubit lengan kananku
"Terpesona pada kecantikan yang nona punya" Rindi tergelak
"Gombal aja, udah mau punya anak juga" Aku tarik tangan Rindi dan membenamkannya pada pelukanku
Rasa nyaman saat bersamanya yang selalu aku rindukan. Bahkan saat aku sedang bertugas, Rindi selalu ada di pikiranku. Senyumannya yang membuatku tertarik padanya, Rindi terlihat mandiri namun sebenarnya dia sangat manja. Tapi karena aku senang memanjakan orang yang aku sayang, maka aku dan Rindi sangat cocok. Apalagi setelah Rindi mengandung, tingkan kemanjaannya semakin meningkat. Tak sabar rasanya untuk bertemu Baby J. Yang aku harapkan tak banyak, hanya Rindi melahirkan dengan lancar serta Baby J sehat dan menjadi anak yang shaleh.
"Sayang, mau sampai kapan kita berpelukan ?" Suara lembut itu membuyarkan lamunanku. Aku melepaskan pelukanku pada Rindi dan menggandengnya keluar kamar.
Saat kami keluar, ternyata sudah banyak orang yang menunggu, ada orang tuaku, mertua, Agnes, Teh Yuli beserta keluarga, para sahabat, ibu-ibu pengajian yang di ajak oleh Mama mertua, ibu-ibu persit beserta rekan-rekan tentara, dan Bi unuy beserta anaknya. Ibu dan Mama mertua langsung mengambil alih Rindi dariku dan mengajak Rindi ke halaman depan yang sudah dihias oleh para sahabat. Acara pun dimulai
Acara ini yaitu upacara Tingkeban. Upacara ini dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan dan ibu yang melahirkan akan selamat. Serta jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah besar, hal ini untuk menghindari dari sesuatu yang tidak diinginkan. Di dalam upacara ini biasa diadakan pengajian biasanya membaca ayat-ayat Al-Quran surat Yusuf, surat Lukman dan surat Maryam.Di samping itu sudah di siapkan pula peralatan untuk upacara memandikan Rindi , dan yang utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buah-buahan.Rindi dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa. Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada perut Rindi, hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar (licin seperti belut).
"Geliii banget" Pekik Rindi setelah belut itu masuk ke dalam kain samping yang dikenakannya. Aku hanya bisa tertawa kecil dan mengabadikannya pada kamera ponselku.
Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah digambari tokoh wayang, dibelah dengan golok olehku. Hal ini dimaksudkan agar bayi yang dikandung dan orang tuanya dapat berbuat baik lahir dan batin, seperti keadaan kelapa gading warnanya elok, bila dibelah airnya bersih dan manis. Itulah perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang dikandung supaya mendapatkan keselamatan dunia-akhirat.
Sesudah selesai dimandikan dan di dandani, Rindi dibawa menuju ke tempat rujak kanistren tadi yang sudah dipersiapkan. Kemudian Rindi menjual rujak itu kepada anak-anak dan para tamu yang hadir dalam upacara itu, dan mereka membelinya dengan menggunakan talawengkar, yaitu genteng yang sudah dibentuk bundar seperti koin. Sementara Rindi menjual rujak, aku membuang sisa peralatan mandi seperti air sisa dalam jajambaran, belut, bunga, dan sebagainya.Semuanya itu harus dibuang di jalan simpang empat atau simpang tiga. Setelah rujak kanistren habis terjual selesailah serangkaian upacara adat tingkeban.
"Saya beli satu mangkuk ya" Rindi mendongakkan kepalanya lalu tersenyum
"Mana uangnya ?" Ucapnya sambil tertawa kecil
"Gak bayar pakai uang ko" Rindi berhenti tertawa dan menatapku
"Kan emang pakai genteng, yang" Aku duduk di samping Rindi lalu tersenyum ke arahnya
"Bukan pakai genteng juga" Ucapku yang membuat Rindi semakin menatapku bingung
"Terus pakai apa dong ?" Rindi menggaruk tengkuknya
"Pakai cinta, dapat berapa ?" Ucapku yang membuat Rindi tergelak
"Gombal nih si Papa" Ucapnya sambil menyubit lembut perutku.
"Kamu cantik sekali bumil" Ucapku sambil menatap matanya. Rindi tersenyum
"Pasti pingin sesuatu nih, Baby J sudah besar Papa. Ingat ya, harus puasa dulu" Ucapnya yang membuatku tak bisa menahan tawaku
"Apa sih yang ada di pikiran kamu, Sayang ? Kamu memang cantik sekali hari ini" Rindi memukul lengan tanganku
"KDRT terus nih bumil" Ucapku sambil menahan tangannya
"Biarin" Rindi memalingkan wajahnya. Gemas sekali rasanya, aku mencium pipi kirinya yang membuat Rindi mematung
"Kenapa bisa jadi patung ?" Tanyaku. Tak ada pergerakan dari Rindi
"Sayang, kamu baik-baik saja ?" Aku membalikkan tubuhnya menghadapku, matanya menatap kosong
"Aku kaget banget" Ucapnya polos. Aku benamkan tubuh Rindi dalam pelukkanku
"Udah sering juga, masih aja kaget" Rindi melepaskan pelukkannya dan menatapku tajam
"Tapi ini beda, aku degdegan Sayang" Aku mendekatkan kepala Rindi dan mencium keningnya
"Jadilah istri yang selalu mendampingiku, yang selalu bisa menjaga kehormatan diri dan suami, dan jadilah ibu yang terbaik untuk Baby J. Kami sayang Mama" Rindi meneteskan air matanya
"Amin. Mama juga sayang kalian" Ucapnya lalu memelukku. Rasa pelukkannya sudah berbeda karena ada Baby J di antara kami, namun meskipun begitu kami tetap berpelukaan erat. Iya kami bertiga.
Bahagiaku dipertemukan kembali dengannya, yang sudah merampas hatiku dari awal, yang selalu ada dalam doaku. Jodoh yang terbaik, setia, menerimaku apa adanya. Takdir yang indah, sangat indah. Bahagiaku bersamamu, aku akan selalu membahagiakan kalian. Papa tak sabar bertemu denganmu Baby J, bersama kita jaga Mama cantik ya.
*bersambungUwaah, maafkan keterlambatan up ya :( tinggal dua episode menuju akhir nih :') untuk Destiny part 2 masih dalam pemikiran dan diskusi bersama abang dulu, karena akan ada karya lain dulu ya :) jangan bosan dengan Destiny ya, jangan di hapus dari daftar bacaan dulu. Akan ada kejutan di episode terakhir hehe. Nantikan terus yaa.
Terimakasih sudah baca dan setia menunggu updatenya hehe
Ayafluu
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny(END)
Romance[Maaf typo bersebaran] Kecelakaan yang terjadi kepada Jafran, menyebabkan Rindi harus mengikhlaskan kepergian cinta pertamanya tersebut, namun siapa sangka setelah 12 tahun kemudian Rindi bisa bertemu dengan Jafran kembali. Takdir memang tak terduga...