18. Kami

22.3K 1.1K 14
                                    

Hari ini benar-benar aku tidak bisa tenang pasalnya hari ini adalah hari pertama pengajuan pernikahanku dengan Jafran kepada kesatuan Jafran. Bagaimana bisa tenang kalau kemarin Jafran memberitahuku bahwa pengajuannya adalah hari ini sedangkan yang aku tahu kami akan pengajuannya adalah minggu depan. Loh? Bagaimana bisa ? Iya, Jafran mengerjaiku. Dia bilang minggu depan tapi ternyata kemarin malam dia bilang itu hari ini. Untung saja hal kecil seperti pengajuan pada RT, RW, kecamatan, dll sudah di urus oleh keluarga Jafran yang bekerja di kecamatan. Keisengan Jafran yang selalu mengerjaiku, membuat aku ingin mencakar-cakar wajah gantengnya itu.

"Anak Mama ko mukanya tegang gitu ?" Tanya Mama yang baru saja datang ke kamarku

"Iya pasti tegang dong Ma, gimana engga ? Aku belum siap kalau harus hari ini Ma" ucapku sambil bersender ke tubuh Mama

"Eh, gak boleh manja gini ah. Bentar lagi kan kamu mau menikah masa masih manja gini ? Rindi, disana kan nanti ada Jafran kamu tenang saja pasti semuanya berjalan lancar" Ucap Mama sambil mengusap lembut kepalaku yang sudah tertutup kerudung hijau

"Tapi kan, mama tahu sendiri Jafran orangnya gimana ? Dia itu iseng banget kan Ma ? Kalo nanti aku diisengin sama dia gimana?" Tanyaku dengan nada yang memelas

"Ish, ya engga dong sayang. Masa acara serius kaya gini dia isengin kamu ?" Ujar Mama disetai tawanya

"Tapi kan Ma-" ucapanku terpotong saat Mama membalikkan tubuhku untuk menghadap kepadanya

"Ayo, berpikir positif sayang. Jangan pesimis gitu oke ? Mama yakin kamu bisa" Ucap Mama sambil mengepalkan sebelah tangannya menyemangatiku

Setelah beberapa saat aku berbincang dengan Mama, Teh Yuli memanggilku memberitahu bahwa Jafran sudah datang menjemputku. Mama dan Teh Yuli terus meberiku semangat untuk pengajuan yang akan dimulai hari ini.

"Assalamualaikum, Dek Jafran" Ucap Jafran sambil tertawa kecil

"Waalaikumsallam" ucapku singkat tanpa menghiraukan keisengannya

"Udah cantik gini, ko masih jutek ? Ibu persit gak boleh galak tahu." Ucapnya sambil menapku dengan tatapan menyebalkannya

"Udah ayo. Jangan isengin aku terus kenapa sih ? Orang lagi tegang juga mau pengajuan belum siap apa-apa" ucapku panjang lebar dan bibirku langsung ditutup oleh tangan Jafran

"Bawel sekali kamu ini" ucap Jafran sambil melepaskan tangannya dan mengambil kunci mobilnya di atas meja

"Ya udah, pamitan sama Mama dan Teh Yuli dulu sana" Ucapku pada Jafran

"Ma, Teh yuli saya pamit dulu" ucap Jafran sambil menyalami tangan Mama dan Teh Yuli

"Hati-hati ya, semoga semuanya lancar" ucap Mama

"Iya Ma, kami pergi dulu assalamualaikum" Ucap jafran sambil membungkukan tubuhya sedikit

"Waalaikumsallam"

"Ma, Teh, Rindi berangkat" Ucapku sambil menyalami kedua orang yang kusayang itu

"Iya, semangat ya" ucap Mama sambil mengelus bahuku

"Iya ma, assalamualikum"

"Waalaikumsallam"

---
"Hei mukanya jangan tegang terus dong" ucap Jafran sambil melihat kearahku

"Engga siapa juga yang tegang ? Aku.. aku lagi kesel aja sama kamu" Ucapku tanpa melihatnya

"Kesel kenapa ?" Tanya Jafran sambil terus meyetir

"Kamu kan bilang kita nikah kantor itu tanggal 25 kenapa jadinya hari ini ? Mana ada persiapan Jafran ? Kenapa juga kamu harus bilangnya dadakan kaya kemarin ? Terus-" ucapanku terpotong saat Jafran memberhentikan mobilnya

"Kamu gak cape memangnya terus ngomel kaya gitu ?" Tanya Jafran sambil tersenyum

"Kenapa berhenti ? Nanti keburu siang" ucapku tanpa menjawab pertanyaannya

"Gak akan sampai siang kok" ucapnya sambil terus menatapku

"Kenapa?" Tanyaku ketus

"Ya karena kita sudah sampai" ucapnya tenang sambil membuka seatbeltnya

"Sampai ? Duh gimana dong" berbeda dengan Jafran yang tenang, aku malah mulai panik bahkan sampai aku tak bisa membuka seatbeltku sampai harus dibantu oleh Jafran

---
Menunggu memang menyebalkan, namun saat ini menunggu sangat menegangkan. Sama seperti menunggu hasil operasi dari pasien. Bahkan aku berpikir bahwa ruangannya lebih menyeramkan dari ruang operasi.

"Izin Mbak, mau pengajuan juga?" Tanya seorang wanita sambil tersenyum dan menggunakan pakaian sama denganku namun tidak berhijab

"Iya" Jawabku sambil tersenyum

"Usianya berapa tahun ?" Tanya wanita itu lagi

"Usia saya sudah tidak muda lagi" Jawabku sambil tertawa

"Izin, memangnya berapa tahun mbak?" Tanyanya sambil terus tersenyum

"26 tahun" ucapku sambil tertawa

"Oh begitu, izin perkenalan. Nama saya Putri usia 23 tahun" Ucapnya sambil menyodorkan tangannya

"Wah masih muda ya, Nama saya Rindi" Jawabku sambil membalas tangannya

"Asli orang mana,Mbak ?" Tanya Putri sambil tetap tersenyum ramah padaku

"Asli orang sunda, kalau Putri ?"

"Saya asli orang jawa, Mbak" Ucapnya lalu membenarkan posisi duduknya

"Calonnya siapa, Mbak ?" Tanyanya sambil memberikan tatapan penasaran

"Kapten Jafran, kalau putri ?" Ucapku sambil tersenyum dan mencari keberadaan laki-laki iseng itu.

"Calon saya Sersan Hari" Ucapnya sambil menunjukkan laki-laki di sebelahnya dan mendapatkan anggukan ramah dari laki-laki itu

"Oh iya, salam kenal ya" Ucapku ramah sambil melihat mereka yang mulai membenarkan posisi duduknya. Ada apa ya ? Saat ku melihat ke arah belakang rupanya Jafran sedang berjalan ke arah kami. Pantas saja.

"Rin, ayo" Ucap Jafran yang sudah berada di belakangku

"sekarang?" Tanyaku sambil menunjuk ke jam tanganku

"Tahun depan, Rin" ucap jafran sambil memandang malas

"Oke" Jawabku sambil membenarkan posisi dudukku

"Ya sekarang Rin" Ucapnya sambil menarik tanganku

"Hari beserta calon, kami duluan ya"Ucap Jafran pada pasangan yang sedang duduk di belakangku

"Siap. Silakan bang" Ucap Sersan Hari dengan sikap tegaknya

"Eh, kalian kenal ?" Tanyaku dengan tatapan bingung

"Kenal, Sersan Hari itu dinas di kesatuan yang sama denganku" Ucap Jafran sambil tersenyum ke arah Sersan Hari

"Siap. Benar Mbak" Ucapnya dengan suara tegas khas tentara

"Oh begitu, kalau gitu bisa ngobrol-ngobrol bareng ya nanti"  Ucapku pada Putri dan dibalas senyumanya

"Ayo Rindi, kita sudah ditunggu" Ujar Jafran sambil menarik tanganku

"Oke okee" Jawabku sambil mengikutinya

"Kalau kamu gak bisa jawab pertanyaannya jangan jawab aneh-aneh"ucapnya sebelum masuk ke ruangan itu

"Kenapa?" Tanyaku sambil menatapnya cemas

"Nanti kamu di suruh keluar dan gak akan menikah denganku" Ucapnya sambil menatapku serius

"Yang bener?" Tayaku panik dan dijawab dengan anggukan kepalanya

"Ingat ya, jangan aneh-aneh" Ucap Jafran sambil membuka pintu ruangan itu
*bersambung

Destiny(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang