2. Pertemuan

44.3K 2.4K 5
                                    

"Jafran ?" Ucapku pelan sambil menahan air mataku

"Rindi, lo kenapa ? ko nangis ? lo gak di gangguin cowok-cowok yang lewat kan ? lo kenapa ?" Berondong Sisil yang baru datang dan menatapku khawatir

"Sil, lo lihat cowok tentara yang di sebrang rumah sakit itu gak ?" Tanyaku kepada Sisil yang terlihat sangat khawatir

"Ya ampun, Rin. Gue kira lo kenapa ? ternyata lo nangis gara-gara lihat tentara itu ? kenapa ? lo mau gue kenalin sama tentara itu ?" Sisil memberondongku dengan beberapa pertanyaan yang sama sekali tidak sesuai dengan yang ku maksud

"Engga Sil, bukan itu maksud gue. Tentara itu mirip sekali sama Jafran" Ucapku pelan sambil menundukkan kepalaku

"Maksud lo ? Jafran mantan lo yang-" Ucapan Sisil terpotong saat dia melihatku mulai menangis lagi

"Iya Sil, Jafran yang sudah meninggal 12 tahun yang lalu" Mataku mulai terasa panas dan berat, air mataku jatuh tak tertahankan.

"Ya udah, lo tenangin diri lo. Nih gue kasih cilok biar lo gak kepikiran tentara itu lagi ya ?" Sisil memberikanku sebungkus cilok dan mencoba untuk menghiburku dengan tingkah konyolnya
---
Semenjak aku melihat tentara itu, aku tidak bisa tidur dan mungkin ini sudah hari ke 2 aku tidak bisa tidur nyenyak. Hari ini aku libur, karena kemarin aku mendapatkan tugas untuk jaga malam di rumah sakit. Aku segera mengabarkan ketiga sahabatku sejak SMP untuk menghabiskan "libur" akhir pekan ini.

To Lala : La, lo lagi dimana ? gue pingin ketemu sama lo, Ima, dan Windi. Gue libur hari ini

From Lala : Gue masih ada job nyanyi, Rin. Oke deh gue usahain nanti siang kita ketemu ya. Nanti biar gue yang jemput Ima sama Windi kebetulan gue bawa mobil.

To Lala : Oke makasih ya, La. Mau Ketemuan dimana ?

From Lala : Di Cafe biasa aja yang dekat Gedung sate

---

Aku sudah berada di cafe tempat kita akan berkumpul. Sudah lebih dari 30 menit aku menunggu tapi mereka belum sampai juga. Bahkan sampai Lemon tea yang aku pesan sudah habis.
Apakah dia benar Jafran ? Bahkan aku sendiri tak percaya jika itu Jafran. Tapi mengapa Jafran ada disini ? Tentara itu benar terlihat seperti Jafran, Tapi?-

"Hello!!Apakah di sini ada orang ?" Suara seorang perempuan memecahkan lamunanku tentang lelaki itu

"Kalian ? kapan kalian datang? Kalian datang tanpa mengeluarkan suara? bahkan anak kucing pun jika datang pasti bersuara" Berondongku sambil menetralkan pikiran agar tak terlihat oleh mereka

"Tanpa suara ? Kita dari tadi udah manggil lo tapi lo malah ngelamun sambil menggeleng-gelengkan kepala ?" Ucap Lala yang terdengar kesal

"Oh sorry ya, gue belakangan ini memang lagi ada masalah" Ucapku sambil menutup wajah dengan kedua tanganku

"Masalah apa sih, Rin ?" tanya Ima sambil mengambil buku menu dari seorang pelayan

"Entahlah, gue bingung harus cerita dari mana?"

"Cerita aja kali, kita bakalan dengerin lo kok" Jelas Windi meyakinkanku

"Dua hari yang lalu, gue lihat tentara depan rumah sakit yang mirip sama Jafran. Dan gue yakin kalo dia itu Jafran" Jelasku pada mereka sambil menahan air mata yang mulai tak tebendung lagi

"Jafran ? Gak mungkin, Rin. Lo pasti salah lihat ? Jafran udah gak ada Rin. Udah 12 tahun yang lalu. Apa lo masih gak bisa move on dari dia ? Ayo lah Rin. Sudah 12 tahun loh!" Ucap Lala yang tak percaya dengan ucapanku

"Gue yakin banget kalau itu Jafran, La" Karena tak bisa menahan mataku yang sudah memanas, aku merasa wajahku sudah terasa basah oleh air mataku sendiri.

"Gak mungkin, Rin! Lo sadar dong kalo dia udah gak ada! Lo gak bisa bersikap kaya gini! 12 Tahun Rin! Sadar" Bentak Lala yang setiap katanya diakhiri dengan tanda seru

Lala menggebrak meja di depanku. Tapi dengan cara seperti itu tidak membuatku merasa tenang atau sadar melainkan aku merasa bahwa Lala tidak mengerti apa yang terjadi, aku tersentak karena sikap Lala tadi.

"Aku ke toilet dulu" Ucapku sambil beranjak dari tempat dudukku sambil mengusapkan air mataku dan berjalan cepat meninggalkan mereka

---

"Gak mungkin, Rin! Lo sadar dong kalo dia udah gak ada! Lo gak bisa bersikap kaya gini! 12 Tahun Rin! Sadar"

Kata-kata itu terus teringat di pikiranku. Memang benar bahwa aku tidak seharusnya terus memikirkan Jafran. Tapi apa memang benar aku salah lihat ? Tapi dia terlihat sangat mirip dengan Jafran. Tapi-

BHUKK!

Aku tersadar dari lamunanku, saat aku merasa bahwa aku menabrak seseorang yang bertubuh tinggi seperti atletis mungkin.Saat aku melihat seseorang tersebut ternyata dia seorang tentara yang masih menggunakan baju lorengnya.

"Maaf ya maaf" Ucapku pelan tanpa menatapnya

Laki-laki itu berbalik ke belakang dan mungkin aku rasa dia akan marah atau membentakku karena kecerobohanku tadi

"Iya tidak apa-apa, lain kali lihat-lihat kalau jalan" Ucapnya jutek

Aku memberanikan diri untuk melihat wajah lelaki itu, namun aku merasa sangat terkejut saat sudah melihatnya. Dia seseorang yang aku kenal, bahkan sangat aku kenali tidak mungkin aku lupa dengan tatapan dingin dan jutek dari lelaki ini.

"Jafran ?" Ucapku seolah aku tak percaya dia adalah Jafran yang baru saja aku ceritakan pada sahabat-sahabatku

Dia tidak menjawabku, melainkan dia hanya mengerutkan dahinya seperti orang bingung. Apakah dia tidak mengenaliku ? Aku ingat sekali tatapan mata Jafran.

"Apakah anda mengenali saya ?" Tanya lelaki itu

-Bersambung

Destiny(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang