13. Tragedi

27K 1.3K 0
                                    

"Yes, I will" hanya itu yang dapat ku katakan saat Jafran melamarku di depan semua orang yang kusayangi tadi. Karena kejadian tadi akhirnya membuatku tidak bisa tertidur malam ini sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul tengah malam. Namun kejadian tadi sukses membuatku tidak bisa berhenti tersenyum dan tertidur. Aku terus memperhatikan cincin manis yang melingkar di jari manis kiriku, mengingat saat Jafran melamarku tadi. Aku tahu jika ini terlalu cepat untukku dan Jafran karena hubungan kami baru 2 bulan, tapi aku sangat yakin bahwa Jafran adalah takdirku.

Drrtt!

Getar ponselku menyadarkanku dari lamunan tentang kejadian tadi dan tentang Jafran. Saat aku melihat nama seorang laki-laki yang ku pikirkan sedari tadi, aku langsung membenarkan posisiku yang awalnya tidur kini duduk.

"Hallo" Ucapku pada Jafran

"Waalaikumsallam Rin" Ucap Jafran yang membuatku malu karena lupa mengucapkan salam

"Iya Assalamualaikum Jafran" Ucapku mengulang salam yang tadi sempat aku lupakan karena terlalu senang

"Kamu belum tidur, Rin ?"

"Belum, kamu juga belum tidur ?"

"Tidak bisa tidur" Ucapnya dengan suara serak

"Kenapa ? kamu sakit ya ? ko suaranya serak ?" tanyaku khawatir mendengar suranya yang serak

"Engga apa-apa, Kamu lagi ngapain Rin ?"

"Lagi telponan kan ?" Tanyaku yang dijawab tawanya

"Iya kalau itu saya juga tahu. Misalnya lagi tiduran atau makan gitu siapa tahu ?" Ucapnya yang membuatku menahan geli karena ucapannya

"Oh gitu, engga ko aku lagi duduk aja. Kamu lagi ngapain ?" Ucapku sambil menahan tawa

"Lagi berdiri di depan rumah" Jawabnya ambigu

"Didepan rumah ? rumah siapa ? ngapain ?" Ucapku yang mulai penasaran dengan jawaban ambigunya

"Rumah Rindi Tasya Zafiera" Ucapnya yang sukses mebuatku mebelalakkan kedua mataku

"Loh ? Ngapain?" Tanyaku sambil bersiap menggunakan kerudung dan berlari keluar rumah. Namun tidak ada jawaban hanya terdengar suara orang lebih dari satu.

Aku membuka pintu kamar dengan sangat terburu-buru yang menyebabkan Teh Yuli dan A sidik yang sedang serius menonton langsung melihat ke arahku

"Kenapa lari-larian, Rin ?" Tanya Teh Yuli yang sedang menonton bersama A Sidik

"Ada Jafran diluar Teh" Jawabku tanpa melihatnya

aku segera keluar dan di susul oleh Teh Yuli dan A sidik. Saat aku membuka pintu ternyata ada Rino, Lala, Ima, Windi, dokter Tara, Sisil, dan pastinya kedua orang tuaku dan orang tua Jafran beserta Agnes. Di depanku ada Jafran yang membawa boneka beruang besar dan tersenyum padaku, aku yang mendapat kejutan seperti ini tidak bisa berbuat apapun selain menangis haru seperti di cafe tadi.

"Jafran, ngapain ?" Tanyaku sambil menghampiri Jafran

"Ini kejutan terakhir, Rin. Ini ide dari Agnes karena gayaku bukan seperti ini, tapi tidak apalah" Jawabnya sambil menggaruk belakang kepalanya

"Terimakasih banyak ya Jafran" Ucapku sambil memeluk Jafran

"Belum mukhrim woy!" Teriak Rino yang membuatku melepaskan pelukanku pada jafran yang di sertai tawa riang dari semua orang yang hadir

"Besok, hari pertama kalian untuk mempersiapkan pernikahan ya" Ucap Tante Nani yang sudah berada di sampingku dan merangkulku

"Iya tante, minta bantuannya ya" Ucapku sambil merangkul pinggang Tante Nani

"Jangan panggil tante dong, kan sebentar lagi udah mau jadi anaknya tante" Ucap Tante Nani sambil tersenyum kearahku

"Iya ma" Ucapku kepada tante Nina dan mendapatkan tepukan lembut di puncak kepalaku dari Jafran

"Kalau begitu, Jafran juga panggil mama aja ya jangan tante lagi" Ucap mamaku sambil menghampiri kami

"Siap ma" Jawabnya sambil menyalami tangan mamaku

Semua orang sudah berpamitan pulang kecuali ketiga sahabatku Lala, Ima dan Windi. Mereka menginap di rumahku malam ini, yang pastinya bertujuan untuk mengintrogasiku malam ini.

"Ciee yang udah ketemu pacar yang selama ini ditunggu" Ucap Lala membuka percakapan malam ini

"Emang ada untungnya ya, lo gak move on dari dia" Ucap Ima sambil mencolek lenganku

"Iya benar, emang ya kalo jodoh gak kemana" Ucap Windi sambil memainkan ponselnya

"Kalian apaan sih, udah ah gue mau tidur. Besok gue harus kerja, apalagi ini udah jam 2 malam ?" Ucapku sambil menarik selimut dan menahan senyumanku

"Kalo mau senyum jangan di tahan-tahan, Rin" Ucap Lala menyindirku

"Engga, siapa juga yang senyum ?" Tanyaku sambil menutup pipiku yang mulai memanas

"Rin, lihat handphone lo dong" Ucap Lala

"Untuk apa ?" Tanyaku sambil memasukkan ponselku ke bawah bantal

"Bentar aja kenapa sih ?" Ucap Lala sambil merebut paksa ponselku

"Pantas aja gak mau handphonenya di pinjam, wallpapernya Jafran" Ucap Lala yang disertai tawa terbahak-bahak dari ketiga sahabatku dan membuatku mati kutu

Akhirnya kami tidur pukul 3 pagi karena saking asiknya mengobrol, Jika besok aku tidak kebagain shift pagi pasti kami akan bercada hingga pagi.

---
Hari ini adalah hari pertama untukku dan Jafran mempersiapkan segala perlengkapan pernikahan. Akhirnya Jafran datang setelah 30 menit aku menunggu di depan rumah sakit.

"Assalamualaikum perawat cantik" Ucap Jafran sambil membungkukkan sedikit badannya agar tatapannya sejajar denganku

"Walaikumsallam" Jawabku cuek

"Kenapa sih, pacarnya datang malah di cuekin kaya gini ?" Tanyanya dengan wajah tak bersalahnya

"tau deh"Jawabku sambil meninggalkannya

"Eh, kamu marah beneran ? kenapa ? sudah lama nunggu ya ?" Tanya Jafran sambil menahan tanganku

"Engga" Jawabku sambil menepiskan tangan Jafran dan masuk kedalam mobil

"Jangan cemberut gitu dong" Ucap Jafran yang sudah berada di dalam mobil lalu menyubit lembut pipiku

"Apaan sih, udah cepet nyalain mobilnya" Ucapku sambil menunjuk ke arah depan

"Senyum dulu baru aku nyalain mobilnya" Ucapnya sambil menatapku

Aku hanya tersenyum malas "Udah ya?" Tanyaku sambil melempar pandanganku dari arahnya

"Senyumnya gak ikhlas" Ucapnya sambil menyalakan mesin mobil

"Sekarang mau kemana, Rin ?" Tanya Jafran sambil melirikku sekilas

"Terserah" Jawabku

"Kamu kenapa ? tadi kelamaan nunggu ya ? Iya maaf deh, tadi kan harus minta izin komandan dulu jadi agak lama" Ucapnya sambil mengelus puncak kepalaku

"Aku gak marah ko kak" Jawabku yang dibalas dengan tatapan tajamnya

"Kenapa?" tanyaku yang melihat reaksinya

"Tadi bilang apa ? kakak ?" Ucapnya disertai dengan senyuman yang bisa membuatku meleleh

"iya, kenapa ?" Tanyaku sambil memalingkan wajahku karena merasa pipiku sudah memanas

"Yang harusnya merah itu pipiku" Ucapnya sambil menyubit lembut pipiku dan menatapku

"Kaaa! awas mobill" Teriakku karena melihat mobil yang sedang melaju kencang di depan mobil Jafran

Jafran membanting setir yang mengakibatkan mobil tidak karuan dan menabrak sesuatu. Aku yang sempat terbentur sangat kencang di bagian depan merasa jika kepalaku seperti berputar dan pandanganku menjadi tidak jelas. Aku sempat melihat Jafran menelpon seseorang dan terus memanggilku sebelum akhirnya semuanya hitam.
*bersambung

Destiny(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang