Senin pagi rumah sakit tempatku bekerja sudah di penuhi oleh beberapa pasien dengan keluhannya yang berbeda-beda. Aku memanggil nama-nama pasien tersebut untuk masuk ke dalam ruang pemeriksaan. Hingga sampai jam menunjukkan tengah hari pasien masih terus berdatangan. Suster Nay menghampiriku yang tengah menulis beberapa nama pasien pada buku "absen" yang ada di mejaku.
"Suster Rindi, kebagian shift pagi ?" Tanya suster Nay dengan senyum ramahnya
"Iya sus" Jawabku singkat dengan senyum ramah juga
"Hari ini banyak sekali pasien ya sus ?" Tanya suster Nay sambil melihat beberapa pasien yang sedang antri"Kamu sudah makan siang belum Rin ?" sambungnya
"Belum Sus, belum ada waktu ini pasien masih banyak" Jawabku lemas karena sudah merasakan perutku sudah mulai lapar
"Ya Sudah, kamu makan siang saja. Biar pasien aku yang tangani daripada nanti malah kamu yang jadi pasien ?" Ucap Suster Anayla dengan di sertai tawanya
"Iya sus, ya sudah saya makan siang dulu. Suster Nay sudah makan siang juga ?" Tanyaku pada suster Nay yang sudah mulai mengisi "absen" untuk pasien yang ada di mejaku
"Saya sudah makan tadi bersama Suster Devi" Jawabnya dengan senyum ramah yang membuat wajahnya semakin cantik
"Ya sudah, saya permisi dulu ya Sus. Terimakasih, maaf merepotkan" Ucapku tak enak pada suster Nay yang mengambil alih pekerjaaku
"Tidak apa-apa" Jawab suster Nay sambil berdiri untuk memanggil pasien berikutnya
Aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit untuk mengambil uang yang ada di loker para perawat yang berada di ujung rumah sakit.
"Rindi!" Terdengar suara seorang perempuan yang tidak asing bagiku dari arah belakang
"Sil ? ada apa ?" Tanyaku kepada Suster Sisil. Dia adalah sahabatku dari SMA yang kini bekerja di rumah sakit yang
sama denganku"Lo mau kemana, Rin ? gue lapar nih. Kita makan cilok depan rumah sakit yuk ? gue lihat tadi di bangsal lo kerja penuh banget pasiennya?" Berondong Sisil yang tidak memberiku kesempatan untuk menjawab
"Gue mau ambil uang di loker Sil, gue juga lapar banget nih dari pagi belum makan gue" Jawabku sambil memegang perutku yang mulai berbunyi
"Udah, gue traktir aja ya ? udah kebelet lapar gue" Ucap Sisil di sertai dengan tawanya
"Benar ya ? gue gak bawa uang sama sekali loh" Tanyaku meyakinkan Sisil
"Iya benar, bawel sekali sih kamu" Jawab Sisil sambil mencubit pipiku
Kami berdua berjalan menyurusi lorong rumah sakit untuk menuju ke mang cilok depan rumah sakit. Sepanjang jalan kami menyapa beberapa perawat lainnya dan membicarakan hal-hal absurd yang hanya beberapa orang yang mengerti.
Saat Sisil sedang memesan cilok aku duduk di sebuah bangku kayu dan melihat jalan raya yang ramai, ada beberapa laki-laki yang berjalan tegap dengan seragam lorengnya khas tentara.
Mataku tertuju pada seseorang yang berambut cepak, bertubuh tegap dan berkulit putih. Bukan karena dia menggunakan seragam loreng maka aku memperhatikannya seperti anak muda zaman sekarang yang tertarik pada tentara yang katanya keren itu. Tapi dia seperti seseorang yang ku kenal, bahkan sangat aku kenal.
Saat aku sudah mengingat siapa orang tersebut, aku merasa mataku mulai memanas dan terasa perih. Tak ku sadari jika air mataku kini sudah metes di wajahku aku ingat bahwa dia adalah seseorang yang pernah ada di hidupku. Iya, aku mengenalnya.
"Jafran ?" Ucapku pelan sambil menahan air mataku
*Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny(END)
Любовные романы[Maaf typo bersebaran] Kecelakaan yang terjadi kepada Jafran, menyebabkan Rindi harus mengikhlaskan kepergian cinta pertamanya tersebut, namun siapa sangka setelah 12 tahun kemudian Rindi bisa bertemu dengan Jafran kembali. Takdir memang tak terduga...