33. Pelajaran Baru

21.2K 964 40
                                    

Muhammad Jafran Anggara Pov

Aku menatap nanar wanita cantik yang tengah memandangku dengan tatapan bingung atau lebih tepatnya takut. Come on, its me your husband. Aku tidak mengerti apa yang terjadi dengan Rindi sehingga dia tidak mengenaliku, apa dia mengalami penyakit lupa ingatan yang pernah aku alami dulu ? apa itu namanya ? Ah benar, amnesia. Tapi dokter Tara tidak mengatakan apapun, ingat dokter Tara ? ya dia dokter yang membantu pemulihan ingatanku dan sekarang menjadi sahabat kami.

"Lebih baik kamu keluar dari ruangan ini, kamu laki-laki dan saya perempuan. Tidak baik dalam satu ruangan" Ucap wanita cantik yang sedang memandangku di ranjang rumah sakit

"Tapi sayang-" Rindi menutup telinganya yang membuatku tak dapat meneruskan perkataanku

"Berhentilah memanggilku sayang!" Teriaknya sambil tetap menutup telinganya. Sabar Jafran, jangan emosi. Tahan emosimu ini

"Baiklah, jaga dirimu baik-baik. Jaga anak kita, baby JR" Aku mengelus puncak kepalanya

"Jangan menyentuhku lagi! anak siapa ? ini anakku" Rindi meronta tak suka

"Rindi sadarlah! ini aku Jafran dan janin yang kamu kandung itu anak kita, sayang" Aku tak tahan lagi menahan emosi di diriku

"Stop! jangan memanggilku sayang, siapa Jafran ? aku tak mengenalnya. Sudahlah kamu pergi dari sini" Untuk sekian kalinya aku di tolak dan di usir dari ruang rawat inap ini

"Rindi!" Sebuah suara wanita separuh baya memecahkan ketegangan antara aku dan Rindi

"Mama" Ucapnya sambil memeluk wanita separuh baya yang merupakan mama mertuaku. Tunggu, apa ? dia memanggil Mama ? tapi dia lupa padaku

"Mama ?" Aku menatap Rindi yang sedang menatapku juga

"Ups! keceplosan" Ucapnya sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya

"Ada apa ini Rindi, Jafran ?" Mama menatap kami secara bergantian

"Rindi, can you tell me ? Apa yang sebenarnya terjadi ?" Aku menatap tajam ke arah wanita yang sedang menutup mulutnya dengan kedua tangannya

"Mam, bisakah aku dan Jafran bicara berdua sebentar ?" Rindi menatap ke arah mama mertua yang berdiri tepat di sampingku

"Ya sudah, lagi pula sebentar lagi Papa kesini. Mama mau cari makanan. Dan mama juga ga ngerti kalian itu bicara apa?" Mama ngambil tasnya lalu berjalan ke arah luar

Aku duduk di tepi ranjang rumah sakit dan menatap Rindi tajam. Menunggu penjelasan tentunya. Rindi menundukkan kepalanya, dan menangis. Apa ? Nangis ? Ya ampun

"Rindi, kamu kenapa ?" Aku mengangkat kepalanya dan menatapnya lekat

"Maafkan aku, aku tadi hanya bercanda aja" Rindi menangis tersedu

"Bercanda ? Apa kamu tahu seberapa aku mengkhawatirkan kamu Rindi ?" Aku menatap ke arahnya yang masih tetap menangis

"Iya aku bercanda, aku pingin tahu aja gimana ekspresi kamu kalau aku amnesia" Rindi tersenyum kecil

"Bagaimana ? Pasti aku sangat khawatir Rindi! Aku tidak mau kehilangan kamu lagi" Nada bicaraku mulai meninggi

"Maafkan aku Jafran, aku pingin isengin kamu aja" Ucapnya polos

"Tapi waktunya salah Rindi, kamu tahu seberapa khawatirnya aku setelah lihat darah keluar dari kepala kamu tadi ?" Aku berdiri dan hendak meninggalkannya

"Kamu mau kemana ?" Rindi menahan tanganku

"Beri aku waktu sebentar saja" Aku membalikkan tubuhku da tersenyum ke arahnya

Destiny(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang